19.4.13

Drabble [Donghyun]


Tittle   : Who’s Baka?
Cast     : Kim Donghyun
              Mei Nara
Genre  : Romance
Rating : T+
Length : Drabble

Caution!!
This FF only in my imagine.. Not on real.. If there’s some scent which same in the real, it’s just coindence~ No Plagiarizm, No CoPas, No pretend this is your FF!!! I’ll be so angry and will waiting you in the hell to blablablabla... just ignore~

Sorry if there’s still many typo(s) in this FF :3 I’m only a human who unperfect..

Someone who honest, will have a good live J
Please be honest, nae readersdeull J I can see you~



Tokyo, December 12nd 2012
Kurasakan mataku sangat berat saat ini. Tapi, aku terus mencoba untuk membuka mataku perlahan. Ketika kedua mataku sukses terbuka, hanya ada warna putih di sekelilingku. Semua benda di sekililingku berwarna putih. Kecuali sebuah selimut dan baju yang tengah kupakai, warnanya hijau kebiru-biruan.

Apa aku sekarang sedang berada di rumah sakit? Tapi, kenapa aku bisa berada disini? Terakhir kali kuingat, aku sedang menyelamatkan seorang anak yang terjebak dalam suatu kebakaran bersama Nara. Ah, Nara! Kemana yeoja itu? Huh, apa dia tidak perduli denganku, eoh? Menyebalkan =3=”

Diluar, terlihat pohon bunga sakura yang sedikit demi sedikit mulai meranggas. Kenapa terasa cepat sekali? Terakhir kali kulihat, pohon-pohon masih indah dan lebat. Atau mungkin, hanya perasaanku saja ya? Ah! Tak mungkin kan sebuah pohon dapat meranggas sebegitu cepat. Yeah, pasti cuma perasaanku saja terakhir kali aku melihat pohon-pohon masih dalam keadaan rimbun.

Pintu tiba-tiba terbuka perlahan. Menampakkan seorang suster  lengkap dengan apalah itu yang ia bawa aku tidak tau. Suster itu tersenyum ramah kepadaku dan kubalas dengan senyumanku yang tak kalah ramah.

“Anda sudah sadar, Donghyun-san?”, tanya suster itu ramah mencoba untuk berbasa-basi denganku sambil mengecek kantung infus di sebelahku.

Aku hanya membiarkan kegiatan suster itu. Aku hanya menggumam mengiyakan. “Memangnya apa yang sudah terjadi padaku?”, tanyaku kemudian dengan Bahasa Jepang yang akhir-akhir ini memang sedang kupelajari.

“Anda terjebak dalam sebuah kebakaran,  Donghyun-san.”, jawab suster itu.

Tiba-tiba terlintas tentang perempuan itu di otakku. “Bagaimana dengan keadaan Mei Nara, suster? Bukankah dia juga terjebak bersamaku?”, tanyaku lagi.

Dudter tersebut mengalihkan kegiatannya sebentar untuk menatapku. “Mei Nara?”, ulang suster itu dengan alis yang berkerut tanda ia sedang merasa bingung.

“Hai’. Dia juga terjebak bersamaku di dalam rumah yang kebakaran lalu.”, terangku.

“Tidak ada pasien di rumah sakit ini yang bernama Mei Nara, Donghyun-san.”, jawab suster itu sambil mengingat-ingat. Dia memegang peningnya tanda ia memang sedang mengingat-ingat lalu memandangku dan tersenyum. "Benar. Tidak ada pasien bernama Mei Nara", tambahnya memastikan pernyataannya yang tadi.

Tidak ada? Oh, apakah itu artinya Nara baik-baik saja? Ah, syukurlah.
“Hai’. Arigatou gozaimasu.”, ucapku sopan ketika suster itu membungkuk meminta izin untuk pergi.

Hah~ kenapa disini sepi sekali? Ketika suster itu pergi, suasana menjadi sunyi dan senyap lagi. Kenapa Nara tak menjengukku ya? Haish -_- Aku akan menghukumnya saat aku sudah sembuh nanti.

Aku kembali melihat kearah luar jendela. Tapi, pandanganku teralih ke sebuah boneka Panda yang cukup besar di atas meja disamping ranjangku. Kucoba gerakkan tanganku untuk meraihnya.

Panda ya? Pasti dari Nara. Dasar yeoja itu, benar-benar maniak panda. Kulihati boneka itu.di bagian perutnya, ada sebuah lingkaran berwarna merah dengan tulisan “Press” di tengah-tengahnya. Aku mencoba menekannya.

“Baka onii-san”, bunyi boneka itu dengan suara milik Nara. Aku hanya tersenyum simpul. Yeoja itu.. benar-benar deh..

Kukembalikan lagi boneka itu pada tempatnya. Lagi-lagi, pandanganku teralih. Ada sepucuk surat di atas meja. Kutunda pengembalian boneka panda itu dan beralih membuka lipatan demi lipatan kertas berwarna biru tersebut.

Tokyo, August 21st 2012
Dear, Kim Donghyun

Hi, Onii-san! Apa kau sudah baikan? Ahaha, semoga saja kau dalam keadaan baik-baik saja saat membaca surat ini, ne? Aku akan menjambak rambutmu kalau kau tidak dalam keadaan baik. Kekeke~

Onii-san, kau ini bodoh sekali ya? Kenapa membantuku hingga memasuki rumah yang kebakaran itu? Aku ‘kan bisa mengerjakannya sendiri. Ingat? Ayahku seorang Kepala Pemadam Kebakaran. Jadinya kau sakit begini ‘kan?
Tapi untunglah anak yang kita selamatkan waktu itu tidak terluka. Malah ganti kau yang terluka! Baka onii-san!!

Aku berhenti sesaat dan terkekeh pelann. Aigoo, kenapa yeoja ini senang sekali ya mengataiku bodoh? Hey, bahkan IQ-ku 3 angka lebih tinggi darinya. Dasar! Nanti, aku akan benar-benar menghukumnya nanti.

Onii-san, kau tau tentang cerita gadis penjual korek api? Gadis itu mati dalam salju karena kedinginan. Kau hampir saja berakhir sama sepertii gadis itu kalau saja tidak ada aku! Lihat, siapa yang bodoh? Hahaha
Bagaimana keadaan mata dan paru-paru barumu? Semoga kau menyukai dan nyaman dengan mereka. Kata dokter, matamu terkena serpihan arang sehingga matamu sudah tidak bisa berfungsi dengan normal lagi. Lalu, paru-parumu juga. Kau terlalu banyak menghirup karbondioksida. Aku sudah berusaha mencari organ pengganti untukmu. Tapi kau tau ‘kan, Onii-san? Stok untuk paru-paru sangatlah jarang.

Onii-san. Tolong jaga pemberianku itu di dalam tubuhmu  ya? Jangan buat aku merasa menyesal sudah mendonorkan mata dan paru-paruku untukmu. Onii-san harus hidup bahagia dan menjadi sukses untuk membangun taman bermain yang kita impikan dulu. Aku akan selalu kau ingat dalam hatimu ‘kan, Onii-san? Lagipula, sebagian darahku juga sudah bercampur dalam nadimu. Tidak ada alasan untukku pergi jauh-jauh darimu. Kekeke~

Oh ya! Pelihara panda-ku ya, Onii-san! Jangan lupa diberi makan :D dan jangan biarkan warna putihnya menjadi abu-abu atau aku akan datang dan mencekikmu nanti XD

Onii-san, Kimi o aishiteru. Kimi o totemo aishiteru.
Onii-san tidak boleh jadi orang bodoh lagi ^_^

Your beloved,
Mei Nara


Suasana disekitarku mendadak mencekam. Ruangan yang kutempati ini terasa semakin kecil dan menyesakkan. Tak sadar, kertas biru itu jatuh begitu saja. Begitu juga air mataku. Hatiku terasa sangat sakit dan sesak. Seperti aku sudah kehabisan stok Oksigen dalam paru-paruku. Tunggu, paru-paruku? Ini bukan paru-paruku! Ini paru-paru Nara! Dan juga mata ini, darah ini. Aku bisa hidup karena Nara. Dasar Baka! Nara bodoh! Kenapa menyelamatkan hidupku? Kenapa tak membiarkanku mati saja!?

Aku menangis terisak. Membiarkan diriku terlihat seperti namja lemah. Aku benci! Aku benci semua ini! Paru-paru, mataku dan juga hidupku! Aku benci semuanya!! Nara, kenapa kau tak mengerti? Dalam hidupku, harus ada nama Mei Nara. Harus ada sosok Mei Nara! Tanpamu, aku hanya seongok tubuh tak bernyawa.

Aku meremas boneka panda pemberian Nara. Hingga tak sengaja, bagian perutnya kutekan. “Baka onii-san”, bunyinya. Aku menatap boneka panda itu. Kaulah yang baka, Nara, bathinku miris. Tiba-tiba terlintas harapan kecil Nara dalam surat tadi.

Menjadi sukses untuk membangun taman bermain impian kita? Itukah keinginan terbesarmu hingga rela memberikan hidupmu? Nara, gomen ne.. Yeah, aku tak akan membuatmu menyesal, Nara. Aku akan membuatmu bangga kepadaku. Arigatou, Nara. Mei Nara. Atas apa yang sudah kau berikan kepadaku. Aku akan menjadi sukses untuk membangun impian kita bersama. Tunggu aku disana, Nara. Kimi o aishiteru.


---THE END---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar