Tittle : Sometime, something will be different
Author : Hime Misaki
Rating : T
Main cast : Lee Jiah
Kim Hana
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast
Genre : Romance, sad
Length : Chapter
Caution : Karya ini murni dari otak kecil yeoja biasa bernama Amanda yang tak lain adalah saya sendiri. No plagiarism! No copas without my permission!
WARNING : Cerita yang nggak bermutu dibandingkan dengan karya-karya Mega Cabot atau author-author hebat yang lain. Bahasa membingungkan. Banyak typo bertebaran (mungkin)
Chapter 1 : It's Me
5 menit lagi bel tanda masuk akan berbunyi, dan pabonya aku baru saja memasuki gerbang sekolah. Padahal ada aturan pada saat bel telah dibunyikan, semua siswa harus memasuki kelas masing-masing. Akupun menenteng tasku dengan sembarangan sambil berjalan cepat. Jika kau bertanya kenapa aku tak berlari saja, padahal kelasku ada di lantai paling atas di gedung S High School ini? Jawabannya adalah karena aku tak mau menghancurkan image 'dingin' dan 'jutek' yang sudah susah payah kubangun ini.
BRUK! "Aduh! Kalau jalan lihat-lihat dong!", bentak seorang yeoja yang tak sengaja kutabrak.
"Kaulah yang harusnya melihat dimana tempat kau berdiri", jawabku datar sambil melirik yeoja tadi dengan tatapan iblisku.
Yeoja tadi hendak memakiku langsung mematung melihat siapa yang dibentak tadi. Dan sejurus kemudian yeoja itu menghilang dari hadapanku dan lari terbirit-birit. "The demon is here", bisk seseorang di belakangku.
Aku yang mendengar itu sontak memberikan death glare-ku. "What did you say? Repeat it once more", ucapku tajam. Orang tadi langsung saja terhenyak dan mundur beberapa langkah, mengambil langkah seribu hingga tubuhnya tak terlihat lagi di mataku. Aku hanya mendengus kesal lalu segera berjalan cepat lagi menuju kelasku.
Tet... Teet.... Teetttt....
Aku yang mendengar bel yang sudah tak asing di telingaku itu langsung saja berlari. "Ppaliwa! Pabo Jiah!", geramku dalam hati. Langkahku terhenti ketika melihat kelasku yang masih belum tenang. "Gah! Ternyata songsaengnim belum masuk", gumamku lega. Lalu dengan langkah gontai aku melangkah menuju bangkuku. Aku mendudukkan pantatku di bangku kayu yang terletak di barisan belakang di sudut kelasku. Tapi, aku masih bersyukur. Karena walaupun bangkuku terletak di sudut, aku masih bisa melihat halaman sekolah yang terhubung lewat jendela di sebelah kiri tanganku ini.
Di bawah sana, aku melihat sekelompok namja sedang berjalan santai. Pandanganku terfokus pada namja berambut blonde. Aku memandangnya dengan tatapan kosong. Tiba-tiba saja namja itu mendongak dan alhasil dia melihatku yang sedang menatapnya. Entah ada angin apa namja itu melambaikan tangannya ke arahku dengan bibir yang bergerak mengucapkan kata "Annyeong" yang pastinya tak akan bisa kudengar dengan jarak sejauh ini.
Aku mengerutkan dahiku dibalik poni mousse yang menutupi hingga setengah mataku ini. Langsung saja aku bediri dan menarik tirai jendela sampai tempat dudukku terhalangi sinar. Bagus! Aku duduk kembali di bangkuku. Ingatanku tiba-tiba saja melayang di hari itu. Hari yang paling berpengaruh dalam hidupku. Sebuah latar belakang yang membentuk diriku menjadi yang sekarang ini. Seorang gadis yang ditakuti
Youngmin POV
"Pabo! Ppaliwa Kwangmin-ah! Hyung sudah menunggu!", teriakku pada Kwangmin, saengku yang masih saja di kamarnya.
"Eodiga?", tanyan Kwangmin santai sambil mengigit rotinya dan menyeret tasnya.
"Kwangminnie! Youngminnie! Ppaliwa! Donghyun hyung dan Jeongmin hyung sudah jamuran tuh!", teriak Minwoo, saengku yang paling muda.
"Ne", teriakku balik sambil berlari menuruni tangga dan tak lupa mengambil tasku. Segera aku menghampiri tempat Donghyun hyung dan Jeongmin hyung, juga Minwoo berdiri.
"Aish, lama sekali", kata Donghyun hyung bosan.
"Kajja kita berangkat!", ajakku mengalihkan pembicaraan mereka yang bosan menungguku dan Kwangmin. Yahh, secara teknis hanya Kwangmin. Aku tidak termasuk.
"Hyung! Chamkanman!", teriak Kwangmin dari belakang.
Aku dan hyung-hyungku, juga Minwoo tidak menghiraukannya. "Dimana Hyunseong hyung?", tanyaku membuka obrolan.
"Dia berangkat sendiri. Katanya sekalian mengantar yeojachingu-nya", jawab Jeongmin hyung.
"Hahh hahh hahhh.. ", Kwangmin datang dengan terengah-engah mengikutiku berjalan di sampingku. "Yak! Kenapa kalian meninggalkanku?!", tanyanya marah.
"Kau seperti siput saja, Kwang", ledek Minwoo bosan.
Aku hanya bisa diam dan berjalan santai menuju S High School. Sekolah milik ayahku, Jo YoungDae. Kami terlambatpun takkan ada yang berani menghalangi kami masuk.
"Hmm capek ya hyung?", tanya Kwangmin padaku.
"Tidak juga", jawabku singkat dan segera masuk ke halaman sekolah. Seperti yang kuduga sebelumnya, tak ada yang berani menghalangi aku dan rombonganku(?) masuk.
-Dialog Version-
Kwangmin : Yak! Kalau begitu gendong aku hyung *rajuk*
Minwoo : Kau seperti wanita saja, Kwang *menyeringai*
Kwangmin : Yak! Aku ini lelah tau! Apalagi kalian tadi meninggalkanku! *memukul lengan Minwoo*
Minwoo : Aduh! *mengelus-elus lengannya* Sakit, pabo!
Donghyun : Salah sendiri laban! :D
Hyunseong : Haha.. biang keladinya masih sama ya?
Youngmin : Eh? Hyunseong hyung? Sejak kapan?
Jeongmin : Apa aku masih tampan ya? *cari kaca*
Minwoo : Nih rasakan! *mukul Kwangmin*
Kwangmin : Aduh! Awas kau Minwoo-ya!!
Hyunseong : Nih kaca *ngasih kaca ke Jeongmin* Sejak kalian masuk gerbang
Donghyun : Aku tak merasakan keberadaanmu :D
Jeongmin : Gomawo *ngaca*
Youngmin : Mungkin saja Hyunseong ini adalah hantu XDD
Hyunseong : Dasar kalian ini :D
Minwoo : Yak!! Hyung tolong aku dari iblis jahat *ngledek Kwangmin sambil bersembunyi dibalik Youngmin*
Kwangmin : Mwo!!? Iblis!? Kalau begitu biar aku yang mengantarkanmu ke neraka
Minwoo : Hyungie!!! Tolong aku!!
Youngmin : Kalian berdua ini! Hentikan! Jangan bertingkah seperti anak kecil!
-Dialog Version- End
Mereka berdua langsung saja diam mendengar penuturanku tadi. Itu bagus. Dengan begitu mereka tidak berisik. Tiba-tiba saja aku ingin mendongak. Melihat apa yeoja itu masih memandangiku pagi ini. Aku mendongak dan kutangkap dimataku dia sedang menatapku. Entah kenapa, tanganku tergerak dan alhasil aku melambai-lambai padanya sambil berucap “Annyeong” tanpa suara. Yeoja itu langsung berdiri melihatku melambai kepadanya. Awalnya kupikir ia merasa malu dan beranjak dari tempat duduknya. Tapi aku salah, ia hanya berdiri untuk menutup tirai dan kembali duduk.
“Hyungie melambai ke siapa?”, Tanya Minwoo sambil mengikuti pandanganku. Berusaha mencari siapa yang membuat tanganku melambai indah.
“Aniya. Kajja!”, bantahku sambil menggandeng tangan Minwoo.
“Hyung! Kenapa Minwoo digandeng sedangkan aku tidak!?”, rengek Kwangmin dibelakangku. Aku menghiraukannya dan segera berjalan cepat berharap songsaenim belum masuk kelas.
Youngmin POV –End-
Author POV
Tak berselang lama kemudian, songaenim masuk ke kelas mereka masing-masing dan pelajarannya pun dimulai. Selama pelajaran, pikiran mereka berdua tidak berada dalam pelajaran. Melainkan ke hal lain.
Lee Jiah. Yeoja berperawakan tinggi dengan poni ber-mousse yang panjangnya menutupi setengah dari matanya. Rambutnya selalu dibiarkan acak-acakan tanpa sedikitpun hiasan. Bukan berarti ia tidak menyisir rambutnya setiap hari. Ia seperti yeoja pada umumnya. Tapi ia tak pernah mau menunjukkan bahwa dia sama seperti yeoja pada umumnya semenjak vonis yang diberikan uisa waktu itu. Waktunya hanya tinggal 5 bulan saja. Atau mungkin akan lebih lama jika ia punya cukup uang dan waktu untuk menjalankan pengobatan. Juga perhatian.
Tapi sayang.. semua itu hanya angan-angan saja. Semua anggota keluarganya dibunuh secara tragis 5 tahun yang lalu. Hanya dia yang tersisa. Tapi yeoja itu tidak lantas terpuruk dan terus terpuruk. Ia yakin bahwa masa depan yang lebih baik untuknya itu ada.
Dengan berbekal kepintaran yang ia mililki, Lee Jiah diterima di S School dengan mendapatkan beasiswa penuh. Sebuah penghargaan untuk kepintaran yang ia miliki. Namun, karena, lagi-lagi, vonis uisa tentang penyakitnya itu, pikirannya mendadak kosong. Yang dia inginkan hanyalah secepatnya lulus dengan nilai yang ia targetkan dan segera menjalankan pengobatan. Untuk melihat umma dan appa serta semua saudaranya tersenyum disana.
Teeettttt………… Bel istirahatpun berbunyi
Youngmin POV
“Hyung ayo ke kantin”, ajak Kwangmin semangat
“Chamkanman. Aku selesaikan yang ini dulu”, jawabku sambil masih berkutat dengan rumus-rumus fisika. Kwangmin kembali terduduk sementara aku menyelesaikan soal-soal ini.
20 menit kemudian..
“Hyung! Kajja!!”, ajak Kwangmin lagi dengan nada tak sabaran. Tangannya menggoyang-goyangkan bahuku. Dan itu membuatku risih. “Ne,ne! Kajja!!” akupun bangkit dan berjalan bersama kwangmin menuju kantin.
Youngmin POV –End-
Ji-Ah POV
Aku tertunduk membayangkan diriku 5 bulan yang akan datang. Dan juga diriku 5 bulan yang lalu. “Tuhan, jika kau memberikanku waktu sedikit lebih lama, aku akan melakukan hal yang lebih baik dari ini. Aku berjanji”, gumamku pelan sambil menatap langit-langit lembut. Tiba-tiba perutku yang biasanya tak pernah terasa panas di sekolah kini terasa panas. Aku mengalihkan tatapanku ke arah perutku. Rasanya aku lapar :D
Akupun segera bangkit dan berjalan menuju kantin. Sangat ramai disana. Membuat orang lain akan susah untuk berjalan dengan santai di keramaian seperti ini. Tapi tidak denganku. Tanpa aba-aba, mereka semua menepi. Memberiku jalan. Aku tau kenapa, alasannya adalah karena itu adalah aku. Lee Jiah.
“Maaf, nona. Bukankah seharusnya anda mengantri?”, tanya namja dibelakangku, lembut.
Masih tetap berada di posisiku, aku menjawab “Siapa kau beraninya berkata seperti itu?” dengan datar tentunya tapi tanpa deathglare. Entah ada apa denganku, jantungku berdegup kencang dibalik dadaku, saat ini mendengar suaranya. Padahal aku tak tau siapa dia.
“Aku Youngmin. Jo Youngmin. Bisakah anda mengantri?”, jawab suara itu tak kalah lembut dari sebelumnya. Aku sedikit melebarkan mataku dibalik poni mousse-ku. Jo-.. Jo Youngmin?, bathinku kacau.
Pantas saja deathglare-ku tak bisa muncul dan jantungku berdegup kencang. Karena dia adalah Youngmin. Jo Youngmin. “Aniya. Aku tak menanyakan namamu. Aku menanyakan siapa kau beraninya berkata seperti itu kepadaku?” nada datar masih terdengar jelas dibalik pikiranku yang kacau juga detak jantungku. Kau memang hebat Jiah..
Beberapa detik setelahnya, ia belum menjawab. Entah apa yang ia lakukan. Dan berselang berapa detik kemudian, akhirnya ia bersuara. “Memangnya kau sendiri siapa? Kuperingatkan saja ya, jangan macam-macam di sekolah ini! Siapapun kau dan apapun latar belakang keluargamu. Sebaiknya kau mengantri bila tak ingin mendapatkan masalah, nona”. Kata-katanya terdengar seperti dia sedang marah besar, tapi nada suaranya tak menegaskan akan hal itu. Entahlah, tapi nada suaranya terdengar… masih lembut.
Semua orang yang mendengar penuturan Youngmin barusan langsung saja menahan nafas mereka. Kata-kata yang tak pernah keluar dari mulut seorang Jo Youngmin tiba-tiba saja keluar saat ini. Detik ini. Karena aku. Seorang Lee Jiah yang tak ada apa-apanya di S School ini.
“Tak ada seorangpun yang bisa mengatur-aturku.” Aku membalikkan badanku pelan lalu menatap wajah Youngmin. DEG! Ommo~! Tampan sekali~!! >.< “Kau berkata seperti itu seolah-olah mereka keberatan dengan sikapku.”
Youngmin terlihat sedikit terenyak ketika pandangan kami bertemu tadi. Entahlah, mungkin dia tak pernah menduga ada yang berani menentangnya. Tapi, dengan ahli dia mengubah kembali raut wajahnya. Well, seperti orang marah. “Aku yakin mereka semua keberatan”, ujarnya.
Sesaat aku menatapnya datar. Lalu membalik badanku dan berkata dengan suara lantang, “Apa ada yang keberatan?”. Kuciptakan aura iblis yang lebih besar di dalam diriku. Mereka semua hanya terdiam. Puas melihat respon mereka, aku kembali berjalan menuju counter. Membeli 2 bungkus roti dan sekotak milk tea. Dan berjalan lurus keluar kelas hendak kembali ke kelasku tanpa memperdulikan Youngmin yang terlihat tertegun di sudut mataku.
Jiah POV –End-
Kwangmin POV
Saat ini aku sedang di kantin bersama hyung 6 menitku. Antriannya panjang sekali. Tapi, akhirnya setelah ± 10 menit menunggu, tinggal 5 antrian lagi menuju counter ^^. Kurasakan hawa seram menusuk relung perasaanku[?]. Aku tak tau dari mana sumber aura itu pada awalnya. Kurasa itu adalah sesuatu di belakangku. Aku menoleh kebelakang dan benar saja, nampak sesosok yeoja tinggi berponi menutupi setengah matanya dengan aura hitam di sekelilingnya. Entah itu hanya ilusiku atau kenyataan.
Aku hanya tertegun melihat yeoja itu dengan santainya melewatiku dan hyung-ku. Bertanya-tanya apakah yeoja itu manusia atau makhluk lain. Kufikir Youngmin hyung juga berfikiran sama denganku, tapi ternyata tidak. Youngmin hyung ternyata kesal dengan yeoja itu.
“Maaf nona. Bukankah seharusnya anda mengantri?”, tanya hyungku sopan.
Yeoja tadi menghentikan langkahnya. Dan tanpa berbalik untuk melihat siapa orang yang menegurnya, dia berkata, “Siapa kau beraninya berkata seperti itu?”. Sedikit kuangkat alisku mendengar pertanyaan balik yeoja itu.
“Aku Youngmin. Jo Youngmin. Bisakah anda mengantri?”, jawab hyungku singkat dan tenang. Kini aku menautkan alisku untuk Youngminnie hyung. Kenapa nada suaranya bisa sedatar ini? Seharusnya, akan lebih baik kalau saja dia sedikit menaikkan suaranya. Menegaskan bahwa dia adalah anak pemilik S School ini, Jo Youngdae.
“Youngmin oppa, kumohon jangan tanggapi yeoja iblis itu”, bisik salah yeoja di belakangku. Aku semakin menautkan alisku. Yeoja iblis? Kenapa dia disebut yeoja iblis?
“Aniya. Aku tak menanyakan namamu. Aku menanyakan siapa kau berani-beraninya mengaturku?”, ucap yeoja itu masih tak mau membalikkan badan. Seperti tak ada kepanikan di pikirannya. Jangan Tanya kenapa. Dia sedang berhadapan dengan Jo Youngmin. Kau tahu? Jo Youngmin. JO YOUNGMIN. Anak sulung dari Jo Youngdae, pemilik S School. Dia bisa saja mandapatkan resiko besar karena hal ini. Dan nada suaranya? Masih datar.
Apalagi youngmin hyung juga tak terlihat teremahkan. Lihatlah! Semua orang tau dia sedang diremehkan oleh yeoja itu. Tapi kenapa dia bahkan nada suaranya pun tak naik? Ini semua membuatku heran. Dan lagi hyung malah celingukan ke kanan dan ke kiri yeoja itu. Kurasa Youngmin hyung ingin melihat rupa yeoja yang telah berani berkata sejauh ini kepadanya. Tapi percuma saja, poni mousse-nya seakan menutupi jati dirinya. Ditambah lagi rambutnya yang hanya tergerai bebas.
Perutku berbunyi pelan. Aku melirik arlojiku. Aih! Sampai kapan aku harus menunggu seperti ini terus? Perutku sudah tak bisa diajak kompromi lagi >.< Langsung saja aku berjalan tertahan ke counter dan membeli 4 bungkus roti dan 2 kotak jus jeruk.
“Memangnya kau sendiri siapa? Kuperingatkan saja ya, jangan macam-macam kau di sekolah ini! Siapapun kau dan apapun latar belakang keluargamu. Sebaiknya kau mengantri jika tak ingin mendapatkan masalah, nona.”. Terdengar suara hyungie di belakangku. Setelah selesai membeli, aku kembali ke dalam barisan antian.
Yeoja itu berkata bahwa tak ada seorangpun yang bisa mengaturnya. Sesaat terlintas fikiran bahwa dia adalah yeoja manja. Tapi kuhapus fikiran itu secepat waktu ia muncul. Karena yeoja manja adalah identik dengan kecentilan dan suara anak kecil mereka yang menggelikan. Tapi yeoja ini? Tidak ada sama sekali yang sesuai.
Aku memandang arlojiku. Waktu istirahat masih lama. Kelas setelah ini juga kelihatannya kosong. Aku kembali mendongakkan kepalaku untuk melihat sejauh apa ‘pergulatan mulut’ yang Youngmin hyung dan yeoja itu lakukan. Sebuah pandangan mengejutkanku. Yeoja itu kini tak lagi membelakangiku dan hyungku. Aku bisa melihat dengan cukup jelas wajahnya. Walau bagian matanya tidak. Aku mulai berfikiran kata-kata yeoja yang tadi berbisik-bisik di belakangku adalah benar. Bahwa mereka memanggil yeoja ini ‘yeoja hantu’
Sedikit bisa kulihat ekspresi Youngmin hyung didepanku ini. Dia terlihat terenyak saat mereka bertemu padang. Aku coba mendalami pikiran hyung 6 menitku ini. Tapi sia-sia. Tak bisa kujangkau dengan waktu yang singkat. Karena detik berikutnya, Youngmin hyung terlihat tak terenyak lagi.
“Kau berkata seperti seolah-seolah mereka keberatan dengan sikapku”, lanjut yeoja itu dengan ekspresi datarnya.
“Aku yakin mereka semua keberatan”, jawab Youngmin hyung pasti.
Detik berikutnya Yeoja itu menayakan kepada seluruh ruangan apa ada yang keberatan dengan tindakannya. Tapi tidak ada jawaban. Hening. Dan ketakutan. Mereka semua menunduk. Seakan-akan tatapan yeoja ini bisa membutakan mata mereka. Terlihat sekali ia puas dengan apa yang ia dapatkan, yeoja itu dengan santai berjalan ke arah counter dan membeli beberapa bungkus makanan dan sekotak minuman. Lalu melenggang pergi tanpa sepatah kata pun.
“Mungkin yeoja itu sedikit tidak waras, hyung”, ucapku dengan mata yang tak teralihkan dari punggung yeoja itu yang semakin menghilang dibalik lorong. Aku membalikkan kepalaku dan mendapati Youngmin hyung yang tersenyum polos. Aku mengerutkan alisku. “Kenapa kau malah tersenyum, hyung?”
“Aniya. Nan gwaenchanha” senyumnya langsung menghilang begitu saja.
Kwangmin POV –End-
Note : Bagi yang udah baca tapi tidak mau meninggalkan jejak alias RC atau RL atau syukur-syukur RCL, ingat ada hukum karma di bumi ini ^v^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar