Tittle : Sometime, something will be different
Author : Hime Misaki
Rating : T
Main cast : Lee Jiah
Kim Hana
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast
Genre : Romace Sad
Length : Chapter
Caution : FFini adalah murni dari otak kecil saya
sendiri. Jika ada alur yang sama atauadegan yang sama, itu semua kagak
disengaja woy *PLAK! XDD Walaupun cerita inibisa dibilang gacukup bagus
untuk ukuran seorang author seperti saya(dibandingkan dengan karya-karya
Meg Cabot ataupun Stephanie Meyer atau yanglainnya), diharapkan yang
membaca memberi sedikit saja penghargaan bagi sayaselaku yang membuat..
Hati-hati
jugadengan bom Typo yang siap meladak di tengah-tengah FF ini.. Maklum,
saia jugamanusia :3 Bahasa yang saya pakai mungkin sedikit-banyak agak
sangatmembingungkan untuk para readers *huahaha* Harap dimaklumi saja
ya,readers-deul *aegyo bareng Boyfriend*
Chapter 9 : Hurt and More Hurt..
“Nanti tunggu aku diparkiran seusai sekolah ya?”, ucap seorang
namja blonde sambil mengacak-acakrambut yeoja semampai dihadapannya ini.
Yeoja semampai inihanya mengangguk pelan dan segera berlalu dari hadapan namja blonde sekaligusnamjachingunya ini.
Sang
namja yangmelihat tingkah laku yeojachingunya itu sangat merasa
bersalah. Memang, tidakseharusnya ia bertindak bodoh seperti apa yang ia
lakukan pada Jiah-yeojachingunyatempo hari. Ciuman sepihak? Itu
sesungguhnya sangat kejam. Ckckck
Padahal,
sebenarnyaJiah sudah tidak mempermasalahkan tentang insiden tak terduga
di rumah besarkeluarga Jo akhir pekan lalu. Yang ia pikirkan hanyalah
hatinya yang semakinlama semakin melemah karena ia menunda deadline
transplantasi-nya. Terkadangrasa nyeri yang sangat menikam dirasakannya.
Walaupun ia sudah meminum obatnya.
Saking sibuknya
yeojaini dengan fikirannya, ia mengabaikan beribu pasang mata yang
menatapnyatertegun saat tubuh kecilnya melintas. Rambut yang digerai
rapi, poni yangdisibakkan ke belakang dengan jepit merah simple serta
tidak adanya auramembunuh lagi yang selalu menjadi latar belakangnya
sebelum hari ini. Jiah yangbaru. Sangat mengejutkan penghuni S School.
Tak
sedikit pula yangsaling bertanya siapa yeoja yang tengah membuat mereka
semua menganga lebaritu. Karena memang, S School tidak ah, belum
memiliki sosok yeoja yang terlihatcantik dan berkharisma namun dingin
seperti sosok Jiah saat ini. Bahkan, adajuga yang menyapa Jiah genit.
Jiah
belum sepenuhnyaberubah, kau perlu ingat hal ini. Ia tak segan-segan
melemparkan auramembunuhnya kepada siapa saja yang berani mengganggunya.
Itu membuat banyaknamja dan yeoja hanya berani mengaguminya dari jauh
saja.
Jauh dari dalamdirinya yang terlihat tenang, Jiah
sedang menahan rasa sakit yang kembalimenyerang ulu hatinya. Dengan
langkah jenjangnya, Jiah menuju ke toilet dengancepat. Seberusaha
mungkin ia menjaga agar raut mukanya tetap terlihat datarseperti biasa.
Dan segera mungkin memasuki toilet untuk lebih leluasamelampiaskan rasa
sakitnya.
Tapi sebenarnya, namjablonde yang sedari tadi
diam-diam mengikuti Jiah, merasakan kejanggalan padadiri
yeojachingunya. Raut wajah Jiah yang sekeras mungkin ia tutupi, tak
akanbisa menipu namjachingu yang sudah mengenalnya dengan baik. Raut
wajah yang menggambarkansesuatu yang disembunyikan dengan rapat jauh di
dalam dirinya.
Namja blonde inisegera
melangkahkan kakinya menjauh dari toilet perempuan menuju
kelasnya,tatkala bel berbunyi nyaring menggema di setiap sudut tempat di
S School. Semogadia baik-baik saja, harapnya.
Jiah POV
Argh!
Pelajaran yangsongsaenim terangkan sampai saat ini sama sekali tidak
masuk di otakku. Kenaparasa sakit ini terasa sangat senang menyiksaku?
Dan lagi, liburan masih 2minggu lagi. Akankah aku menahan rasa sakit ini
selama 13 hari? Argh!! Aku bisamati!!!! >.
Kucoba
untukmengontrol nafasku dan menenangkan pikiranku. Dengan harapan semoga
saja inibisa meringankan bahkan menghilangkan rasa sakit ini.
Ya,
bahkan jika akudisuruh memilih antara membersihkan toilet selama
seminggu penuh seusai sekolahsekalipun. Itu akan lebih baik untukku
daripada harus merasakan sakit ini.
Kriiinggg~Kriinnnggg~
Bunyi
bel sekolahmenyadarkanku. Pelajaran sudah selesai. Melihat songsaenim
yang sudahberpamitan dan mengucapkan terimakasih sebelum keluar kelas,
aku segera berdiridan mengambil novelku dan tentu saja, ponselku.
Jika
aku di kelas padajam istirahat seperti ini, aku yakin Youngmin akan
datang ke kelasku untukmenemuiku. Jangan tanya kenapa aku malah
bertindak seperti sedangmenghindarinya. Walaupun secara teknis aku tak
menghindarinya. Aku hanya takingin membuatnya khawatir dengannya melihat
keadaanku sekarang.
Jahat? Darimana sisijahatnya? Aku
hanya tidak ingin merepotkannya. Itu saja. Walaupun memang, akujahat
karena menyembunyikan ini semua darinya. Tapi, bukanlah aku ini
hanyamainannya? Tak perlu bukan, dia terlalu mengkhawatirkanku. Karena
jika akurusak atau sudah tak bisa dipakai lagi, ia pasti akan sanggup
membeli yangbaru. Hey! Dia Jo Youngmin. JO YOUNGMIN! Arra?
Aku
duduk di bangkukecil yang memang sudah tersedia di atap sekolah S
School ini. Bangku sepertibangku kelas pada umumnya namun terlihat kumuh
dan kuno karena terlalu seringmerasakan perubahan cuaca dan terpaan
angin. Aku mulai membaca novel yangsedari tadi memang sengaja kubawa.
Udara
kota Seoul yangmasih tercium segar dengan beberapa pohon rindang.
Langit yang biru sempurnatanpa tertutupi awan. Dan Sang Bola Pemanas
yang bersinar tak cukup terikseperti biasanya pada musim panas. Ditambah
alunan lagu theatrical dari SwanLake yang kudengarkan melalui
headsetku, seakan mempermainkan gejolak hatiku.
“Jiah?”,
panggilseorang namja dibelakangku yang masih bisa kudengar walaupun
kedua telingkakukututupi dengan headset. Membuatku menoleh, dan menghela
nafas lega saatmelihat bahwa namja itu bukanlah Jo Youngmin. “Kenapa
kau ada disini?”, tanyanamja itu kemudian.
“Membaca
buku. Kausendiri, Hyunseong?”, jawabku sekaligus bertanya balik hanya
sebagai basa-basi.Entah sejak kapan seorang Lee Jiah suka berbasa-basi
._.a *mikir
“Hanya untuk mengisiwaktu luang.
Membosankan jika terus berada di kelas. Daripada dikelas, disinilebih
tenang.”, jawab Hyunseong. Ia lalu berjalan melewatiku dan bersandar
padapagar pembatas atap membelakangiku. Terlihat dari punggungnya yang
besar itu,ia sedang menikmati anugrah Tuhan yang terlukis indah di
hadapannya kini. Atau,mungkin juga tidak :D
“Kau benar.
Cuaca hariini juga tak begitu buruk.”, tambahku. Kututup buku novelku
sejenak danberjalan menuju tempat Hyunseong bersandar. Melihat halaman
luas S School dangedung-gedung yang berdiri kokoh agak jauh. Air sungai
yang mengalir di sebelahtimur S School sekitar 100meter jauhnya.
Lapangan
yang selaluramai pada waktu istirahat. Entah yang bermain adalah tim
olahraga itu sendiriataupun amatir-amatiran yang tak punya kerjaan untuk
mengisi waktu istirahatmereka. Sementara di tepi lapangan basket dan
futsal, beberapa gadis yangnampak kecil dari tempatku ini, seolah sedang
menjadi kelompok pemandu sorak.Bukan menyoraki tim, tapi menyoraki
pujaan mereka.
Aku tersenyum haru.“Semoga.. Besok aku
masih bisa melihat semua ini.”, gumamku tanpa sadar. Jujur,hanya itu
yang ada di fikiranku saat ini. Bahwa aku berharap hari esok aku
masihbisa merasakan adanya gravitasi yang menarikku.
“Apa maksudmu, Jiah?”,tanya Hyunseong tiba-tiba. Melunturkan senyumku yang sempat mengembang tadi.
“Nde? Memangnya akutadi bilang apa kepadamu?”, tanyaku balik.
“Keugae..”,
kata-kataHyunseong terputus karena bunyi ponselnya. Ia merogoh
ponselnya di sakucelananya itu dan menatapnya lama. Sementara aku
sendiri hanya menunggu jawabankeluar dari mulutnya itu. Lalu Hyunseong
memasukkan kembali ponselnya. “Mian,aku harus pergi sekarang.”, pamit
Hyunseong sopan tak lama kemudian.
“Ne. Gwaenchanha.”,balasku dengan senyum ceria terpasang di wajahku.
“Baiklah.
Janganterlalu lama disini jika kau masih sayang dengan kedua telingamu
sendiri. Wakilkepala sekolah Jang akan murka melihat ada murid yang
berani bermain di atappada waktu istirahat. Aku pergi dulu. Jaga
dirimu.”, ucap Hyunseong laluberlalu begitu saja. Menghilang dari
pandanganku perlahan hingga sirna. Danakupun kembali menikmati anugrah
Tuhan ini.
Menatap langit biruyang terlihat seperti
sedang menyemangati hidupku yang semakin dekat denganrumah megah Tuhan.
Aku tersenyum simpul. “Ne, arraseo. Aku akan tetap berusaha,langit.
Gomawo.”, ucapku.
Jiah POV –End-
Author POV
“Siapa
sih yang sedangkau cari, hyung?”, tanya Kwangmin yang heran sendiri
melihat hyung 6 menitnyadari tadi hanya celingukan kesana kemari.
Sementara yang ditanyai hanyamenghiraukan saja pertanyaan itu dan masih
mengedarkan pandangannya lagi.
“Seharusnya
waktuiatirahat adalah waktu privasi tiap murid.”, keluh seorang namja
yang baru sajadatang di kelompok kecil makan siang itu sambil duduk di
bangku yang memangtersediakan untuknya.
“Sudahlah,
Hyunseong.Ini ‘kan memang kewajiban kita sebagai panitia darmawisata
tahun ini.”, bantahsang tertua di antara kelompok kecil makan siang itu
sambil menyodorkanbeberapa kertas dengan coretan-coretan tangannya
kepada namja yang baru datangtadi.
Hyunseong
hanyamenghela nafas panjang. Merasa pasrah dengan kata-kata yang tadi
dilontarkanDonghyun. Tidak ada alasan untuk membantah. Jadi dia hanya
diam dan mulaiserius berbicara dengan Donghyun.
“Youngmin-hyung,kenapa
kau tak memakan itu? Hyung tidak lapar, eoh?”, tanya Minwoo
melihatjatah makan siang Youngmin masih rapi. Belum tersentuh sama
sekali.
“Makanlah kalau kaumau, Minwoo-ya. Aku sedang
tidak bernafsu untuk makan.”, jawab Youngmin cuek.“Kemana yeoja itu?!”,
gumamnya kemudian.
“Kau mencari Jiah,eoh?”, sahut Jeongmin.
“Ne.
kemana dia? Apaada yang tau?”, jawabnya sekaligus bertanya sambil masih
saja mengedarkanpandangannya barangkali sang yeoja yang ia cari
menunjukkan muka yang sudahsangat dirindukan Youngmin saat ini. Tapi,
nihil.
“Tadi dia ada diatap.”, jawab Hyunseong singkat.
“Mwo?
Di atap? Sedangapa dia di atap, eoh!?”, tanya Youngmin sedikit kaget.
Sementara Hyunseong yangmerasa pertanyaan itu ditujukan kepadanya hanya
angkat bahu dan bersikapmasa-bodoh-soal-itu.
Dengan
segera,Youngmin bangkit dan langsung berlalu begitu saja tanpa permisi
terlebihdahulu. Donghyun, Hyunseong, Jeongmin, Kwangmin dan Minwoo yang
memahamikeadaan Youngmin saat ini hanya mengacuhkan sikap tidak sopan
namja itu dankembali dengan kesibukannya masing-masing.
Sungguh,
Youngminsangat khawatir pada keadaan Jiah saat ini. Wajahnya cukup
pucat waktu taksengaja Youngmin mengintipnya di kelas Jiah saat
pergantian jam pelajaran tadi.Ia takut akan terjadi hal yang tidak
diinginkan pada diri yeojachingunya itu.Langkahnya ia perlebar agar
cepat sampai di atap. Juga ia berharap Jiah masihada disana.
Krieet…
Bunyi derit pintu atap yang terdengar nyaringsekali. Membuat seorang
yeoja yang masih menikmati waktu istirahatnya disinimenoleh kearah
pintu. Alangkah terkejutnya yeoja itu melihat siapa sosok yangdatang.
Youngmin
merasa sangatlega akhirnya dapat melihat yeojachingu yang telah
membuatnya kacau hari ini.Yang telah membuatnya merasa sangat khawatir
dan frustasi. Dengan secepat yangia bisa, Youngmin merangkul Jiah erat.
“Kemana saja kau ini?”, bisik Youngmintepat di telinga Jiah.
Jiah hanya mematungkarena tindakan tiba-tiba Youngmin. Tapi, perlahan ia merasakan keresahan yangdirasakan Youngmin. Kenapa kau merasa seresah ini? Jangan terlalu meresahkanaku,
bathin Jiah miris. Tangan mungil Jiah terangkat untuk membalas
pelukanYoungmin. “I’m here, Youngmin-ah.”, jawab Jiah dengan senyum yang
mengembang digaris bibirnya.
Youngmin
tiba-tibasaja melepaskan pelukan itu dan memegang kedua sisi wajah Jiah.
Menatapnyapenuh selidik. “Neo gwaenchana?”, tanya Youngmin lagi.
Tergambar sekali darinada bicaranya, ia sangat khawatir pada Jiah saat
ini.
Jiah tersenyummeyakinkan lalu mengangguk pasti. “Nan gwaenchanha.”, jawabnya singkat.
Entah ada angin apa,Youngmin mengubah raut wajahnya dan berpaling dari Jiah. “Kenapa kau adadisini?”, tanya Youngmin lagi.
Jiah
tersenyum sekilaslalu menghampiri Youngmin. Entah, hari ini yeoja yang
pernah menyandang ‘gelar’Yeoja Iblis ini menjadi sangat murah senyum
hari ini. “Lihatlah!”, perintahJiah pada Youngmin sambil mengarahkan
kepala Youngmin pada lapangan olahraga.“Kau tidak akan melihat ini jika
tidak ada disini.”, lanjutku.
Youngmin hanyamenurut.
Dirangkulnya pundak kecil Jiah sambil sesekali ia bergurau denganyeoja
itu. Manusia tidak tau apa yang sedang dilakukannya saat ini.
Merekaseperti boneka yang tak punya perencanaan. Karena semua rencana
itu akanmenjadi sia-sia jika Tuhan sudah berkata. Tapi, toh kedua insan
itu tengahmenikmati sedikit waktu yang tengah diberikan Tuhan..
________________________________
Jiah POV
Hari
ini, sepulangsekolah tadi, aku ke toko buku terlebih dahulu. Ada buku
yang harus kubeli.Tentu saja berkaitan dengan tugas skripsiku. Tapi,
novel is my live~:D
Youngmin? Tadi diaberkata dia ada
janji dengan Kwangmin. Katanya sih dia mau menemani Kwangminbeli hadiah
ulangtahun untuk ibunya. Entahlah. Tapi, aku berangkat sendiri.
Berjalankaki, tentu saja. Sesudah aku merasa buku yang kucari kutemukan,
aku segeramenuju ke kasir dan membayarnya.
“Semuanya 15ribuwon.”, ujar penjaga kasir ramah kepadaku.
Aku
hanya diam sambilmengambil dompetku dan menyerahkan sejumlah uang
senilai dengan kata penjagakasir itu kepadanya. Dengan senyum ramah, aku
mengambil buku-bukuku yang sudahterbungkus rapi dan berlalu.
Jalanan
kota Seoul.Sudah lama juga aku tak berjalan kaki ya? Rasanya rindu
sekali. Lalu lalangkendaraan bermotor dan orang-orang sibuk.
DEG! Rasa
sakit itu kembali kurasakan menikan uluhatiku. Aku mencoba untuk tetap
tenang sambil tanganku meremas dadaku. Berharapdengan remasan itu, rasa
sakit ini sedikit sirna. Sungguh ini sangat sakit.Kumohon, tunggulah
sampai aku sampai di rumah.
Lampu lalu lintas
yangberwarna hijau untuk kami, pejalan kaki, menyala terang. Menandakan
aku bisamenyeberang sekarang. Tapi, rasa sakit ini membuatku terlambat
untukmenyeberang. Membuatku menjadi yang paling akhir pada barisan(?)
menyeberangini. Argh! Rasa sakit ini!!
TIIN~ TIINNN~
Argh! Kepalakuterasa pusing sekali.
Sakitdan nyeri. Perih, seperti ada luka di sekujur tubuhku. Dadaku
masih terasasakit sekali. Punggungku kaku. Menempel pada sesuatu yang
datar dan dingin.Pandanganku.. Aku melihat langit biru. Seperti
tersenyum prihatin kepadaku. Akumengernyit bingung. Lalu, aku mencium
bau yang sangat harum. Sedetik kemudian,pandanganku buram dan..
menghilang. Sebelum kesadaranku benar-benar menghilang,samar-samar aku
mendengar suara namja yang sangat kucintai. Jo Youngmin. Apaitu hanya
halusinasiku? Tapi, siapa perduli?
Jiah POV –End-
Kwangmin POV
“Maaf,
apa anda taukemana yeoja tadi dilarikan?”, tanya hyungku yang entah
sudah keberapa kalinyaia bertanya pada orang-orang di sekelilingnya. Dan
untuk kesekian kalinya pula,orang yanng ditanyai hyungku hanya
membungkuk sopan sambil berkata,“Mianhamnida.”
Aku
paham keadaanhyungku saat ini. Yah, pemikiranku benar jika aku menduga
hyunku ini sudahjatuh hati terlebih dahulu pada Lee Jiah sebelum ia
membuat Jiah jatuh hatikepadanya. Jadi, aku, sebgai saeng yang baik hati
dan juga manis XDD,membantunya mencari info tentang kemana Jiah
dilarikan.
“Itu tadi ambulancedari Seoul Hospital(Author ngarang -_-v) ‘kan?”, bisik yeoja-yeojadibelakangku.
Aku spontan berbalikdan bertanya sopan. “Mian, yeoja tadi dilarikan ke Rumah Sakit mana?”, tanyakusambil membungkuk 15ᵒ.
“Aku
tidak tau pasti,Ahjusshi. Tapi, ambulance tadi sepertinya ambulance
milik Seoul Hospital.”,jawab salah satu yeoja tadi sopan.
Aku
langsung pergi,tak lupa dengan ucapan terimakasih untuk yeoja tadi dan
segera menghampiriYoungmin-hyung yang terlihat sekali sangat frustasi.
Aku menarik lengannya.“Seoul Hospial.”, ucapku singkat lalu berjalan
cepat menuju mobil yang kamiparkirkan di tepi jalan.
Youngmin-hyung
tanpabanyak kata lagi segera masuk ke mobil dan aku yang menduduki
kursi driver.Kulajukan mobil ini dengan kecepatan maximal yang bisa
kutempuh di jalananSeoul yang sudah mulai cukup ramai. Kulirik
Youngmin-hyung. Hanya untukmemestikan bahwa dia baik-baik saja.
Alisnya
berkerut tandaia sedang benar-benar tidak sabar dengan lampu lalu
lintas yang mungkin terasasatu jam berwarna merah baginya. “Ppaliwa!”,
ucap Youngmin-hyung padaku. Nadasuaranya terdengar sangat gusar sekali.
“Tenanglah,
Hyung.Jiah pasti baik-baik saja.”, aku mencoba untuk menenangkan
kegusaran hyung 6menitku itu. Tak lama kemudian, lampu lalu lintas
berubah menjadi hijau. Dengansegera, aku melajukan mobilku kembali.
“Bagaimana
mungkin kaubisa tenang jika satu-satunya yeoja yang sangat kau cintai
mengalami kecelakaandan bahkan kau tak ada disisinya untuk hanya sekedar
menggenggam tangannya danmengatakan semuanya akan baik-baik saja, ha!?
Kajja, ppaliwa!!”, bentakYoungmin-hyung kasar kepadaku. Kulihat ia
menitikkan air matanya.
Aku jadi terenyuhmelihatnya.
Segera saja, kusalip mobil-mobil didepanku. Hingga saat aku
telahmemberhentikan mobil karena sudah sampai di Seoul Hospital,
Youngmin-hyunglangsung keluar dari mobil begitu saja dan segera memasuki
Seoul Hospital tanpaperlu menungguku.
Aku memahaminya.
Jadi,yang kulakukan hanya berlari mengejarnya saja. “Hyung!”, panggilku
sedikitterengah-engah saat, akhirnya, Youngmin-hyung berhenti dan
berdiri di depansebuah pintu ruang ICU.
Kulihat,
jari-jariYoungmin-hyung gemetaran sambil tatapannya lurus menatap pintu
ruang ICU yangtertutup rapat. Nafasnya tak beraturan, dan kuyakin sama
halnya dengan suasanahatinya. Aku tak tau apa yang bisa kulakukan. Dan
aku hanya diam sambilsesekali menepuk pelan bahunya. Berharap itu dapat
menenangkannya.
1 jam berlalu…
Pintu
ruang ICUterbuka. Memperlihatkan seorang uisa namja berjas putih bersih
dengan maskeryang menutupi mulut dan hidungnya keluar dari ruangan ICU
itu. Segera saja,Youngmin-hyung menerjang uisa tersebut dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sedaritadi terlihat sekali Youngmin-hyung
tahan di dalam hatinya.
“Uisa, bagaimanakeadaan Lee
Jiah? Apa dia baik-baik saja? Dia masih hidup ‘kan, Uisa? Jawabaku,
Uisa!!”, tanya Youngmin-hyung berturut0turut tanpa jeda setarikan
nafaspunpada uisa di hadapannya.
“Mianhamnida.
Kamisudah berusaha semampu kami.”, ucap uisa itu singkat lalu berlalu
begitu saja.Meninggalkan Youngmin-hyung yang jatuh berlutut seketika.
Seperti seongok tubuhyang sudah tak memiliki jiwa lagi.
“Hyung..”,
panggilkulembut sambil meremas lengan Youngmin-hyung dan membantunya
berdiri. “Kajja.Kita pulang.”, ajakku. Kufikir, jika Youngmin-hyung
terus berada disini, diaakan merasakan sakit yang semakin bertambah.
Jadi, rumah mungkin tempat yangtepat.
Youngmin-hyung
hanyamenurut tanpa berkata sepatah katapun. Aku tau dia sangat kalut dan
shock.Terlihat sekali dari air mukanya yang sidah seperti mayat hidup
saja. Putih danpucat. Berjalan seperti sudah tak punya semangat hidup
lagi.
Aku hanya bisamemandangnya penuh rasa kasihan dan
prihatin. Dengan kecepatan sedang,kulajukan mobil yang kami tumpangi
menuju rumah. Well, kuharap Youngmin-hyungbisa istirahat nanti.
Kwangmin POV –End-
Huaa~*loncat-loncat* akhirnya selesai juga~
Eottae? Part yangini bagus apa enggak readers-deull? Kepanjangan apa enggak? 11 page MicrosoftWord loh~ *O*
Kritik dan saranjangan lupa ya memberdeul~ Jangan mau kutunggu di neraka nanti *evil cutesmile*
Eh,
eh.. tau nggakeaders-deul? [kagak! XDD] Yang waktu partnya Jiah, habis
suara pesta bel mobilitu, aku bikin lucu.. Yang waktu Jiah bilang dia
cium bau harum, dibayanganauthor, itu adalah bau kue yang baru matang
*Q* Huahaha~
Oke~ masih ada satupart terakhir~
Don’t forget to RCL^_^
I See You~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar