19.4.13

Drabble [Hyunseong]


Tittle   : Don’t play me!
Cast     : Shim Hyunseong
              Kwon Bora
Genre  : Romance
Rating : MA
Length : Drabble

Caution!!
This FF only in my imagine.. Not on real.. If there’s some scent which same in the real, it’s just coindence~ No Plagiarizm, No CoPas, No pretend this is your FF!!! I’ll be so angry and will waiting you in the hell to blablablabla... just ignore~

Sorry if there’s still many typo(s) in this FF :3 I’m only a human who no perfect..

Someone who honest, will have a good live J
Please be honest, nae readersdeull J I can see you~


XXX


Kecipak, kecipak, kecipak... [? ? ? -,-“]

 Suara tapak kaki seorang namja berambut hitam kelam yang berlari di tengah hujan lebat yang tengah mengguyur kota Seoul. Dengan sebuah payung ditangannya yang ia guanakan untuk melindungi tubuhnya dari guyuran air hujan, namja ini mengabaikan sepatu dan celananya yang mulai basah karena kecipratan genangan air hujan.

Bora-ya, please wait me a little  bit more, bathin namja itu lirih. Sungguh dia sangat merutuki rapat dewan yang molor sampai 1 jam itu. Dalam hati, ia menyumpah serapahi Direktur Chang. Kalau bukan karena Direktur Chang yang berbelit-belit tadi, ia pasti sekarang ini sedang bersama dengan Bora.

Ketika namja ini memasuki taman, matanya langsung terotomatis menelusuri tiap sudut tempat yang dapat ia jangkau dari pandangannya. Ketika melihat sosok yeoja yang tengah berteduh dibawah pohon maple, namja ini langsung berlari menghampirinya karena ia kira itu adalah yeojachingunya—Kwon Bora.

Tak salah, yeoja itu memanglah Kwon Bora. “Bora-ya, mianhae i’m late.”, ucap namja itu dengan nafas yang terengah-engah selepas berlari.

Yeoja yang tengah berdiri dengan ujung bibir yang mulai sedikit membiru itu hanya bisa tersenyum lega karena penantiannya ditengah derasnya hujan ini tidaklah sia-sia. “Gwaenchanha, Oppa.”, jawab Bora menenangkan. Walaupun ujung-ujung jarinya sudah menjadi sedingin es, ia tetap berusaha memberikan kehangatan pada namjachingunya ini.

“Why are you wet like this? Why not take a shelter?”, tanya namja itu—Shim Hyunseong merasa cemas dengan keadaan Bora saat ini. Dipandanginya Bora dari ujung rambut sampai ujung kaki. Walaupun basah, yeoja dihadapannya ini masih terlihat cantik.

“I’m afraid Oppa will hard to find me out. It’s okay, Oppa. I’m okay.”, jawab Bora masih berusaha menenangkan. “You said, you want to say somethng, Oppa.”, tambahnya.

“Kajja. Better take a shelter first. Look at your lips, eoh!”, gerutu Hyunseong sambil merangkul bahu mungil Bora agar mereka satu peyung dan mulai berjalan meninggalkan taman. “In my apartment, nae?”, tanyanya meminta persetujuan terlebih dahulu dari Bora yang hanya dijawab anggukan darinya.

 ~ ||| ~ ||| ~ ||| ~ ||| ~ ||| ~

“Drink it! It’ll help you feel warmth.”, perintah Hyunseong lembut pada Bora sambil memberikan segelas coklat panas. Bora hanya menerimanya sambil merapatkan selimut yang tadi diberikan Hyunseong.

“Oppa, you said you want to say something to me. What’s that?”, Bora sedikit menyeruput coklat panas itu.

Namja itu, bukannya langsung menjawab malah hanya diam menatap wajah Bora dalam. Dalam dan sendu. Dimantapkan hatinya sebelum ia menjawab pertanyaan Bora. Lalu ia berdiri untuk duduk dihadapan Bora.

“I think.. We have to break up.”, jawab Hyunseong tegas namun tak meninggalkan kesan lembut dari kata-katanya itu.

Mendengar itu, Bora langsung tersedak dari acara minumnya. Membuatnya sedikit terbatuk-batuk. “Pardon me?”, tanya Bora memastikan bahwa telinganya tadi tidaklah salah dengar. He said he want to break up?, bathin Bora panik.

“We have to break up.”, ualng Hyunseong lagi, masih datar dan dalam.

Mata Bora menatap mata Hyunseong lurus. Ingin mencari kebenaran dari kalimatnya barusan. Tapi, yang ia temukan hanyalah kebulatan tekad. “Give me the reason.”, Bora menunduk mencoba menahan liquid bening miliknya yang menyeruak ingin keluar. Dadanya terasa sesak. Nafasnya tersenggal-senggal.

“I’m bored of relationship like this. I want to break up.”, jawab Hyunseong singkat.

Bora terenyak bukan main dengan jawaban Hyunseong. Hatinya terasa sakit sekali seperti disayat-sayat pisau yang ujungnya tumpul. Tak tahan lagi dengan siksaan batinnya, Bora akhirnya terisak pelan. “Am i have a mistake? Why are you decide to end our relationship?”, tanya Bora merasa sangat kalut saat ini.

Hyunseong hanya menghela nafas panjang. “I was said. I’m bored. Just it, nothing again. I just get bored and i want to break up!”, sentak Hyunseong sedikit meninggikan nada suaranya.

Bora lagi-lagi terenyak. Ia mencoba untuk memandang wajah namjachingu yang sudah menjalin hubungan dengannya lebih dari 3 tahun ini. Is it true that he feel bored at me?, kata Bora dalam hati merasa sangat tragis dan menyedihkan.

Wajah Hyunseong tegas tak tergoyahkan. Matanya, sekali lagi, memancarkan kebulatan tekad untuk mereka mengakhiri hubungan mereka. Bora kembali tertunduk. Ia biarkan liquid-liquid bening miliknya jatuh begitu saja.

“Ne, Oppa. If it’s what you want.”, ucap Bora lirih disela-sela tangisnya. Bora beranjak dari tempat duduknya dan membungkuk sopan. “Mianhae if i have some mistakes. Sorry too if i only can bothering your life. Thanks for all what you gave for me. I’ll home.”, tambahnya lalu berbalik dan berjalan. Mencoba untuk tetap terlihat tenang walaupun di tiap langkahnya, Bora menjatuhkan jejak-jejak liquid beninignya di lantai.

“Yak! Who’s allow you to go!?”, cegah Hyunseong tepat sebelum Bora memutar kenop pintu.

Bora melebarkan matanya dan berbalik. Didapatinya Hyunseong sudah ada di hadapannya sekarang. “Mwo?”, tanya bora tak percaya. Apakah ia tuli atau tidak? Dia sendiri ragu. Ia tadi mendengar, Hyunseong tidak mengizinkannya pergi. Benarkah itu?

“Our relationship is end now, isn’t it?”, tanya Hyunseong memastikan.

Bora kembali tertunduk menahan semua rasa sakit yang kembali menjalar ulu hatinya. Pilu dan perih. “Nae. You’re allright.”, jawab Bora lirih.

“Then..”. Hyunseong mengambil sebuah kotak kecil berwarna biru dari saku celananya lalu berlutut di hadapan Bora. “Would you mind to be my wife?”, lanjut Hyunseong lembut.

Bora langsung melebarkan matanya selebar yang ia bisa. Ia langsung menatap Hyunseong yang kini tengah berlutut dihadapannya sambil menyodorkan sebuah cincin kearahnya. Bora hanya mampu diam membisu. Terkejut bukan main. Sungguh, dalam hati, ia berfikir kalau telinganya sudah mengalami gangguan pendengaran. “O-oppa”, panggil Bora akhirnya dengan terbata-bata.

“I’ll repeat it once more. Kwon Bora, Would you marry me? Would you mind to be wife of Shim Hyunseong?”, ulang Htunseong masih berlutut dengan tangan yang menyodorkan sebuah cincin cantik kepada Bora. Tak lupa dengan senyum yang syarat akan kelambutan dan ketulusan.

Tak tahan lagi, Bora segera menepis kasar cincin itu hingga jatuh begitu saja di lantai dan langsung menerjang Hyunseong. Yeoja ini menumpahkan semua tangisnya si pelukan Hyunseong. Rasa sakit yang sempat dirasakannya tadi, tiba-tiba saja berubah menjadi kebahagiaan tiada tara. “Nappeun Oppa! Nappeuniya! You playing me!!”, runtuk Bora sambil memukul-mukul dada Hyunseong pelan disela-sela tangisnya.

Hyunseong yang melihat reaksi yeojachingunya ini hanya bisa tersenyum sambil tangannya mengelus-elus kepala Bora lembut. Berharap Bora akan menghentikan tangisnya. Setelah dirasakannya Bora telah stabil, didorongnya lembut bahu mungil Bora agar tidak menindihi tubuh Hyunseong lagi dan agar hyunseong dapat melihat air muka Bora yang tentu saja menjadi kacau saat ini.

“How? Would you?”, tawar Hyunseong lagi lembut sambil mengelus-elus kedua pipi Bora pelan.

Bora hanya mengangguk pasti lalu kembali menghambur ke pelukan Hyunseong. Membuat Hyunseong hanya mampu terkekeh pelan.

I want to wear thet blue dress in the bridal time with you beside me..



 Yeay~ Akhirnya selesai juga~ :D
Gimana dapet feel-nya nggak, readers-deull?? Aku berharap ada yang nangis saat baca FF ini XDD


Don’t forget to RCL~
I See You, Guys ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar