This is MY LINE. No plagiarism for all I HAD posted in here. This is my Fiction World, so enjoy it without any bad habits :3 Be a good reader, K? ;;)
19.4.13
Sometime, something will be different (8/10)
Tittle : Sometime, something will be different
Cast : Lee Jiah
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast J
Author : Hime Misaki
Genre : Sad Romance
Rating : T
Caution : FF ini adalah murni dari otak kecil saya sendiri. Jika ada alur yang sama atau adegan yang sama, itu semua kagak disengaja woy *PLAK! XDD Walaupun cerita ini bisa dibilang gacukup bagus untuk ukuran seorang author seperti saya (dibandingkan dengan karya-karya Meg Cabot ataupun Stephanie Meyer atau yang lainnya), diharapkan yang membaca memberi sedikit saja penghargaan bagi saya selaku yang membuat..
Hati-hati juga dengan bom Typo yang siap meladak di tengah-tengah FF ini.. Maklum, saia juga manusia :3 Bahasa yang saya pakai mungkin sedikit-banyak agak sangat membingungkan untuk para readers *huahaha* Harap dimaklumi saja ya, readers-deul *aegyo bareng Boyfriend*
NB : DISINI ADA ADEGAN NC(17)-NYA *evil laugh* HARAP SIAPKAN KANTUNG MUNTAH ATAUPUN OBAT ASMA DAN SEJENISNYA!! BILA KETAGIHAN, HUBUNGI DOKTER HEWAN TERDEKAT!! BILA TIDAK ADA, SIAPKAN TELEPON DAN UCAPKAN SALAM TERAKHIR PADA ORANG-ORANG YANG ANDA CINTAI.. Wkwkwk apa-apa’an sih gue ini!? XDD *ditendang Youngmin*
Chapter 8 :I'll do My Best
1 Bulan Kemudian…
Siapa yang betah memakai pakaian rangkap lebih dari 2 rangkap in this hot summer? Tak ada seorangpun. Sama halnya dengan 3 yeoja yang tengah santai dengan hot pant dan t-shirt. Bergurau dengan anak-anak pemilik S School di rumah megahnya.
Hingga sang tuan rumah meminta izin untuk mengambilkan minuman untuk mereka bertiga. Cuaca hari ini memang sangat panas. Terlebih dengan langit biru tanpa awan yang menutupi matahari. Wajar saja jika air dingin adalah solusi yang tepat.
- Author POV-
Saudara kembar yang sangat identik tengah menyiapkan suguhan minuman dingin untuk para tamunya. Sangat lucu rupanya karena bahkan mereka berdua tidak tau dimana letak syrup dan nampan.
“Cari saja syrup dan nampannya. Aku akan menyiapkan gelas dan es batu.”, perintah putra sulung Jo Youngdae kepada dongsaeng 6 menitnya. Sungguh suatu kesialan tentang diliburkannya semua servant di rumah megah ini. Tapi toh mereka tak bisa menentang kemauan ayahnya.
“Ne, hyung.”, jawab dongsaeng 6 menitnya singkat lalu memulai pencariannya.
Di puntu dapur, adik terkecilnya-Jo Hyunmin menggeleng-geleng prihatin melihat kelakuan hyung-hyungnya itu. Tak habis fikir jika kepintaran hyung-hyungnya itu hanya sekecil buku-buku tebal yang selalu mereka baca. Hyunminpun juga hanya bersikap cuek dan berlalu dari sana menuju ruang tamu dan bercanda ria dengan tamu-tamu hyungnya.
Tak lama kemudian, minuman suguhan sudah siap. Tinggal memasukkan 3 kotak es batu dalam tiap gelasnya.
“Kwang, kau ingat taruhan kita waktu itu?”, tanya namja blonde-Jo Youngmin iseng pada dongsaeng 6 menitnya-Jo Kwangmin, sembari memasukkan 3 butir es batu kedalam tiap gelas.
“Kau belum memenangkan taruhan itu, hyung.”, jawab Kwangmin santai. Namja ini mulai merapikan apa yang telah dibuatnya kacau saat mencari apa yang ingin dicarinya tadi.
“Kau sudah kalah telak, Kwangmin. Akui sajalah.”, bantah Youngmin santai.
“Aniya.”, elak Kwangmin tegas. “Taruhannya adalah kalau kau berhasil membuat Miss Jiah jatuh hati padamu. Sampai sekarang, belum ada bukti yang jelas menganai hal itu. Pacaran? Itu hanyalah ikatan. Tak menjamin perasaan masing-masing.”, tambah Kwangmin panjang lebar.
“Jadi menurutmu, apa yang bisa membuktikan hal itu?”, tanya Youngmin malas. Minuman dingin buatan mereka sudah siap. Tinggal mengantarkannya ke ruang tamu.
“Bunuh diri itu bukan perbuaan yang baik. Kau tau itu ‘kan, Hyung?”, tanya Kwangmin balik. “Sudahlah! Mereka pasti sudah menunggu lama.”, tamnbahnya dan segera mengambil nampan yang berisi gelas-gelas syrup lalu berjalan menjauh.
Sementara itu, tanpa mereka sadari, seorang yeoja telah mendengar percakapan mereka. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Seluruh sendinya seakan lemas sehingga ia memerlukan tempat untuk berpegangan. Ulu hatinya merasakan sakit yang teramat sangat. Ingin rasanya ia tak me,percayai apa yang baru saja ia dengar. Tapi ia sadar, itulah kenyataannya. Hidup bukanlah seperti sebuah kue tart berlapis 3, bukan?
- Youngmin POV –
Hana dan Hyena terlihat menikmati ‘karya’ku dan Kwangmin. Aku sendiri tak tau bagaimana rasanya minuman itu. Tapi, melihat mereka yang sangat menikmatinya, aku jadi lega. Setidaknya, untuk saat ini. Yah, aku tak tau apa yang akan terjadi setelah ini pada mereka :Dv
Aku melirik Kwangmin yang tengah sibuk dengan gadget-nya. Gah, ingin rasanya aku mengambil gadget itu. Kenapa namja ini jadi cuek seperti ini? Atau jangan-jangan...
aku menatap Hana dan hyena dalam. Memang mereka sangat menarik. Wajah mereka yang mungil dan mata yang lebar membuat mereka terlihat sangat kyeopta. Mereka juga bukan yeoja yang kasar dan possessive.
Tanpa kusadari, aku terkikik pelkan. Pantas saja Kwangmin bertingkah seperti itu. Setahuku, dongsaeng 6 menitku yang sangat kusayangi itu akan bertindak sangat cuek jika ada orang yang disukainya. Mungkin yang ada di fikirannya adalah orang yang disukainya akan menganggapnya keren. Dan, siapa yang tidak ingin dibilang keren oleh orang yang disukainya?
Tapi, ngomong-ngomong, siapa diantara mereka yang disukai Kwangmin? Kim Hana? Jung Hyena? Siapapun sajalah asalakan jangan Lee Jiah. Dia hanya milikku seorang. Tapi, ngomong-ngomong… “Diama Jiah?”, tanyaku pada mereka.
“Mollayo. Tadi dia bilang bosan berada disini.”, jawab Hana sambil mencomot biscuit dari tempatnya.
“Hyung, tadi aku melihat Jiah-nuna pergi kearah taman belakang.”, tambah Hyunmin mengalihkan perhatiannya sejenak dari PS3 yang sedang dimainkannya.
Aku segera berdiri dan melangkah pergi. Tangan jahilku mengacak-acak rambut Kwangmin tepat sebelum aku berlalu dari ruangan ini. “Don’t be a coward, Kwangmin-ah.”, ledekku. Tanpa memperdulikan reaksi Kwangmin lagi, aku berjalan menjauh.
- Youngmin Pov – END
- Author POV –
Yeoja semampai yang tengah bermain dengan seekor kucing Persia di halaman belakang rumah Jo Family. Kucing berbulu coklat nan lembut, dengan mata bening dan tingkah yang lucu. Dan tentu saja jinak.
Yeoja itu-Lee Jiah mengelus-elus kepala si kucing lembut. Si Kucin g juga tak kelihatan keberatan sama sekali. Malahan si Kucing bersikap manja. Jiah tersenyumm tipis melihat tingkah si Kucing yang malah menyodorkan kepalanya untuk dielus yeoja semampai ini.
Jiah menengadahkan kepalanya. Menatap langit biru yang luas. Sejenak yeoja itu memejamkan matanya untuk merasakan semilir angin yang berhembus melewati tubuhnya. Kembali ia teringat tentang percakapan kedua saudara kembar saat di dapur tadi. Lalu, terlintas ingatan-ingan tentang namjachigunya. Saat pertengkaran kecil di kantin, saat ia memboncengnya dengan sepeda motor milik namjachingunya, saat namjachingunya merebut firstkiss-nya. Semuanya saling bergiliran melintas.
Tanpa sadar, liquid bening itu jatuh dari mata yeoja semampai itu yang masih terpejam. Perlahan, ia membuka kembali matanya. Ya, itu tidak apa-apa. Jika mereka mau menjadikanku sebagai mainan. Jika memang itu bisa membuat mereka bahagia, bathin Jiah miris. Hatinya sangat sakit mengingat hal itu lagi. Tapi, Jiah tak ingin rasa sakitnya itu mengubah tujuannya di sisa hidupnya ini. Yaitu untuk membahagiakan orang-orang terdekatnya.
Jiah segera menghapus air matanya ketika mendengar si Kucing mengeong manja lalu turun dari pangkuannya dan berlalu. Itu tandanya ada seseorang yang sedang berdiri tak jauh dari belakang Jiah saat ini. Dengan cepat, Jiah mengatur suasana hati dan juga raut wajahnya. Menjadi seperti biasanya. Lalu menoleh perlahan untuk melihat siapakah orang yang dihampiri oleh si Kucing.
“Langit tampak indah saat ini ya?”, tanya suara yang berat itu sambil jongkok untuk menelus-elus kepala si Kucing.
Jiah tersenyum simpul dan segera berdiri dari tempat duduknya. “Youngmin.”, sapa Jiah pelan. Menjaga setiap oktaf suaranya agar tidak bergetar. Sekuat tenaga Jiah berusaha tersenyum indah seperti Everything-Is-Okay kepada namjachingunya yang selalu ia sayangi ini.
“Ada apa dengan di dalam? Apa kau ditindas?”, tanya Youngmin samba tertawa renyah. Sambil mengendong si Kucing, Youngmin mengenyakkan pantatnya di bangku sebelah Jiah.
“Aniya. Hanya ingin memastikan matahari masih ada di tempat ini.”, jawab Jiah. Tepatnya di hatiku, tambah Jiah dalam hati. Sedikit ia tertawa untuk menyatakan bahwa pernyataannya itu hanyalah sebuah gurauan.
Youngmin yang melihat sesuatu yang janggal di yeojachingu-nya segera menatap Jiah penuh selidik. Youngmin memberanikan diri untuk menggenggam tangan kecil Jiah yang tergeletak diatas paha putihnya. “Neo gwaenchanha?”, tanya Youngmin lembut.
Jiah merasa seperti hatinya yang paling dasar tengah disentuh oleh ‘namjachingu’nya. Rasa sakit kembali menjalar. Suasana hati Jiah kembali kacau. Matanya terasa mulai memanas sedikit demi sedikit.
Si Kucing seolah bisa membaca suasana hati Jiah segea meloncat dari pangkuan Youngmin ke Jiah. Kepala si kucing disandarkan di pundak Jiah. Cakarnya menembus baju tipis yang tengah dikenakan Jiah sehingga Jiah merasa kulit pundaknya sedikit tergores olehnya. Sambil berngeong sendu, kucing itu menggosok-gosokkan kepalanya pada leher Jiah.
Merasakan perlakuan si Kucing yang sangat lembut, suasana hati Jiah kembali tenang. Tangannya perlahan mengelus-elus punggung si Kucing. Bulu yang sangat lembut, pikirnya damai.
Youngmin yang tadi hanya merasakan kejanggalan dalan diri Jiah, kini juga merasakan sesuatu yang aneh dalam diri kucing peliharaannya. Tak biasanya si Kucing bermanja-manja seperti ini kepada orang yang belum pernah dia temui sebelumnya. Youngmin sedikit terenyak melihat senyum Jiah yang sangat tipis. Senyum yang menggambarkan kepedihan juga kepasrahan.
Perlahan, tangan Youngmin mengikuti tangah Jiah untuk mengelus-elus punggung si Kucing. “Namanya Yuumei.”, kata Youngmin lirih namun berat.
“Yuumei(terkenal)?”, ulang Jiah dengan nada penuh rasa ingin tahu. Si Kucing yang merasa namanya dipanggil langsung mengeong menggemaskan.
“Nae. Yuumei. Aku dulu membelinya di Jepang. Dari sana, namanya sudah begitu. Kata pemiliknya dulu, kucing ini cukup terkenal di desa tempat kucing ini tinggal. Karena katanya, kucing ini punya kemampuan bisa membaca suasana hati seseorang.”, jelas Youngmin panjang lebar.
Jiah hanya mangut-mangut mendengarnya. Tiba-tiba, si Kucing turun dari pangkuan Jiah dan berlalu. Samar-samar, mata Youngmin menangkap bayangan tak jauh dari tempatnya duduk. Ia tau siapa orang yang tengah mengintipnya saat ini. Senyum menyeramkan tergambar di wajah yeppeo-nya. Tak perlu waktu lama lagi, Youngmin segera melihat wajah yeojachingunya. Masih terlihat kegusaran di raut wajahnya. Membuat Youngmin mengurungkan niatnya untuk menunjukkan poda bayangn itu bahwa ia telah membua sang yeoja hantu jatuh cinta kepadanya.
“Dia kucing yang baik.”, komentar Jiah lirih. Senyumnya yang terlihat sangat pedih kembali tergambar di bibir mungilnya. “Beruntung sekali kau mempunyainya.”, tambah Jiah sendu. Sejenak, ia menghela nafas panjang dan terkesan berat. Rasa sakit di dadanya kian bertambah. Jiah ingat, ia belum meminum obatnya hari ini. Rasa sakit karena percakapan itu ditambah dengan rasa sakit dari penyakitnya,, seakan menyerang secara bersamaan tepat di ulu hati Jiah.
XXX
“Tentu, Oppa. Asalkan jangan pada waktu sekolah.”, kata seorang yeoja semampai dengan ponsel yang ia tempelkan di telinganya. Rupanya yeoja ini tengah berbicara dengan seseorang yang ia panggil ‘oppa’ dengan ponselnya itu.
“Coba saja kau katakana itu pada hatimu yang lemah itu. Jangan mengada-ngada!”, sahut namja yang tengah berbicara dengan yeoja semampai tadi.
“Ah, kau ini, Oppa! Tentu saja aku tak bisa! Kau gila apa menyuruhku berbuat seperti itu!?”, bantah yeoja semampai itu dengan nada yang cukup tinggi. Wajahnya mendadak menjadi tambah kyeopta karena digembungkannya pipinya yang putih, seputih salju.
Tanpa disadari, suara yeoja semampai yang naik beberapa oktaf itu menyedot perhatian. Setidaknya hanya beberapa orang yang ada di ruangan itu. Salah satu namja kyeopta bahkan membisikkan kata-kata pada namjachingu yeoja semampai itu yang tengah asyik membaca bukunya.
“Hyung, Jiah sedang berbicara pada siapa?”, tanya namja kyeopta itu.
“Hm? Entahlah. Mungkin saja dengan kakak laki-lakinya.”, jawab namja chingu yeoja semampai tadi. Buku tebal yang ada ditangannya seakan menghisap seluruh perhatiannya untuk hanya tertuju pada buku yang pernah dikagumi yeojachingunya dulu, Lee Jiah. Buku yang menceritakan Raja Arthur yang pemberani dan juga Guinevere yang cerdas. That book : The Legend of Camelot.
“Kurasa tidak, Youngminnie-hyung. Kudengar-dengar, keluarganya sudah mengahadap Tuhan. Dia hidup sendirian di Seoul. Atau mungkin saja, dia sedang berbicara dengan selingkuhannya. Wah~ kasihan sekali kau, hyung.”, kata namja kyeopta yang dulunya diadopsi oleh keluarga Jo sewaktu ia masih berumur 7 tahun, No Minwoo.
Namja blonde yang sekaligus sebagai kakak tertua dalam keluarga kecil ini menjitak keras kepala adik angkatnya. Membuat sang empunya mengaduh kesakitan. “Jangan ngaco, Minwoo-ya! Mana mungkin Jiah punya selingkuhan!? Dia kan selalu setia kepadaku!”, bantah Youngmin sombong. Perhatiannya tetap saja tidak teralihkan dari buku The Legend of Camelot yang masih dibacanya.
“Kau yang jangan ngaco, hyung! Jiah sangat cantik dan sempurna sebagai sosok seorang yeoja, sekarang ini. Mana mungkin ada namja yang tidak terpikat olehnya?”, sahut Minwoo tak mau kalah sambil mengelus-elus kepalanya yang tadi dijitak oleh Youngmin. “Lihatlah! Badannya sangat ramping. Bisa dibilang dia cukup sexy. Apalagi kalau Jiah tertawa, ia akan terlihat 100 kali lebih cantik! Dan juga, dia bukan yeoja yang cerewet. Ah, rasanya aku mulai terpikat olehnya~”, tambah Minwoo dengan tangan yang menopang dagunya. Pikirannya melayang melihat Jiah yang tengah berdiri di dekat jendela. Tubuhnya tercetak jelas sekali.
BUK! Sejenak Youngmin tutup buku tebalnya yang tadi dia baca dan mengayunkannya tepat menghantam kepala Minwoo. “Hentikan fikiran kotormu itu atau aku akan mencekikmu dengan tanganku sendiri!”, ancam Youngmin dingin.
Bulu kuduk Minwoo meremang ngeri mendengar ancaman putra sulung Tuan Jo Youngdae tersebut. “Coba saja kau dongakkan kepalamu dari buku-bukumu itu.”, kata Minwoo lirih sambil berlalu karena tak ingin mendapatkan hal yang mungkin akan lebih menyiksanya dari tangan hyung angkatnya itu.
“Aku masih bia mendengarmu, Minwoo-ya.”, ucap Youngmin sedikit lebih keras dan kembali membuka buku yang tadi dibacanya. Kembali namja blonde itu meneruskan kegiatan membacanya yang sempat terhenti karena ucapan namdongsaengnya. Ucapan yang sejujurnya telah membuat bulu kuduk Youngmin meremang karenanya. Namja blonde ini terangsang rupanya hanya karena sebuah kalimat yang dilontarkan namdongaengnya tadi.
Memang dulu Youngmin pernah beranggapan bahwa Jiah cukup menarik dari segi fisik. Apa kau ingat? Dulu, waktu Jiah memboncengnya menuju rumah Jiah untuk mengobati lukanya. Tapi entah mengapa, efeknya kali ini sangat hebat. Jika waktu itu Youngmin dapat dengan segera menepis pikiran itu dan melupakannya dengan mudah, kini ia tak bisa melakukan itu.
“Youngmin, apa kau punya kertas dan bolpoin?”, tanya sebuah suara yang sangat familiar di telinga namja blonde tersebut. Suara yang semakin meremangkan bulu kuduknya.
Tapi, siapa sangk a jika namja ini pandai berakting? Dengan santainya, Youngmin manutup buku tebalnya dan melihat sang sumber suara. “Tentu, Jiah. Wae?”, jawab Youngmin singkat sekaligus pertanyaan balik yang ia lontarkan pada yeojachingunya. Yeojachingu yang berhasil membuat fikiran putra sulung Jo youngdae ini tak terkendali.
“Boleh aku pinjam?”, tanya Jiah balik, lembut.
“Tentu, chagi. Ttara hae! (ikuti aku!)”, jawab Youngmin lembut. Ditaruhnya buku The Legend of Camelot lalu segera beranjak dari tempat duduknya dengan kekehan pelan.
“Mimpi apa kau semalam sehingga memanggilku ‘chagi’?”, gurau Jiah diiringi dengan tawa yang renyah sambil mengikuti Youngmin.
Dimana kaki Youngmin melangh, dibelakangnya pasti ada Jiah yang mengikuti. Dengan ponsel yang tengah dimainkannya, Jiah melangkah. Seolah percaya sepenuhnya dengan tuntunan kaki namjachingu yang telah menyayat hatinya kurang dari 1 jam yang lalu.
Tak ada kesengajaan atau apapun, tapi langkah mereka ternyata menuntun mereka menuju kamar pribadi Jo Youngmin. Memang disanalah letak barang-barang pribadi Youngmin tinggal. Termasuk buku dan segala perlengkapan hidup lainnya.
Jiah segera mengenyakkan pantatnya di tepi kasur dengan ponsel yang masih saja dimainkannya sembari menunggu Youngmin membuka tasnya dan mencari apa yang diminta Jiah tadi. Tangan Jiah menekan satu nomor kontak dari daftar nama di ponselnya, lalu membuat panggilan dengan pemilik nomor itu.
Sementara itu, Youngmin yang sudah menemukan sebuah buku dan bolpoin langsung memberikannya pada Jiah. Untuk 1-2 detik, Youngmin terpaku melihat Jiah yang duduk di atas kasurnya, walaupun hanya di tepiannya saja. Kembali bulu kuduk namja itu meremang. Fikirannya tak berhenti membayangkan ‘hal lebih’ yang akan terjadi di atas kasur yang tengah diduduki Jiah. *yadongYoungmin -,-
“Sudah? Kau catat ya?”, tanya suara diseberang melalui ponsel genggam yang ditempelkan Jiah di telinganya. Tangannya meraih buku dan bolpoin yang diberikan Youngmin. Tak lupa dengan senyum indah menggambarkan rasa terimakasih sebagai imbalan kepada namjachingunya.
“Cepatlah, Oppa!”, tuntut Jiah malas, berbicara dari ponselnya tadi. Lalu tak lama kemudian tangan Jiah menuliskan suatu alamat di buku yang tadi diberikan Youngmin, sambil Jiah bergumam-gumam menanggapi kata-kata seorang namja yang dipanggilnya ‘oppa’ tadi. Setelah itu, dia merobek kertas itu.
“Lau bawel sekali, Oppa! Ya sudah. Bye~”, tutup Jiah sepihak lali segera memutus sambungan telepon yang tadi dibuatnya sendiri. Ia melipat rapi robekan kertas yang tertera alamat yang tadi dituliskannya dan memasukkannya kedalam saku celana hotpant miliknya. Jiah lalu berdiri dan memberikan buku beserta bolpoin kembali kepada sang pemilik dengan senyum yang indah. “Gomawo”, ucapnya lembut.
“Cheonmayo.”, jawab Youngmin ssantai sambil menaruh buku dan bolpoinnya di tempat sembarangan. “Siapa yang tadi kau telpon?”, tanyanya.
“Saudara sepupuku. Memangnya kenapa? Kau cemburu, eoh?”, tanya Jiah balik, usil sambil memasang tampang aegyo-nya.
“Tentu saja. Kau bahkan tak pernah memanggilku oppa sebelumnya.”, jawab Youngmin dingin. Dari tempatnya berdiri, Youngmin mendekati Jiah. Perasaannya mendadak menjadi aneh melihat aegyo yang Jiah lakukan tadi.
Sementara itu, Jiah tengah terkikik pelan mendengar pengakuan namjachingunya yang terbilang terlalu jujur itu. “Youngmin-oppa? Oppa~”, panggil Jiah dengan nada manja. Tak tahan dengan terkikik, Jiahpun tertawa lepas. Tak cukup kencang memang, tapi cukup terdengar untuk radius yang sangat dekat dengan Youngmin.
Tawa Jiah terhenti merasakan Youngmin memeluknya lembut, kepalanya ia sandarkan di bahu mungil Jiah. “Nae. Call me ‘oppa’”, ucap Youngmin lirih.
Bulu kuduk Jiah meremang merasakan sentuhan Youngmin yang sangat lembut. Ditambah dengan suara Youngmin yang berat dan syahdu(?) *XDD. Keremangan itu kian bertambah merasakan hembusan nafas Youngmin di leher mulus Jiah.
. namun Youngmin melakukan perlawanan sehingga ia malah memeluk Jiah semakin erat.
“Saranghaeyo, Jiah. Nan jeongmal saranghanikka.”, kata Youngmin terdengar sepenuh hati. Perlahan Youngmin mengendorkan pelukannya sehingga ia dapat menatap mata Jiah.
Mata itu, mata yang menatap Jiah, mata yang terlihat sayu seakan ingin menggambarkan sesuatu. Menyampaikan sesuatu pada mata yang ditatapnya tanpa harus bersusah payah menggerakkan bibir. Terlihat sangat gelap dan dalam.
Youngmin mendekatkan kepalanya perlahan. Mata Jiah yang tertutup seakan memberi izin untuk sang Jo Youngmin, namjachingunya. Tak ragu lagi, Youngmin memiringkan kepalanya saat jarak diantara mereka hamper terhapus sempurna. Jantung mereka? Tak usah ditanya, pastinya berdetak keras sekali. Apalagi saat bibir lembut Youngmin menyapu permukaan bibir mungil Jiah. Ditambah lagi, dalam ciuman kali ini, Youngmin terasa sangat menuntut. Itu dirasakan Jiah karena Youngmin semakin mendekap tubuhnya dan juga bibir Youngmin yang menekan-nekan bibir Jiah.
Tak cukup sampai situ saja ternyata, readers *Plak! *digaplok readers :D* Youngin mendadak melumat bibir Jiah lembut. Membuat sang empunya mendelik kaget. Jiah sedikit memberontak. Didorongya bahu Youngmin pelan. Dia butuh oxygen. Sepertinya kapasitas oxygen di paru-paru Jiah nyaris habis saat ini.
Entah setan apa yang tengah merasuki fikiran Youngmin, namja blonde ini tidak mau melepaskan ciuman ini. Malahan Youngmin pelan-pelan mendorong tubuh Jiah hingga akhirnya mereka berdua terjatuh di atas kasur King Size milik Youngmin. Youngmin dengan kedua tangannya mengangkat tubuJiah agar seluruh tubuh Jiah berbaring di atas kasur miliknya.
“Y-Young-min-ah..”, ucap Jiah disela-sela ciuman mereka. Jujur saja, Jiah sangat panic merasakan punggungnya menyentuh sesuatu yang lembut.
Youngmin seolah tidak mendengar sirine darurat(?) yang dibunyikan Jiah. Hasratnya seakan memenuhi akal sehatnya. Digigitnya bibir bawah Jiah pelan. Berharap yeojachingunya itu membuka bibirnya.
“Awh!”, rintih hJiah yang spontan saja membuka mulutnya. Tak menyia-nyiakan kesempatan ini, Youngmin dengan cepat memasukkan lidahnya di mulut Jiah. Membuat sang empunya, lagi-lagi, mendelik k.aget. “Ngh... Ngh.. Y-Young!”, protes Jiah sambil masih mendorong tubuh Youngmin agar menjauh.
Youngmin sama sekali tidak mendengar kata-kata Jiah. Namja blonde ini semakin dipenuhi oleh hasrat ingin memiliki.
Jiah yang menyadari itu, menangis terisak tertahan. Jujur saja, dia sangat takut saat ini. Mengapa Youngmin tega melakukan ini kepadanya? Apa sebegitu menyenangkannya kah bagi Youngmin untuk mempermainkan yeoja semampai ini? Apa sebegitu penting kah taruhan itu? Sehingga Youngmin sama sekali tak mendengarkannya. Apa sebegitu rendahnya kan Jiah dimata namja penguasa di S School ini? Sebegitu rendahnya kah? Sungguh, hati Jiah sangat sakit. Tak pernah Youngmin seperrti ini sebelumnya.
Perlahan, liquid bening milik Jiah jatuh perlahan menuruni matanya. Sedikit terisak pelan, berharap itu dapat menghentikan rasa sakit yang tengah dirasakan yeoja semampai. Yeoja yang menjadi sasaran nafsu namja blnde yang semakin gila mencumbuinya.
Entah sudah berapa lama Youngmin mencumbui Jiah dengan air mata yang masih mengalir dari sudut mata Jiah. Hisakannya semakin keras saat Youngmin melepaskan tautan bibirnya dan beralih mencium leher jenjang Jiah.
Youngmin terhenti. Ia merasakan bahu Jiah yang bergetar dan juga tangannya. Youngmin mendongak untuk menatap wajah Jiah. Dan alangkah terkejutnya ia melihat yeojachingunya sedang menangis saat ini. Matanya yang terpejam terus menerus mengeluarkan liquid bening miliknya. Mendadak, namja blonde ini diserang rasa bersalah yang sangat besar.
Dia telah memaksa Jiah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan secara sepihak. Dan bodohnya, dia bahkan tak memperdulikan Jiah sebelumnya. Dia terlalu asyik dengan kegiatannya dan juga fikirannya. Perlahan, Youngmin menghapus air mata Jiah.
Jiah yang merasakan sesuatu yang lembut mengusap sudut matanya, membuka matanya perlahan. Hal yang dilihatnya pertama kali adalah wajah Youngmin yang menunjukkan rasa bersalah yang sangat besar. Mata coklat yang besar itu berkaca-kaca menggambarkan betapa tulusnya ia menunjukkan rasa bersalahnya. Tanpa ada sedikitpun rekayasa dan pura-pura.
“Mianhae.. Jeongmal mianhae..”, ucap Youngmin dengan nada penuh rasa bersalah. Ditariknya tengkuk Jiah agar Jiah duduk dan tidak lagi berbaring.
Jiah menurut. Ia tak berani berbicara sepatah katapun. Karena ia tau, nada suaranya pasti akan bergetar jika ia berbicara. Dan jika itu terjadi, tangisnya akan pecah di hadapan namja blonde ini. Ia tak mau namja blonde dihadapannya ini semakin merasa bersalah. Karena Jiah menyadari, ini sepenuhnya bukan salah Youngmin. Kalau saja Jiah tidak memakai hotpant, mungkin ini semua tidak akan terjadi.
Sungguh, yeoja ini sangat baik hati. Walaupun sudah jelas yang membuatnya menangis dan merasakan sakit yang menyayat hatinya semakin dalam adalah Youngmin. Ia bahkan tidak mau menylahkan namja itu. Ternyata, tujuan Jiah di sisa hidupnya saat ini sudah ia bulatkan sepenuhnya. Tak ada hal lain yang dapat mengubah tujuannya lagi. Setidaknya, sebelum Tuhan mengambil ruh-nya. Atau, jika operasinya di Amerika nanti akan berhasil. Yah, kalau dia memiliki lebih banyak waktu untuk memesan tiket dan melakukan penerbangan ke Negeri Paman Sam tersebut.
To be Continued…
Don’t forget to put your like or comment above this note for whoever had read my FF ^^
And,, gomawo for reading this Fan Fiction –bow with Boyfriend- Please waiting for the next \^v^/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar