Tittle : Didn't Exist Again
Author : Hime Misaki
Genre : Fantasy, Sad, Romance
Cast : Lee JiEun (IU)
Jo Youngmin (Boyfriend) and other member of Boyfriend
Caution !
Cerita dalam FF ini hanyalah karangan otak kecil author saja. JIka ada yang sama dengan FF yang pernah readers baca, itu hanya kebetulan belaka. Oke? Jangan judge author :3
No Plagiarism, No CoPas, No Ctrl+C then Ctrl+V, No Share without permittion. God always see you guys :)
Author : Hime Misaki
Genre : Fantasy, Sad, Romance
Cast : Lee JiEun (IU)
Jo Youngmin (Boyfriend) and other member of Boyfriend
Caution !
Cerita dalam FF ini hanyalah karangan otak kecil author saja. JIka ada yang sama dengan FF yang pernah readers baca, itu hanya kebetulan belaka. Oke? Jangan judge author :3
No Plagiarism, No CoPas, No Ctrl+C then Ctrl+V, No Share without permittion. God always see you guys :)
The Story… Is
beginning…
Start now~
(~ ‘v’)~ ~(‘v’
~) ( ._.) (._. ) Yeah, yeah! (~ ‘v’)~ ~(‘v’ ~) ( ._.) (._. )
JiEun POV
“Oppa, aku lelah. Aku sudah tidak kuat lagi
berlari, Oppa…”, keluhku pada namja blonde di depanku. Sudah tak terhitung
berapa banyak jejak kaki kami yang terlukiskan dari bakiak yang kami pakai.
Membuat nafasku tersenggal-senggal.
Namja blonde
dihadapanku berhenti sejenak. Ia berbalik untuk menatap wajahku yang memang
sudah sangat kelelahan. “Kita tak bisa berhenti disini, JiEun. Aku gendong,
nae?”, tanyanya. Dari nada suaranya, terlihat sekali dia sangat khawatir
kepadaku.
Aku berfikir, jika dia
menggendongku nanti malah dia yang akan merasa kecapaian. Tapi, kalau aku
memaksakan untuk terus berlari, aku pasti akan pingsan di tengah jalan nanti.
Sementara banyak Siluman yang berkeliaran di belakang kami. Apalagi sang ketua Siluman sedang mengincar
nyawa namja blonde dihadapannya ini. Argh! Eottteohkae!?
Seakan bisa membaca
pikiranku, namja
blonde-Youngmin langsung menambahkan, “Kalau aku tak special, mereka tidak akan
mengincarku. Lebih baik kita pergi sekarang juga, JiEun.”
Sesaat setelah
Youngmin menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba saja aku merasa tubuhku sudah
tak menapak tanah lagi.
JiEun POV –End-
Author POV
Tanpa banyak kata-kata
lagi, Youngmin langsung mengangkat tubuh mungil JiEun. Namja ini memejamkan
matanya sejenak, dan saat ia membuka matanya lagi, bola matanya berubah menjadi
warna biru azzura yang tak pernah sekalipun dilihat JiEun.
Seolah mendapatkan
kekuatan beribu-ribu kali lipat, membawa JiEun di pelukannya hanya serasa
mengangkat seekor semut. Dengan sigap, Youngmin segera meloncat dari satu pohon
ke pohon lainnya agar segera sampai lebih cepat ke kuil milik kakek JiEun.
Tapi, ditengah
perjalanan, mereka dihadang oleh siluman ular dengan air liur menjijikkan yang
menetes dari sepasang taring lunaknya. “Ssshaaa~”, desis ular itu
menantang generasi terakhir keluarga Jo yang terhormat dan terkenal mampu
menaklukkan segala jenis siluman pada masa ini. Sedangkan saeng 6 menitnya,
tengah berusaha menyelamatkan warga kampung yang sedang diserang oleh Youkou-Youkou
pengganggu bersama ke-3 temannya.
Melihat mata merah
berkilat milik Sang Siluman ular, Youngmin turun sejenak ke dahan pohon
terdekat dan meletakkan JiEun disana. “Aku akan segera kembali. Jangan
kemana-mana.”, pamitnya dengan mata dingin yang melambangkan keseriusannya saat
ini. JiEun hanya menggangguk mantap mengiyakan.
Sedetik kemudian,
Youngmin telah melesat menghampiri sang siluman dengan membawa sebilah samurai
ditangannya. Samurai yang terlihat lentur namun tajam mengoyak beton sekaligus.
Menambah kesan gagah pada diri Youngmin. Samurai yang tak ada yang tau sejak
kapan ada di genggamannya.
Dengan sekali ayunan
saja, kepala siluman ular itu terkulai di tanah dengan darah ungu yang berbau
busuk menyeruak dari potongan-potongan tubuhnya. Seolah memanggil bala bantuan
tepat sebelum Youngmin memisahkan tubuhnya
yang tadinya hanya satu, Siluman ular semakin banyak mengelilingi Youngmin.
Bahkan, tanpa JiEun sadari, salah satunya tepat berada di belakangnya. Siap
melilit dan membawa pergi yeoja itu.
Dengan sekedip mata
saja, siluman itu berubah sesaat menjadi sosok manusia yang tampan. Wajahnya
datar saat tubuhnya melayang menghampiri JiEun yang sedang melihat Youngmin
bertempur. Tangannya perlahan namun pasti membekap mulut JiEun Dan menggotong
tubuhnya. Membawanya pergi dari sana tanpa Youngmin sadari. Karena, seolah siluman-siluman yang
jumlahnya kian bertambah itu menghalangi pandangannya.
Tak lama setelah JiEun
menghilang, tiba-tiba saja Siluman-siluman itu pergi menjauh dengan sangat
cepat. Membuat Youngmin heran. Seolah mendapatkan sentakan dari tetua keluarga
Jo, Youngmin terkejut ketika mengingat tentang sesuatu. Sesegera mungkin, ia
melesat menghampiri tempat JiEun tadi.
Aura biru yang membara
dan mematikan makhluk hidup keluar dari tubuhnya tatkala ia melihat tak ada
JiEun di tempatnya tadi. “Kalian..”,
geram Youngmin. Mata yang tadinya berwarna biru azzura, kini berubah menjadi
seperti warna biru pada tengku api. “Kalian akan mendapatkan balasannya”,
lanjut Youngmin semakin geram membuat sayap berwarna merah keluar dari
punggungnya. Tanda amarahnya hampir mencapai klimaks.
Pohon-pohon yang
tadinya berdiri rindang dan kokoh, menjadi layu dan terbakar hangus karena
terbentangnya sayap legendaris itu.
In the other
place…
“KHUKHUKHU… KAU MEMANG
ANAK ANJING YANG BAIK.”, kekeh sang ketua Siluman melihat ‘anak anjing’nya pulang membawa apa yang dimintanya. “DENGAN
BEGINI, KAU AKAN DALAM GENGGAMANKU, BOCAH SIALAN..”, tambahnya lagi sambil
berjalan keluar dengan JiEun yang melayang di belakangnya.
Sang ketua siluman itu berjalan keluar dengan
JiEun yang melayang tak jauh di belakangnya. Dan saat ia telah keluar,
menampakkan dirinya dari kegelapan, tubuh JiEun terpampang kedepan dengan
sendirinya.
Sosok ketua yang akan sangat sulit dipercaya
jika kau melihatnya. Dengan segala kekuatan-kekuatan yang dimilikinya, wajahnya
terlihat sangat lembut dan tampan. Tapi, siapa yang tau? Sungai yang terlihat tenang ternyata
menyimpan monster yang menakutkan jauh didalamnya.
“HENTIKAN!!”, perintahnya dengan suara yang
menggelegar bak membelah langit, menggema di setiap sudut tempatnya. Tak hanya
‘anak-anak’nya saja yang berhenti mengacau di desa kecil itu, tapi juga
Kwangmin dan ketiga partnernya—Jeongmin, Minwoo dan Hyunseong.
Mereka berempat melayang menjauh saat para
iblis berlutut hormat menghadap sebuah tebing curam. Mata mereka membulat
secara serempak melihat seongok tubuh lemas yang mengambang di hadapan
seorang namja dari celah tebing curam
tersebut. Tunggu, siapa dia? Namja yang di belakang itu..
“Donghyun!?”, seru Hyunseong kaget melihat
kenyataan yang terbias melalui kedua bola matanya. Kenyataan bahwa Donghyun
adalah ketua dari seluruh siluman-siluman yang barusaja mereka hadapi ini.
“Aku akan memberimu pelajaran, tak perduli
siapapun kau..”. Tiba-tiba saja aura membunuh yang sangat kuat terasa menusuk kesadaran setiap makhluk yang berada disekelilingnya. Sayap pemilik suara tersebut
semakin menjadi memerah karena apa yang ia duga ternyata benar. Ya, dia
Youngmin. Jo Youngmin.
“Hyung, kontrol emosimu.”, Kwangmin
memperingatkan hyung 6 menitnya itu. Tangannya mencengkram pergelangan tangan
Youngmin. Agar namja blonde itu tak bertindak gegabah yang nantinya malah akan
membuat dirinya sendiri rugi.
Youngmin yang mengerti maksud saeng 6
menitnya, mencoba untuk tenang dengan menghela nafas panjang. Perlahan, sayap
yang tadinya berwarna merah itu berubah menjadi warna putih kembali lalu
melipat rapi dibalik punggungnya. Mata biru yang tadinya membara itu juga sudah
kembali normal. Seperti mata setengah malaikat kembar, biru azzura.
Dilihatnya, JiEun mulai mengerjap-erjapkan
matanya. Pertanda ia sudah mulai siuman. Dan betapa terkejutnya ia, melihat
kebawah yang penuh dengan lautan iblis. Apalagi, yeoja ini merasa tubuhnya
kaku. Tidak dapat digerakkan. Hanya kepalanya yang dapat bergerak.
“Aku tak bisa membiarkannya seperti itu
terlalu lama.”, peringat Youngmin ketika melihat air muka JiEun yang semakin
panik pada tiap detiknya.
“Hyung, kau lihat anjing cihua-hua itu?”,
tanya Minwoo datar.
“Ne. Wae?”, jawab Youngmin singkat.
“Dari tadi..”, jawab Minwoo. “Mata anjing itu
melihat kearah kita.”, sambung Jeongmin.
“KALIAN TAU SEBERAPA NIKMAT DARAH DARI
KETURUNAN SALAH SATU PEMBASMI IBLIS!!? PEMILIK KUIL?!!”, tanya Donghyun dari
kejauhan yang masih dapat terdengar dalam radius 1,5 km. Kemudian, disambut
dengan sorakan riuh iblis-iblis menjijikkan dibawahnya. Membuat perlahan, tubuh
JiEun turun 1 inch pada tiap detiknya.
“Mianhamnida.”, kata Youngmin lirih. Secepat
mungkin, sayap birunya membentang dan melesat cepat menuju JiEun. Sayap biru,
mencerminkan sebuah kebulatan tekad. Dengan telapak tangan besarnya, Youngmin
memutus kontak Donghyun pada tubuh JiEun. Membuat JiEun jatuh dari tempatnya
melayang tadi. Lalu, secepat mungkin, ia mendekap JiEun dan terbang menjauh.
Tapi, tepat setelah Youngmin mendekap JiEun, sebuah anak panah menusuk salah
satu sayapnya.
Secara reflek, Youngmin kehilangan
keseimbangannya dan jatuh tersungkur dengan JiEun di pelukannya.
“Hyung!”, seru Kwangmin terkejut. Baru saja ia
hendak menolong hyungnya yang kini tengah dikelilingi iblis-iblis haus darah
suci, kalau saja Jeongmin tidak mencegahnya.
“Andwae. Kau harus percaya, Kwang.”, ucap Jeongmin lirih. Matanya terlihat sayu memandang Youngmin dan JiEun
haru. Sedetik kemudian, sebuah kilatan terlihat jelas dimatanya, melihat
Donghyun—sang manusia iblis bengis—hanya tertawa puas memandang keadaan
Youngmin.
Minwoo dan Kwangmin terkejut dengan kilatan
pada mata Jeongmin tersebut. Jika mata Jeongmin, sang malaikat murni, sampai
berkilat, pertanda buruklah itu.
JiEun membuka matanya perlahan. Matanya
terbuka sempurna ketika ada bercak merah di tubuh Youngmin. “Oppa? Oppa,
ireona!!”, pekik JiEun menyadari kesadaran Youngmin yang kian menipis.
“Minwoo, jangan-jangan.. Panah itu..”, ucap
Kwangmin lirih. Ia sengaja menggantung kalimatnya.
“Ne, Kwangmin. Panah itu berlapis racun black
scorpio. Bukan sembarang Black Scorpio. Mereka mendapatkannya dari Dewa
Legato—penjaga neraka keempat.”, jawab Minwoo meneruskan ucapan Kwangmin yang
tadi ia sengaja gantungkan.
Mata mereka membelalak tiba-tiba. Karena
dengan tiba-tiba juga, Youngmin dilempar ke langit oleh sebuah rantai duri yang
dikendalikan oleh Donghyun. Dan saat tubuh Youngmin tertarik oleh gravitasi
lagi, dengan kasar diraih kembali oleh rantai duri itu.
Membuat tubuh sekaligus sayap Youngmin berubah
menjadi warna merah. Darah segar mengalir dari luka-luka akibat rantai itu yang
menancap di tubuh Youngmin. Youngmin hanya bisa merintih perih. Ia tak bisa melawan. Tenaganya seperti
terhisap habis oleh tatapan mata Donghyun. Rantai itu melilit semakin erat
tubuh Youngmin.
“KAU TAU, BOCAH!? TAKDIRMU ADALAH MATI!!”,
ucap Donghyun ganas. Sedetik kemudian, Youngmin sudah tak berdaya. Tubuhnya
terkulai lemas dengan lilitan-lilitan yang mengekangnya.
“O-oppa?”, panggil JiEun tak percaya.
“H-hyung?”, panggil Kwangmin pula dengan
lirih. Air matanya menetes. Membuat suasana mendadak terasa mencekam.
Tak sanggup lagi menahan semua amarah yang
tengah mereka rasakan, merekapun terbang atau lebih tepatnya terjun ke dalam
lautan iblis itu. Hingga perangpun tak dapat terhindari lagi. Pedang beradu kuku tajam.
Sayap beradu tanduk merah padam.
Sedangkan JiEun, hanya terisak-isak
melampiaskan segala rasa sakit yang tengah dirasakannya. Youngmin... Jo
Youngmin, dia sudah berlumuran darah. Dan kini ia lihat, Donghyun tengah
menyantap tubuh tak berdaya Youngmin. Membuat hati JiEun terbakar rasa amarah
yang semakin meluap-luap.
Terlalu sibuk dengan suasana hatinya, membuat
JiEun tak sadar jika hanya tersisa ialah satu-satunya ‘mangsa’ disini. Jo
Kwangmin, No Minwoo, Shim Hyunseong bahkan sang malaikat murni—Lee Jeongmin
sekalipun sudah hilang tak berbekas berkat kerakusan iblis-iblis menjijikkan
itu.
Mendadak, mata JiEun menjadi putih. Aura hitam
pekat menyelimutinya. Di belakangnya, nampak seorang dewi paling kuat di Neraka
menjadi latar belakangnya. Dewi Lilith.
“AKU TIDAK AKAN MELEPASKAN KALIAN SETELAH APA YANG KALIAN PERBUAT SAAT INI.. KHU KHU KHU... KALIAN AKAN MEMBAYAR SEMUA
ITU!”, ucap JiEun lirih dengan smirk yang sangat menakutkan. Tanpa basa-basi
lagi, JiEun segera beranjak dan berjalan dengan langkah yang terlampau mantap ke arah Donghyun. Bukan dengan mudah, tentu saja. Iblis bawahan Donghyun berusaha mencegahnya. Satu diantaranya adalah untuk mencegah yeoja itu mendekati majikannya dan yang lainnya hanya ingin menyantap jiwa seorang dewi. Tentu, mereka-para iblis rendahan itu-bukanlah tandingan sang dewi terkuat di neraka. Bahkan tanpa perlu menjentikkan jarinya, iblis-iblis itu sudah terkapar.
Darah hijau dan biru maupun ungu kental yang
keluar dari tiap potong tubuh iblis bermacam-macam level yang sedang
dibasminya. JiEun seperti kesurupan. Jiwanya dikontrol sepenuhnya oleh amarah
dan balas denam akan kematian teman-temannya diimbangi dengan kekuatan dewi Lilith..
“D-D-Dewi L-Lilith..”, ucap Donghyun
terbata-bata saat Jieun mendekat kearahnya. Hanbeok motif bunga cantik yang
tengah dikenakan JiEun pun telah bercampur dengan cipratan darah-darah iblis
tadi.
“KAU TAU? KHU KHU KHU.. AKU SEDANG LAPAR SEKARANG”, ucap JiEun santai dengan
mata yang beruraian liquid bening lalu dalam hitungan sepersekiandetik menerjang ke arah Donghyun dengan amarah yang mendesak keluar di dadanya.
KLIK! JiEun mengerjap-erjapkan matanya. Lalu ia terduduk dengan segera.
Peluh membasahi seluruh tubuh mungil yeoja kyeopta itu. Perlahan, ia menelan
salivanya tanda kalau ia sedang takut. Segera saja, ia beranjak dan berlari.
“Youngmin~!!!”, teriaknya sambil berlari
kearah dapur. Melihat di dapur ada namja yang ia cari, JiEun langsung
menghambur memeluk Youngmin. Membuat sang empunya terkejut bukan main hingga
telur yang ia pegang jatuh ke lantai karena dorongan JiEun.
“Yak! JiEun! Kenapa kau ini, eoh!?”, sentak
Youngmin kesal. Pasalnya, telur tadi adalah telur terakhir yang ia punya. Kwangmin yang duduk tak jauh dari situ hanya
sedikit melirik dari buku filosofi dunia-nya dan kembali melanjutkan acara
membacanya.
“Oppa, tadi aku
bermimpi aneh. Aku, kau, Kwangmin dan yang lainnya hidup di zaman Edo. Kita
semua masih memakai pakaian hanbeok. Lalu, matamu berubah warna menjadi warna
biru azzura. Dan kau melawan iblis-iblis ular. Tapi, kemudian aku diculik dan
disandera oleh Donghyun-oppa. Terus-…”, JiEun nyerocos begitu saja. Membuat
Youngmin dengan segera memotong kata-katanya.
“Sstt.. Kaun ini
bicara apa? Kita sekarang ada di abad 21, JiEun sayang.”, potong Youngmin
lembut sambil mengelus-elus puncak kepala JiEun. Namja ini mengerti bahwa JiEun
baru saja bermimpi buruk.
JiEun menatap mata
Youngmin dalam. Lalu ia mengangguk dan memeluk Youngmin lagi. “Di mimpiku, Oppa
mati karena dibunuh oleh Donghyun-oppa. Semuanya mati karena dibunuh
Donghyun-oppa. Lalu aku berubah menjadi Dewi neraka yang menyeramkan saking
marahnya. Oppa, aku takut..”, ucap JiEun dalam pelukan Youngmin.
“Tidak perlu
difikirkan, chagi. Itu hanya mimpi.”, balas Youngmin menenangkan sambil
menepuk-nepuk punggung Jiah lembut. Setelah ia rasa JiEun sudah stabil, Youngmin
perlahan mendorong JiEun agai ia bisa menatap wajahnya yang ia yakin akan
terlihat sangat lucu saat ini. “Tatap aku, chagi.”, perintah Youngmin lembut.
JiEun perlahan mendongakkan kepalanya sambil
menghapus air matanya.
“Jika kau bermimpi
buruk lagi, kau hanya perlu mengambil segelas air dan meminumnya. Cuci mukamu
dengan air dan kembalilah tidur. Jangan terlalu difikirkan, nae? Nanti wajah
kyeopta yeojachinguku ini berkeriput. Kan jadi tidak kyeopta lagi..”, kata
Youngmin lembut lalu mencubit hidung mungil JiEun agar yeoja ini tidak tegang
lagi.
JiEun hanya menunduk
sambil mengusap hidungnya lembut. Ia tarik kedua garis bibirnya hingga
terbentuknya sebuah senyum yang sempurna di bibirnya.
“Sudah kubilang, ajari
yeojachingumu itu untuk berdo’a pada Tuhan sebelum tidur.”, sela Kwangmin dari
sudut ruangan. Tajam dan berat. Membuat JiEun menoleh kearahnya dan terkekeh
pelan.
“Eoh? Jangan-jangan
kau lupa berdo’a, JiEun?”, terka Youngmin yang sukses membuat semburat merah
tergambar di kedua pipi JiEun..
JiEun hanya terkekeh sambil menggaruk-garuk tengkuknya
yang tidak gatal. “Mian, mian. Lain kali aku tak akan lupa lagi. Yaksohae!”,
jawabnya cengengesan.
Youngmin yang geram
dengan JiEun langsung saja menggelitikinya sebagai hukuman. JiEun berusaha menghindar
karena sungguh ia adalah yeoja yang mudah sekali merasa geli. Sementara itu,
Kwangmin yang masih asyik membaca buku dihadapannya, tersenyum misterius.
Bahkan terlihat seperti senyum merendahkan.
--THE END—
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus