Tittle : Sometime, something will be different
Author : Hime Misaki
Rating : T
Main cast : Lee Jiah
Kim Hana
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast
Genre : Romace Sad
Length : Chapter
Caution : Karya murni dari otak kecil seorang yeoja biasa saja bernama Amanda yang tak lain adalah saya sendiri. No Plagiarism! No Copas without permittion!
WARNING : Cerita yang gak bermutu dibandingkan dengan karya karya Meg Cabot atau author-author hebat yang lain.. Bahasa membingungkan.. Banyak typo bertebaran(mungkin).
XXX
Chapter 5 : That book… “The Legend of Camelot”
Jiah POV
Ciip.. Cipp.. Ciipp…
Bunyi burung pagi ini menandakan matahari telah terbit. Aku mengucek pelan mataku. Setelah kurasa nyawaku sudah menyatu dalam tubuhku, aku duduk. Mataku menerawang jauh. Bayangan abstrak yang ada di mataku buyar seketika ketika aku mendengar bunyibel sepeda montor 2 kali.
Tumben! Biasanya jalan di depan rumah kan sepi. Aku melirik jam digitalku. Pukul 07:15. Akupun segera berlari menuju kamar mandi dan melakukan semuanya dengan cepat. Pukul 07:35, aku sudah menyelesaikan semuanya. Mandi, sarapan dan bersepatu.
Setelah kurasa semuanya sudah benar-benar siap, aku melangkah keluar rumah. Tak lupa tas yang kusampirkan di bahuku sembarangan. Terus berjalan hingga aku keluar gerbang. “Jiah!”,teriak sebuah suara yang kurasa familier di telingaku. Aku memberhentikan langkahku dan membalikkan badan.
“Kemana saja kau? Dari tadi aku mengklaksonmu tapi kau tak keluar-keluar.”, kata suara itu lagi. Aku mengangkat alisku dibalik poni panjangku ini. Jadi, dari tadi aku mendengar bunyi klakson itu dari dia?
“Ada apa denganmu?”, tanyaku datar sambil berjalan menghampirinya. Tak mungkin juga kan aku berbicara dengannya dengan jaral segini. Yah, mungkin saja kalau dia bukan siapa-siapaku. Semalam aku menyadarinya. Setidaknya, aku harus berusaha membahagiakan beberapa orang dalam hidupku. Yah, kalau mereka benar-benar mencintaiku, mereka pasti merelakanku.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu.”, jawabnya dengan nada bosan sambil menyandarkan dirinya dip agar. Aku hanya diam, menunggu kata-kata lain keluar dari bibir Youngmin. Bibir yang telah merenggut ciumann pertamaku. Bibir yang telah meluluhkan hatiku.
Tapi tak ada kata-kata lain yang keluar. “Apa maksudmu?”, akhirnya akupun angkat bicara. Youngmin menghela nafas panjang. Ada apa dengannya?
“Apa ponselmu semalam aktif?”, tanyanya balik dengan mata teduhnya.
Aku mengingat-ingat lagi. Ponselku? Oh! “Ponselku mati semalam. Ku-charge. Memangnya kenapa?”, tanyaku.
“Coba kau cek ada pesan dariku atau tidak.”, perintahnya datar.
Akupun merogoh tasku mencari benda elektronik berbentuk kotak tersebut. Setelah kurasa tanganku meraba sesuatu yang kuyakin adalah ponselku, aku mengeluarkan tanganku dengan ponsel di genggamanku. Aku menatap layarnya. Masih mati. Akupun segera mengaktifkannya. Beberapa saat setelah ponselku aktif, pesan-pesan langsung masuk beruntun.
Aku melirik Youngmin sebentar.”Bukalah!”, perintahnya lirih.
Aku segera membukanya. Kusimpulkan saja semua pesan itu, isinya adalah sama dan dari pengirim yang sama juga. Selesai membacanya, aku menaruhnya kembali k etas dan berjalan menghampiri Youngmin lebih dekat. “Bukan salahku sepenuhnya.”, belaku. “Kajja! Jika kau memang mau mengantarkanku.”, tambahku lagi.
Youngmin menatapku lama lalu membuang muka pura-pura kesal. Aku tau apa yang diinginkannya sekarang. Tapi, maaf saja. Aku tak akan mengatakannya dengan mudah. Aku menarik lembut rambut blonde-nya. “Yak!”, teriaknya.
Aku hanya bisa terkikik. “Ayolah~ ! kalau kita tak berangkat sekarang, kita akan terlambat, Tuan Jo.”, ledekku sedikit mengancam. Yah, walaupun ini ancaman murahan. Siapa juga yang berani menghalangi Jo’s Family masuk ke sekolah miliknya? Jawabannya sudah jelas:tidak ada.
“Meminta maaflah dulu padaku.”, pintanya sok jual mahal. Tuh kan benar! Namja blonde satu ini ingin aku meminta maaf. Tapi, seperti yang kukatakan tadi, tak akan dengan mudah.
“Untuk apa? Untuk kesalahanku sendiri? Hey, kau seharusnya bilang dulu kepadaku kalau mau sms aku. Buat apa juga aku selalu menaktifkan ponselku yang selalu sepi itu?!”, bentakku. Nada suaraku.. sedikit naik. Aneh. “Yasudahlah kalau kau berubah fikiran. Aku bisa jalan sendiri. Terlambatpun juga aku tak perduli.”, tambahku lagi dan bersiap untuk berbalik dan melangkah pergi.
Tapi kurasakan cengkraman kuat di pergelangan tanganku yang mengcegahku untuk melangkah. “Apa lagi!?”, tanyaku judes. Tiba-tiba saja aku merasakan kehangatan di punggungku. Oh! Dan juga tangan yang melingkar di depan dadaku.
“Maafkan aku..”, kata Youngmin penuh penyesalan.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Kau tau? Semacam senjata makan tuan. Dia yang menciptakan senjatanya, justru dia yang mendapatkan imbasnya. Tak sadar, aku terkekeh pelan.
“Yak! Kau mengerjaiku?”, teriak Youngmin kesal.
Aku hanya terkikik pelan. “Mian, mian.”, ucapku di sela cekikikanku.
“Kau harus membayarnya, Nona Lee.”, ucap Youngmin penuh misteri dibarengi dengan smirk lebar. Spontan aku langsung terhenti dari cekikikanku. Smirk-nya itu.. sedikit membuatku takut.
“Ikut denganku. Kita bolos hari ini.”, lanjutnya sambil menarik tanganku menuju sepeda montornya. “Naiklah”, pinta Youngmin.
“Kita akan kemana?”, tanyaku iseng.
“Rahasia.”, jawabnya lagi penuh misteri dan segera menyalakan mesin sepeda montor metalik miliknya.
“Yak! Tuan Jo! Kau sudah berhasil membuatku membolos 3 hari berturut-turut!!”, bentakku pura-pura kesal.
Jiah POV –End-
Kwangmin POV
“Hyung, kau tidak-...” aku tak dapat menyelesaikan kalimatku. Karena waktu kubuka pintu kamar hyung 6 menitku itu, kamarnya sudah kosong. Aku menghela nafas panjang. Lagi-lagi dia meninggalkanku. Cih! Hyung macam apa dia!?, pikirku kesal.
Akhir-akhir ini hyungku sering sekali meninggalkanku. Yah, walaupun sampai saat ini hanya 2 kali. Tapi kan tetap saja menyebalkan! Tak ada pesan, tak ada angin, tak ada hujan, tak ada petir, tak ada.. *UDAH! STOP!! #author nyelonong masuk
Okkey, mianhamnida author ^^ *plak! #digamparYoungmin
Yah, pokoknya seperti itulah kronologisnya. Tapi yang lebih mengherankan lagi, hyungku mungkin sedikit mengalami gangguan mental. Karena dia tersenyum-senyum sendiri waktu di rumah. Kufikir hanya aku saja yang berfikiran seprti itu, bahwa Youngmin-hyung gila maksudku. Tapi ternyata tidak, Minwoo dan Hyunmin juga berfikiran sama denganku.
Aku langsung saja mengambil rotiku dan segera berangkat ke sekolah. “Minwoo-ya! Kau mau kesekolah atau tidak?”, teriakku keras. Aku sengaja melangkahkan kaiku melewati garasi. Untuk melihat sepeda motor warna merah metalik milik Youngmin-hyung masih disana atau tidak. Dan ternyata benar dugaanku. Tidak ada.
“Kwang, kau ini benar-benar siput atau apa?”, bentak Minwoo sedikit kesal.
Aku meliriknya sekilas. “Apa maksudmu, hah?”, tanyaku sedikit sebal lalu berjalan mendahuluinya.
--Dialog Version—
Minwoo : Sejak kapan waktu mandimu menjadi 30menit? Aku sudah menunggumu lama sekali.
Kwangmin : Kau ini bawel sekali! Seperti yeoja saja!
Minwoo : Yak! Dasar kau ini *mukul lengan kwangmin
Kwangmin : Yak! Apa-apa’an kau!? *jitak minwoo
Minwoo : Argh! Kau menyebalkan =3=
Kwangmin : Aku ini hyungmu, bisakah kau sedikit lebih sopan padaku, ha?
Minwoo : Entahlah, aku tak pernah merasa kau adalah hyungku, Kwang :P
Kwangmin : Yak! Dasar kau ini!! Yak, yak!! Jangan lari kau pabo!!!
--Dialog Version—End
Aku mengejar Minwoo yang telah berlari mendahuluiku. Lihat saja tuh bocah, akan kuberi pelajaran dia!!, sumpah serapahku dalam hati.
“Kwangmin!!”, panggil seorang yeoja.
Aku berhenti dari kejar-kejaranku dengan Minwoo. Lalu berbalik dan melihat sorang yeoja tengah setengah berlari menghampiriku. Hanya manunggunya sampai di aku dan aku mengatur nafasku yang terengah-engah karena berlari tadi.
Tak kuduga, aku sudah ada di halaman S School. “Ada apa? Dan.. Siapa kau?”, tanyaku pada yeoja itu ketika dia sudah ada di sampingku. Nafasnya terengah-engah. Dan rasanya, aku pernah mengenal wajah yeoja ini.
“Tidakkah kau ingat padaku? Kim Hana.”, jawabnya dengan nada yang tersenggal-senggal. Aku hanya menatapnya datar. Dasar yeoja! Lari segitu saja sudah terengah-engah!
Hmm... Kim Hana? Siapa dia? Oh! Dia kan mantan pacar Youngmin-hyung! Aku baru ingat. Lalu, kenapa dia disini?
“Apa kau tau dimana Youngmin oppa?”, tanya yeoja itu kemudian.
“Mollayo. Tadi pagi dia sudah menghilang.”, jawabku dengan bahu yang kaungkat. Tiba-tiba saja ingatanku melayang ke fil Harry Potter yang semalam kutonton. Aku jadi ingin mengerjainya.
Hana hanya menhela nafas panjang mendengar jawabanku. “Sebenarnya apa yang terjadi?”, tanyanya lirih. Selirih apapun, telingaku masih bisa mendengarnya :D
“Yah, mungkin saja tiba-tiba Youngmin hyung punya minat menjadi pesulap macam Harry Potter. Lalu dia mencoba semua manteranya. Seperti mantra penghilang, mungkin.”, jawabku cuek. Walaupun sebenarnya pertanyaan lirih Hana tadi tidak ditujukan untukku.
“Eoh? Jeongmal? Apakah film Harry Potter itu diambil dari kisah nyata? Maksudku, apa sihir itu benar-benar ada?”, tanya Hana bertubi-tubi dengan mata membulat terkesiap kaget. Gyahaha~ reaksinya lucu sekali XDD
Memangnya dia pikir hal-hal seperti itu benar-benar ada? Sihir? Mantra? Penyihir? Gyahaha~ yang ada hanyalah akal-akal pintar para ‘pengaku’ untuk menunjukkan segala trik-nya adalah sihir. Aku melirik Hana dengan sekuat tenaga menahan tawaku. Sepertinya akan seru kalau ini diteruskan, pikirku jahil. “Ya, tentu saja. Kenapa tidak?”, jawabku. “Eoh! Mungkin saja sekarang ini Youngmin hyung sedang ada di belakangmu.”, tambahku lagi semakin usil.
“Eoh? Di belakangku?”, ulangnya. “Youngmin oppa, kau tak perlu bersembunyi dariku, oppa. Cepatlah batalkan sihir itu.”, teriaknya sambil menoleh ke kanan dan kekiri.
Aku tak tahan lagi. Dan sedetik kemudian, tawaku meledak. Keras dan lama. Sampai-sampai perutku terasa sangat sakit. “Aigoo.. Kim Hana-ah.. Apakah kau ini benar-benar murid S School? Gyahaha~ Jangan membuat perutku sakit seperti ini.. Gyahaha~”
Hana lalu memukul langanku keras ambil mendengus kesal. “Tak ada yang lucu!”, bentaknya kesal lalu berlalu begitu saja dariku. Kulihat dia menghentak-hentakkan kakinya keras. Aigoo XDD
Aku menghapus air mataku yang keluar kerena terlalu banyak tertawa. Kim Hana. Lihatlah yeoja bodoh itu. Ahaha~ Aku mengulas senyum tipis melihat sosoknya yang semakin hilang dibalik kerumuman orang. “Dasar yeoja!”, gumamku datar lalu segera memasuki kelasku.
Kwangmin POV –End-
Jiah POV
Ini dimana sih? Kakiku merasakan hembusan angin dingin. Hey, apa Youngmin membawaku ke kutub utara? Tapi, tidak mungkin. Kutub Utara lebih dingin dari ini. “Kapan aku bisa membuka ikatan ini? Mataku sakit.”, tanyaku pada Youngmin sambil memegang sehelai kain yang menutupi mataku.
Tanpa ada jawaban, ikatan di kepalaku mengendur. Aku menariknya pelan. Lalu mengucek-ucek mataku untuk menetralisasikan pandanganku nantinya. “Eoh!”, ucapku terkejut dengan apa yang kulihat dihadapanku kini.
“Kau menyukainya? Yah, kufikir kau bukanlah perempuan yang malas.”, ucap Youngmin sambil tersenyum simpul yang sulit kuartikan apa maksudnya.
Aku menoleh kearahnya. Aku tak percaya. Kufikir dia akan membawaku ke gunung atau taman atau mungkin juga pantai. Seperti layaknya semua pasangan yang sering kulihat. Tapi, ini? Bukan gunung apalagi pantai. Bukan sesuatu yang romantis dimata cewek normal yang menyandang status berpacaran, bahkan malah merupakan sesuatu yang membosankan. Kau tau? Perpustakaan. Yap! Youngmin membawaku ke perpustakaan. Tapi, sudut-sudut di perpustakaan ini nampak sangat asing di mataku.
“Yah.. Kufikir kau akan membawaku ke taman atau tempat-tempat indah lainnya. Tapi sungguh tak terduga kau membawaku ke perpustakaan.”, ujarku sambil melihat sekeliling. Tembok yang bercat paduan antara coklat pasir dan krem. Tak begitu luas, tapi sangat rapi.
Terlihat disudut mataku, Youngmin menatapku dalam. Aku yang merasa risih langsung saja menyentaknya dingin. “Tak usah melihatku seperti itu!”
“Kau ingin aku mengajakmu ke tempat-tempat... seperti itu?”, tanya Youngmin polos ._.
Aku menoleh kearahnya dan memandangnya lama. “Tidak juga.”, jawabku singkat. Kulangkahkan kakiku menuju rak-rak buku yang tersusun rapi itu. Menyusuri setiap buku yang tersusun rapi dengan ujung jariku. “Aku punya tugas skripsi. Kukira aku akan kekurangan refrensi karena absen selama 3 hari berturut-turut. Tapi kurasa tidak lagi dengan sekarang.”, tambahku.
Mataku mulai mencari-cari buku yang jadi obyek skripsi pelajaran Bahasa dan Sastra-ku. Skripdi tentang legenda. Yah, sasaranku adalah Leganda Camelot. Legenda dari Inggris yang sangat menarikku. Apalagi Lady of The Lake.
“Apakah untuk bahan skripsi?”, tanya Youngmin yang tiba-tiba sudah berada disampingku. Aku hanya menggumam sambil mengangguk-angguk. Masih dengan kesibukanku. Entahlah, aku tak berfikir jika aku bisa menemukan buku The Legend of Camelot disini. Dan, hey, aku bahkan tak tau ini dimana.
“Kau tau? Legenda selalu menarik.”, ujarku sambil membuka halaman berikutnya dari buku The Legend of Camelot dihadapanku ini. Yap! Dan ternyata perpustakaan kecil ini mempunyai buku langka itu. Dan kau tau? Ini adalah perpustakaan pribadi milik Youngmin. Pantas saja kecil.
“Tentu saja. They always have a mystery thing.”, timbal Youngmin tak mengalihkan perhatiannya dari buku kecil Teori Kinematika yang tengah dipegangnya.
“Exactly!”, seruku sambil menjentikkan tanganku. Aku melirik buku kecil yang dipegangnya. Alisku berkerut sempurna. “Apa yang menarik dari buku kecil itu?”, tanyaku dengan jari telunjuk yang kutunjukkan ke arah buku kecil yang tengah dibacanya.
Youngmin menoleh kearahku. Lalu memandang buku ditangannya dan kemudian mengankatnya sedikit dengan tatapan ‘ini?’. Akupun hanya mengangguk mengiyakan.
“Ini buku wajib.”, jawabnya asal. Ditutupnya buku itu dan ditaruhnya di meja. Aku sedkit menegakkan badanku melihatnya mengubah posisi duduknya dan kini Youngmin duduk menghadap ke arahku.
Kurasakan sesuatu seperti memukul-mukul keras di balik dadaku. Apa ini? Mungkinkah ini.. ah, tidak! Jangan! Kumohon jangan, Lee Jiah, bathinku kacau.
“Kau demam, Jiah?”, tanya Youngmin. Rasa kekhawatiran melekat kuat di pertanyannya itu. Aku menoleh kearahnya perlahan dengan kedua alisku yang terangkat sempurna dibalik poniku yang menutupinya pertanda aku bingung.
“Wajahmu memerah. Apa kau demam?”, ulangnya lagi. Tangannya menempel di dahiku tanpa izin dariku terlebih dahulu. Kulit dahiku merasakan telapak tangannya yang besar. Membuat darahku serasa seperti dididihkan saat ini juga.
“A-ani. Nan gwaenchana.”, jawabku cangung dan menyingkirkan tangan Youngmin dari dahiku perlahan. Youngmin hanya tetap memandangku cemas, dengan kedua alisnya yang dipautkan. Metanya menyelami mataku mencari kepastian dari ucapanku tadi. Walaupun aku ragu Youngmin bisa melihat mataku. Wajah Youngmin.. kuakui, aku sangat tertarik dengannya.
“Jeongmal. Jeongmal gwaenchana.”, ucapku memastikan.
Alisnya semakin terpaut sempurna. Membuatku, entah kenapa, merasa malu. Akupun segera bangkit dan membawa buku The Legend of Camelot ditanganku. Aku sudah tak betah lagi disini. Bukan, bukan di perpustakaan maksudku. Tapi di ruangan yang sama dengan Youngmin dan hanya berdua saja. Membuat pikiranku kacau. Dan lagipula, aku ingat jam 1 siang nanti aku harus check in di rumah sakit.
Kutaruh buku yang tadinya menarik minatku untuk membacanya sampai habis itu di tempatnya seharusnya berada. Lalu kulangkahkan kakiku menuju dinding kaca. Kulihat pemandangan yang indah disana. Sebuah taman yang luas dengan rumput yang terpotong rapi serta bunga-bunga yang menelilinginya. Pohon-pohon besar dengan intensitas yang jarang menjadi penengah diantara rumpunan buna-bunga indah tersebut. Sebuah bangku kayu panjang yang di cat biru juga terlihat di sudut taman.
Kupejamkan mataku mencoba menyimpan semua memori yang baru saja kulihat. Perlahan aku mendengar langkah kaki yang mendekat. Dan setelahnya, kurasakan sesuatu melingkat erat di perutku dan sesuatu bersandar di pundakku.
Aku membuka mataku. Kulihat pantulan sosok Jo Youngmin di dinding kaca di hadapanku ini. Kurasakan lagi pukulan-pukulan di balik dadaku, dan kali ini lebih kencang dari sebelumnya. “Ada apa?”, tanyaku berusaha sedingin mungkin. Tapi, kurasa aku gagal.
Tangannya menyentuh daguku dan memutarnya sehingga ia bisa melihat dengan dekat bola mataku. Tapi aku yakin ia tak bisa, mengingat poniku yang menutupi mataku ini.
Sorot matanya, tergambar jelas sekali kekhawatiran di iris mata yang coklat sempurna itu. Namjachinguku? Yes, he’s my boyfriend. Tapi, itu tak akan berlangsung lama. 3 bulan lagi adalah ujian kelulusan. Dan dengan itu, berarti ini semua tak akan lama lagi.
Perlahan tapi pasti Youngminmemiringkan wajahnya dan menutup matanya perlahan. Apa lagi sekarang? Kelopak mataku malah menutup perlahan dengan sendirinya. Seakan memberikan akses untuk namjachingu-ku ini. Hembusan nafas Youngmin..terasa sangat lembut di permukaan wajahku.
Perlahan dan sangat lembut, bibir Youngmin menyapu bibir kakuku ini. Entahlah, aku tak tau pasti, tapi apa yang dirasakan Youngmin seolah tersampainkan kepadaku melalui perantara ciuman ini. Perasaan yang sangat resah. Aku sedikit membalas ciuman Youngmin dan memutar tubuhku perlahan.
Tak kurasakan Youngmin bernafsu dalam ciuman ini. Dia bahkan tak langsung mendekap tubuhku erat setelah aku membalikkan badanku. Kedua tangan besar Youngmin hanya merengkuh kedua sisi rahangku agar ciuman ini tak berakhir. Bahkan nafasnya begitu lembut menghembus di permukaan wajahku.
Tak lama kemudian, ciuman itu terlepas. Aku membuka kelopak mataku perlahan. Masih dengan tangannya yang merengkuhku, Youngmin berkata, “Jangan pernah tinggalkan aku. Kumohon.”. Bola mata itu, masih menggambarkan kekhawatiran.
To Be Continued...
Gya~ akhirnya yang paart 5 jadi juga :D Setelah mengorbankan waktu belajarku semalaman untuk mengetik nih FF xDD
Untuk yang masih setia baca, kamsahamnida. Untuk yang udah baca tapi gak tinggalkan jejak, tak apa-apalah ^^
Author : Hime Misaki
Rating : T
Main cast : Lee Jiah
Kim Hana
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast
Genre : Romace Sad
Length : Chapter
Caution : Karya murni dari otak kecil seorang yeoja biasa saja bernama Amanda yang tak lain adalah saya sendiri. No Plagiarism! No Copas without permittion!
WARNING : Cerita yang gak bermutu dibandingkan dengan karya karya Meg Cabot atau author-author hebat yang lain.. Bahasa membingungkan.. Banyak typo bertebaran(mungkin).
XXX
Chapter 5 : That book… “The Legend of Camelot”
Jiah POV
Ciip.. Cipp.. Ciipp…
Bunyi burung pagi ini menandakan matahari telah terbit. Aku mengucek pelan mataku. Setelah kurasa nyawaku sudah menyatu dalam tubuhku, aku duduk. Mataku menerawang jauh. Bayangan abstrak yang ada di mataku buyar seketika ketika aku mendengar bunyibel sepeda montor 2 kali.
Tumben! Biasanya jalan di depan rumah kan sepi. Aku melirik jam digitalku. Pukul 07:15. Akupun segera berlari menuju kamar mandi dan melakukan semuanya dengan cepat. Pukul 07:35, aku sudah menyelesaikan semuanya. Mandi, sarapan dan bersepatu.
Setelah kurasa semuanya sudah benar-benar siap, aku melangkah keluar rumah. Tak lupa tas yang kusampirkan di bahuku sembarangan. Terus berjalan hingga aku keluar gerbang. “Jiah!”,teriak sebuah suara yang kurasa familier di telingaku. Aku memberhentikan langkahku dan membalikkan badan.
“Kemana saja kau? Dari tadi aku mengklaksonmu tapi kau tak keluar-keluar.”, kata suara itu lagi. Aku mengangkat alisku dibalik poni panjangku ini. Jadi, dari tadi aku mendengar bunyi klakson itu dari dia?
“Ada apa denganmu?”, tanyaku datar sambil berjalan menghampirinya. Tak mungkin juga kan aku berbicara dengannya dengan jaral segini. Yah, mungkin saja kalau dia bukan siapa-siapaku. Semalam aku menyadarinya. Setidaknya, aku harus berusaha membahagiakan beberapa orang dalam hidupku. Yah, kalau mereka benar-benar mencintaiku, mereka pasti merelakanku.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu.”, jawabnya dengan nada bosan sambil menyandarkan dirinya dip agar. Aku hanya diam, menunggu kata-kata lain keluar dari bibir Youngmin. Bibir yang telah merenggut ciumann pertamaku. Bibir yang telah meluluhkan hatiku.
Tapi tak ada kata-kata lain yang keluar. “Apa maksudmu?”, akhirnya akupun angkat bicara. Youngmin menghela nafas panjang. Ada apa dengannya?
“Apa ponselmu semalam aktif?”, tanyanya balik dengan mata teduhnya.
Aku mengingat-ingat lagi. Ponselku? Oh! “Ponselku mati semalam. Ku-charge. Memangnya kenapa?”, tanyaku.
“Coba kau cek ada pesan dariku atau tidak.”, perintahnya datar.
Akupun merogoh tasku mencari benda elektronik berbentuk kotak tersebut. Setelah kurasa tanganku meraba sesuatu yang kuyakin adalah ponselku, aku mengeluarkan tanganku dengan ponsel di genggamanku. Aku menatap layarnya. Masih mati. Akupun segera mengaktifkannya. Beberapa saat setelah ponselku aktif, pesan-pesan langsung masuk beruntun.
Aku melirik Youngmin sebentar.”Bukalah!”, perintahnya lirih.
Aku segera membukanya. Kusimpulkan saja semua pesan itu, isinya adalah sama dan dari pengirim yang sama juga. Selesai membacanya, aku menaruhnya kembali k etas dan berjalan menghampiri Youngmin lebih dekat. “Bukan salahku sepenuhnya.”, belaku. “Kajja! Jika kau memang mau mengantarkanku.”, tambahku lagi.
Youngmin menatapku lama lalu membuang muka pura-pura kesal. Aku tau apa yang diinginkannya sekarang. Tapi, maaf saja. Aku tak akan mengatakannya dengan mudah. Aku menarik lembut rambut blonde-nya. “Yak!”, teriaknya.
Aku hanya bisa terkikik. “Ayolah~ ! kalau kita tak berangkat sekarang, kita akan terlambat, Tuan Jo.”, ledekku sedikit mengancam. Yah, walaupun ini ancaman murahan. Siapa juga yang berani menghalangi Jo’s Family masuk ke sekolah miliknya? Jawabannya sudah jelas:tidak ada.
“Meminta maaflah dulu padaku.”, pintanya sok jual mahal. Tuh kan benar! Namja blonde satu ini ingin aku meminta maaf. Tapi, seperti yang kukatakan tadi, tak akan dengan mudah.
“Untuk apa? Untuk kesalahanku sendiri? Hey, kau seharusnya bilang dulu kepadaku kalau mau sms aku. Buat apa juga aku selalu menaktifkan ponselku yang selalu sepi itu?!”, bentakku. Nada suaraku.. sedikit naik. Aneh. “Yasudahlah kalau kau berubah fikiran. Aku bisa jalan sendiri. Terlambatpun juga aku tak perduli.”, tambahku lagi dan bersiap untuk berbalik dan melangkah pergi.
Tapi kurasakan cengkraman kuat di pergelangan tanganku yang mengcegahku untuk melangkah. “Apa lagi!?”, tanyaku judes. Tiba-tiba saja aku merasakan kehangatan di punggungku. Oh! Dan juga tangan yang melingkar di depan dadaku.
“Maafkan aku..”, kata Youngmin penuh penyesalan.
Aku tersenyum penuh kemenangan. Kau tau? Semacam senjata makan tuan. Dia yang menciptakan senjatanya, justru dia yang mendapatkan imbasnya. Tak sadar, aku terkekeh pelan.
“Yak! Kau mengerjaiku?”, teriak Youngmin kesal.
Aku hanya terkikik pelan. “Mian, mian.”, ucapku di sela cekikikanku.
“Kau harus membayarnya, Nona Lee.”, ucap Youngmin penuh misteri dibarengi dengan smirk lebar. Spontan aku langsung terhenti dari cekikikanku. Smirk-nya itu.. sedikit membuatku takut.
“Ikut denganku. Kita bolos hari ini.”, lanjutnya sambil menarik tanganku menuju sepeda montornya. “Naiklah”, pinta Youngmin.
“Kita akan kemana?”, tanyaku iseng.
“Rahasia.”, jawabnya lagi penuh misteri dan segera menyalakan mesin sepeda montor metalik miliknya.
“Yak! Tuan Jo! Kau sudah berhasil membuatku membolos 3 hari berturut-turut!!”, bentakku pura-pura kesal.
Jiah POV –End-
Kwangmin POV
“Hyung, kau tidak-...” aku tak dapat menyelesaikan kalimatku. Karena waktu kubuka pintu kamar hyung 6 menitku itu, kamarnya sudah kosong. Aku menghela nafas panjang. Lagi-lagi dia meninggalkanku. Cih! Hyung macam apa dia!?, pikirku kesal.
Akhir-akhir ini hyungku sering sekali meninggalkanku. Yah, walaupun sampai saat ini hanya 2 kali. Tapi kan tetap saja menyebalkan! Tak ada pesan, tak ada angin, tak ada hujan, tak ada petir, tak ada.. *UDAH! STOP!! #author nyelonong masuk
Okkey, mianhamnida author ^^ *plak! #digamparYoungmin
Yah, pokoknya seperti itulah kronologisnya. Tapi yang lebih mengherankan lagi, hyungku mungkin sedikit mengalami gangguan mental. Karena dia tersenyum-senyum sendiri waktu di rumah. Kufikir hanya aku saja yang berfikiran seprti itu, bahwa Youngmin-hyung gila maksudku. Tapi ternyata tidak, Minwoo dan Hyunmin juga berfikiran sama denganku.
Aku langsung saja mengambil rotiku dan segera berangkat ke sekolah. “Minwoo-ya! Kau mau kesekolah atau tidak?”, teriakku keras. Aku sengaja melangkahkan kaiku melewati garasi. Untuk melihat sepeda motor warna merah metalik milik Youngmin-hyung masih disana atau tidak. Dan ternyata benar dugaanku. Tidak ada.
“Kwang, kau ini benar-benar siput atau apa?”, bentak Minwoo sedikit kesal.
Aku meliriknya sekilas. “Apa maksudmu, hah?”, tanyaku sedikit sebal lalu berjalan mendahuluinya.
--Dialog Version—
Minwoo : Sejak kapan waktu mandimu menjadi 30menit? Aku sudah menunggumu lama sekali.
Kwangmin : Kau ini bawel sekali! Seperti yeoja saja!
Minwoo : Yak! Dasar kau ini *mukul lengan kwangmin
Kwangmin : Yak! Apa-apa’an kau!? *jitak minwoo
Minwoo : Argh! Kau menyebalkan =3=
Kwangmin : Aku ini hyungmu, bisakah kau sedikit lebih sopan padaku, ha?
Minwoo : Entahlah, aku tak pernah merasa kau adalah hyungku, Kwang :P
Kwangmin : Yak! Dasar kau ini!! Yak, yak!! Jangan lari kau pabo!!!
--Dialog Version—End
Aku mengejar Minwoo yang telah berlari mendahuluiku. Lihat saja tuh bocah, akan kuberi pelajaran dia!!, sumpah serapahku dalam hati.
“Kwangmin!!”, panggil seorang yeoja.
Aku berhenti dari kejar-kejaranku dengan Minwoo. Lalu berbalik dan melihat sorang yeoja tengah setengah berlari menghampiriku. Hanya manunggunya sampai di aku dan aku mengatur nafasku yang terengah-engah karena berlari tadi.
Tak kuduga, aku sudah ada di halaman S School. “Ada apa? Dan.. Siapa kau?”, tanyaku pada yeoja itu ketika dia sudah ada di sampingku. Nafasnya terengah-engah. Dan rasanya, aku pernah mengenal wajah yeoja ini.
“Tidakkah kau ingat padaku? Kim Hana.”, jawabnya dengan nada yang tersenggal-senggal. Aku hanya menatapnya datar. Dasar yeoja! Lari segitu saja sudah terengah-engah!
Hmm... Kim Hana? Siapa dia? Oh! Dia kan mantan pacar Youngmin-hyung! Aku baru ingat. Lalu, kenapa dia disini?
“Apa kau tau dimana Youngmin oppa?”, tanya yeoja itu kemudian.
“Mollayo. Tadi pagi dia sudah menghilang.”, jawabku dengan bahu yang kaungkat. Tiba-tiba saja ingatanku melayang ke fil Harry Potter yang semalam kutonton. Aku jadi ingin mengerjainya.
Hana hanya menhela nafas panjang mendengar jawabanku. “Sebenarnya apa yang terjadi?”, tanyanya lirih. Selirih apapun, telingaku masih bisa mendengarnya :D
“Yah, mungkin saja tiba-tiba Youngmin hyung punya minat menjadi pesulap macam Harry Potter. Lalu dia mencoba semua manteranya. Seperti mantra penghilang, mungkin.”, jawabku cuek. Walaupun sebenarnya pertanyaan lirih Hana tadi tidak ditujukan untukku.
“Eoh? Jeongmal? Apakah film Harry Potter itu diambil dari kisah nyata? Maksudku, apa sihir itu benar-benar ada?”, tanya Hana bertubi-tubi dengan mata membulat terkesiap kaget. Gyahaha~ reaksinya lucu sekali XDD
Memangnya dia pikir hal-hal seperti itu benar-benar ada? Sihir? Mantra? Penyihir? Gyahaha~ yang ada hanyalah akal-akal pintar para ‘pengaku’ untuk menunjukkan segala trik-nya adalah sihir. Aku melirik Hana dengan sekuat tenaga menahan tawaku. Sepertinya akan seru kalau ini diteruskan, pikirku jahil. “Ya, tentu saja. Kenapa tidak?”, jawabku. “Eoh! Mungkin saja sekarang ini Youngmin hyung sedang ada di belakangmu.”, tambahku lagi semakin usil.
“Eoh? Di belakangku?”, ulangnya. “Youngmin oppa, kau tak perlu bersembunyi dariku, oppa. Cepatlah batalkan sihir itu.”, teriaknya sambil menoleh ke kanan dan kekiri.
Aku tak tahan lagi. Dan sedetik kemudian, tawaku meledak. Keras dan lama. Sampai-sampai perutku terasa sangat sakit. “Aigoo.. Kim Hana-ah.. Apakah kau ini benar-benar murid S School? Gyahaha~ Jangan membuat perutku sakit seperti ini.. Gyahaha~”
Hana lalu memukul langanku keras ambil mendengus kesal. “Tak ada yang lucu!”, bentaknya kesal lalu berlalu begitu saja dariku. Kulihat dia menghentak-hentakkan kakinya keras. Aigoo XDD
Aku menghapus air mataku yang keluar kerena terlalu banyak tertawa. Kim Hana. Lihatlah yeoja bodoh itu. Ahaha~ Aku mengulas senyum tipis melihat sosoknya yang semakin hilang dibalik kerumuman orang. “Dasar yeoja!”, gumamku datar lalu segera memasuki kelasku.
Kwangmin POV –End-
Jiah POV
Ini dimana sih? Kakiku merasakan hembusan angin dingin. Hey, apa Youngmin membawaku ke kutub utara? Tapi, tidak mungkin. Kutub Utara lebih dingin dari ini. “Kapan aku bisa membuka ikatan ini? Mataku sakit.”, tanyaku pada Youngmin sambil memegang sehelai kain yang menutupi mataku.
Tanpa ada jawaban, ikatan di kepalaku mengendur. Aku menariknya pelan. Lalu mengucek-ucek mataku untuk menetralisasikan pandanganku nantinya. “Eoh!”, ucapku terkejut dengan apa yang kulihat dihadapanku kini.
“Kau menyukainya? Yah, kufikir kau bukanlah perempuan yang malas.”, ucap Youngmin sambil tersenyum simpul yang sulit kuartikan apa maksudnya.
Aku menoleh kearahnya. Aku tak percaya. Kufikir dia akan membawaku ke gunung atau taman atau mungkin juga pantai. Seperti layaknya semua pasangan yang sering kulihat. Tapi, ini? Bukan gunung apalagi pantai. Bukan sesuatu yang romantis dimata cewek normal yang menyandang status berpacaran, bahkan malah merupakan sesuatu yang membosankan. Kau tau? Perpustakaan. Yap! Youngmin membawaku ke perpustakaan. Tapi, sudut-sudut di perpustakaan ini nampak sangat asing di mataku.
“Yah.. Kufikir kau akan membawaku ke taman atau tempat-tempat indah lainnya. Tapi sungguh tak terduga kau membawaku ke perpustakaan.”, ujarku sambil melihat sekeliling. Tembok yang bercat paduan antara coklat pasir dan krem. Tak begitu luas, tapi sangat rapi.
Terlihat disudut mataku, Youngmin menatapku dalam. Aku yang merasa risih langsung saja menyentaknya dingin. “Tak usah melihatku seperti itu!”
“Kau ingin aku mengajakmu ke tempat-tempat... seperti itu?”, tanya Youngmin polos ._.
Aku menoleh kearahnya dan memandangnya lama. “Tidak juga.”, jawabku singkat. Kulangkahkan kakiku menuju rak-rak buku yang tersusun rapi itu. Menyusuri setiap buku yang tersusun rapi dengan ujung jariku. “Aku punya tugas skripsi. Kukira aku akan kekurangan refrensi karena absen selama 3 hari berturut-turut. Tapi kurasa tidak lagi dengan sekarang.”, tambahku.
Mataku mulai mencari-cari buku yang jadi obyek skripsi pelajaran Bahasa dan Sastra-ku. Skripdi tentang legenda. Yah, sasaranku adalah Leganda Camelot. Legenda dari Inggris yang sangat menarikku. Apalagi Lady of The Lake.
“Apakah untuk bahan skripsi?”, tanya Youngmin yang tiba-tiba sudah berada disampingku. Aku hanya menggumam sambil mengangguk-angguk. Masih dengan kesibukanku. Entahlah, aku tak berfikir jika aku bisa menemukan buku The Legend of Camelot disini. Dan, hey, aku bahkan tak tau ini dimana.
“Kau tau? Legenda selalu menarik.”, ujarku sambil membuka halaman berikutnya dari buku The Legend of Camelot dihadapanku ini. Yap! Dan ternyata perpustakaan kecil ini mempunyai buku langka itu. Dan kau tau? Ini adalah perpustakaan pribadi milik Youngmin. Pantas saja kecil.
“Tentu saja. They always have a mystery thing.”, timbal Youngmin tak mengalihkan perhatiannya dari buku kecil Teori Kinematika yang tengah dipegangnya.
“Exactly!”, seruku sambil menjentikkan tanganku. Aku melirik buku kecil yang dipegangnya. Alisku berkerut sempurna. “Apa yang menarik dari buku kecil itu?”, tanyaku dengan jari telunjuk yang kutunjukkan ke arah buku kecil yang tengah dibacanya.
Youngmin menoleh kearahku. Lalu memandang buku ditangannya dan kemudian mengankatnya sedikit dengan tatapan ‘ini?’. Akupun hanya mengangguk mengiyakan.
“Ini buku wajib.”, jawabnya asal. Ditutupnya buku itu dan ditaruhnya di meja. Aku sedkit menegakkan badanku melihatnya mengubah posisi duduknya dan kini Youngmin duduk menghadap ke arahku.
Kurasakan sesuatu seperti memukul-mukul keras di balik dadaku. Apa ini? Mungkinkah ini.. ah, tidak! Jangan! Kumohon jangan, Lee Jiah, bathinku kacau.
“Kau demam, Jiah?”, tanya Youngmin. Rasa kekhawatiran melekat kuat di pertanyannya itu. Aku menoleh kearahnya perlahan dengan kedua alisku yang terangkat sempurna dibalik poniku yang menutupinya pertanda aku bingung.
“Wajahmu memerah. Apa kau demam?”, ulangnya lagi. Tangannya menempel di dahiku tanpa izin dariku terlebih dahulu. Kulit dahiku merasakan telapak tangannya yang besar. Membuat darahku serasa seperti dididihkan saat ini juga.
“A-ani. Nan gwaenchana.”, jawabku cangung dan menyingkirkan tangan Youngmin dari dahiku perlahan. Youngmin hanya tetap memandangku cemas, dengan kedua alisnya yang dipautkan. Metanya menyelami mataku mencari kepastian dari ucapanku tadi. Walaupun aku ragu Youngmin bisa melihat mataku. Wajah Youngmin.. kuakui, aku sangat tertarik dengannya.
“Jeongmal. Jeongmal gwaenchana.”, ucapku memastikan.
Alisnya semakin terpaut sempurna. Membuatku, entah kenapa, merasa malu. Akupun segera bangkit dan membawa buku The Legend of Camelot ditanganku. Aku sudah tak betah lagi disini. Bukan, bukan di perpustakaan maksudku. Tapi di ruangan yang sama dengan Youngmin dan hanya berdua saja. Membuat pikiranku kacau. Dan lagipula, aku ingat jam 1 siang nanti aku harus check in di rumah sakit.
Kutaruh buku yang tadinya menarik minatku untuk membacanya sampai habis itu di tempatnya seharusnya berada. Lalu kulangkahkan kakiku menuju dinding kaca. Kulihat pemandangan yang indah disana. Sebuah taman yang luas dengan rumput yang terpotong rapi serta bunga-bunga yang menelilinginya. Pohon-pohon besar dengan intensitas yang jarang menjadi penengah diantara rumpunan buna-bunga indah tersebut. Sebuah bangku kayu panjang yang di cat biru juga terlihat di sudut taman.
Kupejamkan mataku mencoba menyimpan semua memori yang baru saja kulihat. Perlahan aku mendengar langkah kaki yang mendekat. Dan setelahnya, kurasakan sesuatu melingkat erat di perutku dan sesuatu bersandar di pundakku.
Aku membuka mataku. Kulihat pantulan sosok Jo Youngmin di dinding kaca di hadapanku ini. Kurasakan lagi pukulan-pukulan di balik dadaku, dan kali ini lebih kencang dari sebelumnya. “Ada apa?”, tanyaku berusaha sedingin mungkin. Tapi, kurasa aku gagal.
Tangannya menyentuh daguku dan memutarnya sehingga ia bisa melihat dengan dekat bola mataku. Tapi aku yakin ia tak bisa, mengingat poniku yang menutupi mataku ini.
Sorot matanya, tergambar jelas sekali kekhawatiran di iris mata yang coklat sempurna itu. Namjachinguku? Yes, he’s my boyfriend. Tapi, itu tak akan berlangsung lama. 3 bulan lagi adalah ujian kelulusan. Dan dengan itu, berarti ini semua tak akan lama lagi.
Perlahan tapi pasti Youngminmemiringkan wajahnya dan menutup matanya perlahan. Apa lagi sekarang? Kelopak mataku malah menutup perlahan dengan sendirinya. Seakan memberikan akses untuk namjachingu-ku ini. Hembusan nafas Youngmin..terasa sangat lembut di permukaan wajahku.
Perlahan dan sangat lembut, bibir Youngmin menyapu bibir kakuku ini. Entahlah, aku tak tau pasti, tapi apa yang dirasakan Youngmin seolah tersampainkan kepadaku melalui perantara ciuman ini. Perasaan yang sangat resah. Aku sedikit membalas ciuman Youngmin dan memutar tubuhku perlahan.
Tak kurasakan Youngmin bernafsu dalam ciuman ini. Dia bahkan tak langsung mendekap tubuhku erat setelah aku membalikkan badanku. Kedua tangan besar Youngmin hanya merengkuh kedua sisi rahangku agar ciuman ini tak berakhir. Bahkan nafasnya begitu lembut menghembus di permukaan wajahku.
Tak lama kemudian, ciuman itu terlepas. Aku membuka kelopak mataku perlahan. Masih dengan tangannya yang merengkuhku, Youngmin berkata, “Jangan pernah tinggalkan aku. Kumohon.”. Bola mata itu, masih menggambarkan kekhawatiran.
To Be Continued...
Gya~ akhirnya yang paart 5 jadi juga :D Setelah mengorbankan waktu belajarku semalaman untuk mengetik nih FF xDD
Untuk yang masih setia baca, kamsahamnida. Untuk yang udah baca tapi gak tinggalkan jejak, tak apa-apalah ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar