19.4.13

Sometime, something will be different (9/10)

Tittle                  : Sometime, something will be different
Author                : Hime Misaki
Rating                : T
Main cast           : Lee Jiah
                              Kim Hana
                             Jo Youngmin
                            Jo Kwangmin
                            And other cast
Genre                 : Romace Sad
Length               : Chapter
Caution : FFini adalah murni dari otak kecil saya sendiri. Jika ada alur yang sama atauadegan yang sama, itu semua kagak disengaja woy *PLAK! XDD Walaupun cerita inibisa dibilang gacukup bagus untuk ukuran seorang author seperti saya(dibandingkan dengan karya-karya Meg Cabot ataupun Stephanie Meyer atau yanglainnya), diharapkan yang membaca memberi sedikit saja penghargaan bagi sayaselaku yang membuat..
Hati-hati jugadengan bom Typo yang siap meladak di tengah-tengah FF ini.. Maklum, saia jugamanusia :3 Bahasa yang saya pakai mungkin sedikit-banyak agak sangatmembingungkan untuk para readers *huahaha* Harap dimaklumi saja ya,readers-deul *aegyo bareng Boyfriend*



Chapter 9 : Hurt and More Hurt..

“Nanti tunggu aku diparkiran seusai sekolah ya?”, ucap seorang namja blonde sambil mengacak-acakrambut yeoja semampai dihadapannya ini.

Yeoja semampai inihanya mengangguk pelan dan segera berlalu dari hadapan namja blonde sekaligusnamjachingunya ini.

Sang namja yangmelihat tingkah laku yeojachingunya itu sangat merasa bersalah. Memang, tidakseharusnya ia bertindak bodoh seperti apa yang ia lakukan pada Jiah-yeojachingunyatempo hari. Ciuman sepihak? Itu sesungguhnya sangat kejam. Ckckck

Padahal, sebenarnyaJiah sudah tidak mempermasalahkan tentang insiden tak terduga di rumah besarkeluarga Jo akhir pekan lalu. Yang ia pikirkan hanyalah hatinya yang semakinlama semakin melemah karena ia menunda deadline transplantasi-nya. Terkadangrasa nyeri yang sangat menikam dirasakannya. Walaupun ia sudah meminum obatnya.

Saking sibuknya yeojaini dengan fikirannya, ia mengabaikan beribu pasang mata yang menatapnyatertegun saat tubuh kecilnya melintas. Rambut yang digerai rapi, poni yangdisibakkan ke belakang dengan jepit merah simple serta tidak adanya auramembunuh lagi yang selalu menjadi latar belakangnya sebelum hari ini. Jiah yangbaru. Sangat mengejutkan penghuni S School.

Tak sedikit pula yangsaling bertanya siapa yeoja yang tengah membuat mereka semua menganga lebaritu. Karena memang, S School tidak ah, belum memiliki sosok yeoja yang terlihatcantik dan berkharisma namun dingin seperti sosok Jiah saat ini. Bahkan, adajuga yang menyapa Jiah genit.

Jiah belum sepenuhnyaberubah, kau perlu ingat hal ini. Ia tak segan-segan melemparkan auramembunuhnya kepada siapa saja yang berani mengganggunya. Itu membuat banyaknamja dan yeoja hanya berani mengaguminya dari jauh saja.

Jauh dari dalamdirinya yang terlihat tenang, Jiah sedang menahan rasa sakit yang kembalimenyerang ulu hatinya. Dengan langkah jenjangnya, Jiah menuju ke toilet dengancepat. Seberusaha mungkin ia menjaga agar raut mukanya tetap terlihat datarseperti biasa. Dan segera mungkin memasuki toilet untuk lebih leluasamelampiaskan rasa sakitnya.

Tapi sebenarnya, namjablonde yang sedari tadi diam-diam mengikuti Jiah, merasakan kejanggalan padadiri yeojachingunya. Raut wajah Jiah yang sekeras mungkin ia tutupi, tak akanbisa menipu namjachingu yang sudah mengenalnya dengan baik. Raut wajah yang menggambarkansesuatu yang disembunyikan dengan rapat jauh di dalam dirinya.

Namja blonde inisegera melangkahkan kakinya menjauh dari toilet perempuan menuju kelasnya,tatkala bel berbunyi nyaring menggema di setiap sudut tempat di S School. Semogadia baik-baik saja, harapnya.

Jiah POV
Argh! Pelajaran yangsongsaenim terangkan sampai saat ini sama sekali tidak masuk di otakku. Kenaparasa sakit ini terasa sangat senang menyiksaku? Dan lagi, liburan masih 2minggu lagi. Akankah aku menahan rasa sakit ini selama 13 hari? Argh!! Aku bisamati!!!! >.

Kucoba untukmengontrol nafasku dan menenangkan pikiranku. Dengan harapan semoga saja inibisa meringankan bahkan menghilangkan rasa sakit ini.

Ya, bahkan jika akudisuruh memilih antara membersihkan toilet selama seminggu penuh seusai sekolahsekalipun. Itu akan lebih baik untukku daripada harus merasakan sakit ini.

Kriiinggg~Kriinnnggg~

Bunyi bel sekolahmenyadarkanku. Pelajaran sudah selesai. Melihat songsaenim yang sudahberpamitan dan mengucapkan terimakasih sebelum keluar kelas, aku segera berdiridan mengambil novelku dan tentu saja, ponselku.

Jika aku di kelas padajam istirahat seperti ini, aku yakin Youngmin akan datang ke kelasku untukmenemuiku. Jangan tanya kenapa aku malah bertindak seperti sedangmenghindarinya. Walaupun secara teknis aku tak menghindarinya. Aku hanya takingin membuatnya khawatir dengannya melihat keadaanku sekarang.

Jahat? Darimana sisijahatnya? Aku hanya tidak ingin merepotkannya. Itu saja. Walaupun memang, akujahat karena menyembunyikan ini semua darinya. Tapi, bukanlah aku ini hanyamainannya? Tak perlu bukan, dia terlalu mengkhawatirkanku. Karena jika akurusak atau sudah tak bisa dipakai lagi, ia pasti akan sanggup membeli yangbaru. Hey! Dia Jo Youngmin. JO YOUNGMIN! Arra?

Aku duduk di bangkukecil yang memang sudah tersedia di atap sekolah S School ini. Bangku sepertibangku kelas pada umumnya namun terlihat kumuh dan kuno karena terlalu seringmerasakan perubahan cuaca dan terpaan angin. Aku mulai membaca novel yangsedari tadi memang sengaja kubawa.

Udara kota Seoul yangmasih tercium segar dengan beberapa pohon rindang. Langit yang biru sempurnatanpa tertutupi awan. Dan Sang Bola Pemanas yang bersinar tak cukup terikseperti biasanya pada musim panas. Ditambah alunan lagu theatrical dari SwanLake yang kudengarkan melalui headsetku, seakan mempermainkan gejolak hatiku.

“Jiah?”, panggilseorang namja dibelakangku yang masih bisa kudengar walaupun kedua telingkakukututupi dengan headset. Membuatku menoleh, dan menghela nafas lega saatmelihat bahwa namja itu bukanlah Jo Youngmin. “Kenapa kau ada disini?”, tanyanamja itu kemudian.

“Membaca buku. Kausendiri, Hyunseong?”, jawabku sekaligus bertanya balik hanya sebagai basa-basi.Entah sejak kapan seorang Lee Jiah suka berbasa-basi ._.a *mikir

“Hanya untuk mengisiwaktu luang. Membosankan jika terus berada di kelas. Daripada dikelas, disinilebih tenang.”, jawab Hyunseong. Ia lalu berjalan melewatiku dan bersandar padapagar pembatas atap membelakangiku. Terlihat dari punggungnya yang besar itu,ia sedang menikmati anugrah Tuhan yang terlukis indah di hadapannya kini. Atau,mungkin juga tidak :D

“Kau benar. Cuaca hariini juga tak begitu buruk.”, tambahku. Kututup buku novelku sejenak danberjalan menuju tempat Hyunseong bersandar. Melihat halaman luas S School dangedung-gedung yang berdiri kokoh agak jauh. Air sungai yang mengalir di sebelahtimur S School sekitar 100meter jauhnya.

Lapangan yang selaluramai pada waktu istirahat. Entah yang bermain adalah tim olahraga itu sendiriataupun amatir-amatiran yang tak punya kerjaan untuk mengisi waktu istirahatmereka. Sementara di tepi lapangan basket dan futsal, beberapa gadis yangnampak kecil dari tempatku ini, seolah sedang menjadi kelompok pemandu sorak.Bukan menyoraki tim, tapi menyoraki pujaan mereka.

Aku tersenyum haru.“Semoga.. Besok aku masih bisa melihat semua ini.”, gumamku tanpa sadar. Jujur,hanya itu yang ada di fikiranku saat ini. Bahwa aku berharap hari esok aku masihbisa merasakan adanya gravitasi yang menarikku.

“Apa maksudmu, Jiah?”,tanya Hyunseong tiba-tiba. Melunturkan senyumku yang sempat mengembang tadi.

“Nde? Memangnya akutadi bilang apa kepadamu?”, tanyaku balik.

“Keugae..”, kata-kataHyunseong terputus karena bunyi ponselnya. Ia merogoh ponselnya di sakucelananya itu dan menatapnya lama. Sementara aku sendiri hanya menunggu jawabankeluar dari mulutnya itu. Lalu Hyunseong memasukkan kembali ponselnya. “Mian,aku harus pergi sekarang.”, pamit Hyunseong sopan tak lama kemudian.

“Ne. Gwaenchanha.”,balasku dengan senyum ceria terpasang di wajahku.

“Baiklah. Janganterlalu lama disini jika kau masih sayang dengan kedua telingamu sendiri. Wakilkepala sekolah Jang akan murka melihat ada murid yang berani bermain di atappada waktu istirahat. Aku pergi dulu. Jaga dirimu.”, ucap Hyunseong laluberlalu begitu saja. Menghilang dari pandanganku perlahan hingga sirna. Danakupun kembali menikmati anugrah Tuhan ini.

Menatap langit biruyang terlihat seperti sedang menyemangati hidupku yang semakin dekat denganrumah megah Tuhan. Aku tersenyum simpul. “Ne, arraseo. Aku akan tetap berusaha,langit. Gomawo.”, ucapku.
Jiah POV –End-

Author POV
“Siapa sih yang sedangkau cari, hyung?”, tanya Kwangmin yang heran sendiri melihat hyung 6 menitnyadari tadi hanya celingukan kesana kemari. Sementara yang ditanyai hanyamenghiraukan saja pertanyaan itu dan masih mengedarkan pandangannya lagi.

“Seharusnya waktuiatirahat adalah waktu privasi tiap murid.”, keluh seorang namja yang baru sajadatang di kelompok kecil makan siang itu sambil duduk di bangku yang memangtersediakan untuknya.

“Sudahlah, Hyunseong.Ini ‘kan memang kewajiban kita sebagai panitia darmawisata tahun ini.”, bantahsang tertua di antara kelompok kecil makan siang itu sambil menyodorkanbeberapa kertas dengan coretan-coretan tangannya kepada namja yang baru datangtadi.

Hyunseong hanyamenghela nafas panjang. Merasa pasrah dengan kata-kata yang tadi dilontarkanDonghyun. Tidak ada alasan untuk membantah. Jadi dia hanya diam dan mulaiserius berbicara dengan Donghyun.

“Youngmin-hyung,kenapa kau tak memakan itu? Hyung tidak lapar, eoh?”, tanya Minwoo melihatjatah makan siang Youngmin masih rapi. Belum tersentuh sama sekali.

“Makanlah kalau kaumau, Minwoo-ya. Aku sedang tidak bernafsu untuk makan.”, jawab Youngmin cuek.“Kemana yeoja itu?!”, gumamnya kemudian.

“Kau mencari Jiah,eoh?”, sahut Jeongmin.

“Ne. kemana dia? Apaada yang tau?”, jawabnya sekaligus bertanya sambil masih saja mengedarkanpandangannya barangkali sang yeoja yang ia cari menunjukkan muka yang sudahsangat dirindukan Youngmin saat ini. Tapi, nihil.

“Tadi dia ada diatap.”, jawab Hyunseong singkat.

“Mwo? Di atap? Sedangapa dia di atap, eoh!?”, tanya Youngmin sedikit kaget. Sementara Hyunseong yangmerasa pertanyaan itu ditujukan kepadanya hanya angkat bahu dan bersikapmasa-bodoh-soal-itu.

Dengan segera,Youngmin bangkit dan langsung berlalu begitu saja tanpa permisi terlebihdahulu. Donghyun, Hyunseong, Jeongmin, Kwangmin dan Minwoo yang memahamikeadaan Youngmin saat ini hanya mengacuhkan sikap tidak sopan namja itu dankembali dengan kesibukannya masing-masing.

Sungguh, Youngminsangat khawatir pada keadaan Jiah saat ini. Wajahnya cukup pucat waktu taksengaja Youngmin mengintipnya di kelas Jiah saat pergantian jam pelajaran tadi.Ia takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan pada diri yeojachingunya itu.Langkahnya ia perlebar agar cepat sampai di atap. Juga ia berharap Jiah masihada disana.

Krieet… Bunyi derit pintu atap yang terdengar nyaringsekali. Membuat seorang yeoja yang masih menikmati waktu istirahatnya disinimenoleh kearah pintu. Alangkah terkejutnya yeoja itu melihat siapa sosok yangdatang.

Youngmin merasa sangatlega akhirnya dapat melihat yeojachingu yang telah membuatnya kacau hari ini.Yang telah membuatnya merasa sangat khawatir dan frustasi. Dengan secepat yangia bisa, Youngmin merangkul Jiah erat. “Kemana saja kau ini?”, bisik Youngmintepat di telinga Jiah.

Jiah hanya mematungkarena tindakan tiba-tiba Youngmin. Tapi, perlahan ia merasakan keresahan yangdirasakan Youngmin. Kenapa kau merasa seresah ini? Jangan terlalu meresahkanaku, bathin Jiah miris. Tangan mungil Jiah terangkat untuk membalas pelukanYoungmin. “I’m here, Youngmin-ah.”, jawab Jiah dengan senyum yang mengembang digaris bibirnya.

Youngmin tiba-tibasaja melepaskan pelukan itu dan memegang kedua sisi wajah Jiah. Menatapnyapenuh selidik. “Neo gwaenchana?”, tanya Youngmin lagi. Tergambar sekali darinada bicaranya, ia sangat khawatir pada Jiah saat ini.

Jiah tersenyummeyakinkan lalu mengangguk pasti. “Nan gwaenchanha.”, jawabnya singkat.

Entah ada angin apa,Youngmin mengubah raut wajahnya dan berpaling dari Jiah. “Kenapa kau adadisini?”, tanya Youngmin lagi.

Jiah tersenyum sekilaslalu menghampiri Youngmin. Entah, hari ini yeoja yang pernah menyandang ‘gelar’Yeoja Iblis ini menjadi sangat murah senyum hari ini. “Lihatlah!”, perintahJiah pada Youngmin sambil mengarahkan kepala Youngmin pada lapangan olahraga.“Kau tidak akan melihat ini jika tidak ada disini.”, lanjutku.

Youngmin hanyamenurut. Dirangkulnya pundak kecil Jiah sambil sesekali ia bergurau denganyeoja itu. Manusia tidak tau apa yang sedang dilakukannya saat ini. Merekaseperti boneka yang tak punya perencanaan. Karena semua rencana itu akanmenjadi sia-sia jika Tuhan sudah berkata. Tapi, toh kedua insan itu tengahmenikmati sedikit waktu yang tengah diberikan Tuhan..

________________________________

Jiah POV
Hari ini, sepulangsekolah tadi, aku ke toko buku terlebih dahulu. Ada buku yang harus kubeli.Tentu saja berkaitan dengan tugas skripsiku. Tapi, novel is my live~:D

Youngmin? Tadi diaberkata dia ada janji dengan Kwangmin. Katanya sih dia mau menemani Kwangminbeli hadiah ulangtahun untuk ibunya. Entahlah. Tapi, aku berangkat sendiri. Berjalankaki, tentu saja. Sesudah aku merasa buku yang kucari kutemukan, aku segeramenuju ke kasir dan membayarnya.

“Semuanya 15ribuwon.”, ujar penjaga kasir ramah kepadaku.

Aku hanya diam sambilmengambil dompetku dan menyerahkan sejumlah uang senilai dengan kata penjagakasir itu kepadanya. Dengan senyum ramah, aku mengambil buku-bukuku yang sudahterbungkus rapi dan berlalu.

Jalanan kota Seoul.Sudah lama juga aku tak berjalan kaki ya? Rasanya rindu sekali. Lalu lalangkendaraan bermotor dan orang-orang sibuk.

DEG! Rasa sakit itu kembali kurasakan menikan uluhatiku. Aku mencoba untuk tetap tenang sambil tanganku meremas dadaku. Berharapdengan remasan itu, rasa sakit ini sedikit sirna. Sungguh ini sangat sakit.Kumohon, tunggulah sampai aku sampai di rumah.

Lampu lalu lintas yangberwarna hijau untuk kami, pejalan kaki, menyala terang. Menandakan aku bisamenyeberang sekarang. Tapi, rasa sakit ini membuatku terlambat untukmenyeberang. Membuatku menjadi yang paling akhir pada barisan(?) menyeberangini. Argh! Rasa sakit ini!!

TIIN~ TIINNN~

Argh! Kepalakuterasa pusing sekali. Sakitdan nyeri. Perih, seperti ada luka di sekujur tubuhku. Dadaku masih terasasakit sekali. Punggungku kaku. Menempel pada sesuatu yang datar dan dingin.Pandanganku.. Aku melihat langit biru. Seperti tersenyum prihatin kepadaku. Akumengernyit bingung. Lalu, aku mencium bau yang sangat harum. Sedetik kemudian,pandanganku buram dan.. menghilang. Sebelum kesadaranku benar-benar menghilang,samar-samar aku mendengar suara namja yang sangat kucintai. Jo Youngmin. Apaitu hanya halusinasiku? Tapi, siapa perduli?
Jiah POV –End-

Kwangmin POV
“Maaf, apa anda taukemana yeoja tadi dilarikan?”, tanya hyungku yang entah sudah keberapa kalinyaia bertanya pada orang-orang di sekelilingnya. Dan untuk kesekian kalinya pula,orang yanng ditanyai hyungku hanya membungkuk sopan sambil berkata,“Mianhamnida.”

Aku paham keadaanhyungku saat ini. Yah, pemikiranku benar jika aku menduga hyunku ini sudahjatuh hati terlebih dahulu pada Lee Jiah sebelum ia membuat Jiah jatuh hatikepadanya. Jadi, aku, sebgai saeng yang baik hati dan juga manis XDD,membantunya mencari info tentang kemana Jiah dilarikan.

“Itu tadi ambulancedari Seoul Hospital(Author ngarang -_-v) ‘kan?”, bisik yeoja-yeojadibelakangku.

Aku spontan berbalikdan bertanya sopan. “Mian, yeoja tadi dilarikan ke Rumah Sakit mana?”, tanyakusambil membungkuk 15ᵒ.

“Aku tidak tau pasti,Ahjusshi. Tapi, ambulance tadi sepertinya ambulance milik Seoul Hospital.”,jawab salah satu yeoja tadi sopan.

Aku langsung pergi,tak lupa dengan ucapan terimakasih untuk yeoja tadi dan segera menghampiriYoungmin-hyung yang terlihat sekali sangat frustasi. Aku menarik lengannya.“Seoul Hospial.”, ucapku singkat lalu berjalan cepat menuju mobil yang kamiparkirkan di tepi jalan.

Youngmin-hyung tanpabanyak kata lagi segera masuk ke mobil dan aku yang menduduki kursi driver.Kulajukan mobil ini dengan kecepatan maximal yang bisa kutempuh di jalananSeoul yang sudah mulai cukup ramai. Kulirik Youngmin-hyung. Hanya untukmemestikan bahwa dia baik-baik saja.

Alisnya berkerut tandaia sedang benar-benar tidak sabar dengan lampu lalu lintas yang mungkin terasasatu jam berwarna merah baginya. “Ppaliwa!”, ucap Youngmin-hyung padaku. Nadasuaranya terdengar sangat gusar sekali.

“Tenanglah, Hyung.Jiah pasti baik-baik saja.”, aku mencoba untuk menenangkan kegusaran hyung 6menitku itu. Tak lama kemudian, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Dengansegera, aku melajukan mobilku kembali.

“Bagaimana mungkin kaubisa tenang jika satu-satunya yeoja yang sangat kau cintai mengalami kecelakaandan bahkan kau tak ada disisinya untuk hanya sekedar menggenggam tangannya danmengatakan semuanya akan baik-baik saja, ha!? Kajja, ppaliwa!!”, bentakYoungmin-hyung kasar kepadaku. Kulihat ia menitikkan air matanya.

Aku jadi terenyuhmelihatnya. Segera saja, kusalip mobil-mobil didepanku. Hingga saat aku telahmemberhentikan mobil karena sudah sampai di Seoul Hospital, Youngmin-hyunglangsung keluar dari mobil begitu saja dan segera memasuki Seoul Hospital tanpaperlu menungguku.

Aku memahaminya. Jadi,yang kulakukan hanya berlari mengejarnya saja. “Hyung!”, panggilku sedikitterengah-engah saat, akhirnya, Youngmin-hyung berhenti dan berdiri di depansebuah pintu ruang ICU.

Kulihat, jari-jariYoungmin-hyung gemetaran sambil tatapannya lurus menatap pintu ruang ICU yangtertutup rapat. Nafasnya tak beraturan, dan kuyakin sama halnya dengan suasanahatinya. Aku tak tau apa yang bisa kulakukan. Dan aku hanya diam sambilsesekali menepuk pelan bahunya. Berharap itu dapat menenangkannya.

1 jam berlalu…

Pintu ruang ICUterbuka. Memperlihatkan seorang uisa namja berjas putih bersih dengan maskeryang menutupi mulut dan hidungnya keluar dari ruangan ICU itu. Segera saja,Youngmin-hyung menerjang uisa tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedaritadi terlihat sekali Youngmin-hyung tahan di dalam hatinya.

“Uisa, bagaimanakeadaan Lee Jiah? Apa dia baik-baik saja? Dia masih hidup ‘kan, Uisa? Jawabaku, Uisa!!”, tanya Youngmin-hyung berturut0turut tanpa jeda setarikan nafaspunpada uisa di hadapannya.

“Mianhamnida. Kamisudah berusaha semampu kami.”, ucap uisa itu singkat lalu berlalu begitu saja.Meninggalkan Youngmin-hyung yang jatuh berlutut seketika. Seperti seongok tubuhyang sudah tak memiliki jiwa lagi.

“Hyung..”, panggilkulembut sambil meremas lengan Youngmin-hyung dan membantunya berdiri. “Kajja.Kita pulang.”, ajakku. Kufikir, jika Youngmin-hyung terus berada disini, diaakan merasakan sakit yang semakin bertambah. Jadi, rumah mungkin tempat yangtepat.

Youngmin-hyung hanyamenurut tanpa berkata sepatah katapun. Aku tau dia sangat kalut dan shock.Terlihat sekali dari air mukanya yang sidah seperti mayat hidup saja. Putih danpucat. Berjalan seperti sudah tak punya semangat hidup lagi.

Aku hanya bisamemandangnya penuh rasa kasihan dan prihatin. Dengan kecepatan sedang,kulajukan mobil yang kami tumpangi menuju rumah. Well, kuharap Youngmin-hyungbisa istirahat nanti.
Kwangmin POV –End-



Huaa~*loncat-loncat* akhirnya selesai juga~
Eottae? Part yangini bagus apa enggak readers-deull? Kepanjangan apa enggak? 11 page MicrosoftWord loh~ *O*
Kritik dan saranjangan lupa ya memberdeul~ Jangan mau kutunggu di neraka nanti *evil cutesmile*

Eh, eh.. tau nggakeaders-deul? [kagak! XDD] Yang waktu partnya Jiah, habis suara pesta bel mobilitu, aku bikin lucu.. Yang waktu Jiah bilang dia cium bau harum, dibayanganauthor, itu adalah bau kue yang baru matang *Q* Huahaha~

Oke~ masih ada satupart terakhir~
Don’t forget to RCL^_^
I See You~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar