Tittle : Sometime, something will be different
Author : Hime Misaki
Rating : T
Main cast : Lee Jiah
Kim Hana
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast
Genre : Romace Sad
Length : Chapter
Caution : Karya murni dari otak kecil seorang yeoja biasa saja bernama Amanda yang tak lain adalah saya sendiri. No Plagiarism! No Copas without permittion!
WARNING : Cerita yang gak bermutu dibandingkan dengan karya karya Meg Cabot atau author-author hebat yang lain.. Bahasa membingungkan.. Banyak typo bertebaran(mungkin).
XXX
Chapter 6 : What the Best Thing?
Jiah POV
Kupandangi lagi hasil diagnosa dari rumah sakit yang kini ada di tanganku. Kembali kedua alisku terpautkan sempurna. Ingatanku menerawang kembali. Langit jingga yang indah dengan sekelompok burung-burung yang terbang berkelompok kujadikan obyek penerawanganku. Kembali aku menghela nafas panjang, karna yang kuingat adalah tidak ada yang berkaitan dengan hasil diagnosa itu.
Aku tak ingat pernah melakukan itu. Atau mungkin Youngmin yang melakukannya? Melakukannya kepadaku tanpa sadar. Semakin ku merosotkan dudukku di bangku panjang berwarna silver yang tengah kududuki ini. Kupejamkan mataku. Taman hari ini tampak sepi. Membuat fikiranku menjadi tenang.
Kepalaku kubiarkan terkulai lemas di sandaran bangku kayu ini. Lagi-lagi aku menghembuskan nafas panjang. Memejamkan mataku dan merasakan angin-angin lembut membelai wajahku. Kutarik nafas dalam-dalam lalu perlahan aku membuka mataku. Aku bahkan tak tau apa itu berita buruk atau berita buruk, bathinku.
Aku beranjak dari tempat dudukku. Berjalan lurus dan lurus. Tujuannya? Aku tak tau. Hanya kuikuti feelingku. Aku percaya. Percaya pada hatiku sendiri.
Jiah POV –End-
Kwangmin POV
Huft! Hari ini membosankan sekali. Ditambah lagi dengan betapa berisiknya yeoja-yeoja yang terus menerus menanyakan kenpa Youngmin hyung absen. Masa bodoh! Membuatku sebal saja. Kenapa mereka tak cari tau sendiri saja!? Atau setidaknya jangan ganggu aku lah. Tak taukah mereka akan kebosananku ini!!?
Kutendang malas batu kecil dibawahku. Aku memberhentikan langkahku mendengar seperti batu yang kutendang tadi terjatuh di air. Aku mendongakkan kepalaku dan alisku terpaut sempurna. Sejak kapan aku ada di tepi Sungai Han?, pikirku heran. Bagaimana tidak? Seingatku tadi, aku sedang melangkahkan kakiku ke rumah. Tapi bagaimana bisa aku malah berada di tepi Sungai Han? Apa kakiku punya otak? :D
Sejenak kulupakan semua kekesalanku yang meluap-luap tadi. Semilir angin sore yang lembut membisikkan kata-kata indah seperti, “Kau yang tertampan, Jo Kwangmin.”, “Senyummu satu-satunya yang bisa membuat jantung berhenti berdetak.”, “Bibir sexy-mu dan mata besarmu dan semua yang ada di dirimu itu indah.”. Aku memejamkan mataku merasakan semilir angin yang sedang menghiburku ini. Seulas garis tipis menghiasi bibirku.
Kubuka mataku. Sungai Han terbentang lebar di hadapanku. Sunagi yang telah menghapus kebosananku tadi. Kulihat untuk terakhir kalinya Sungai ini. Kusimpan dalan memoriku dan melangkah meninggalkan tempat ini karena hari sudah mulai beranjak malam. Semilir angin-angin ini masih belum berhenti membelai-belai wajah tampanku.
Langkahku terhenti sejenak mengangkap bayangan yang terbentuk oleh mataku. Seorang yeoja yang tak asing lagi dimataku. Kupicinglan mataku untuk memastikan apa dia benar yeoja yang kuterka. Tapi langit yang mulai beranjak menjadi gelap dan cahaya lampu yang belum terpancar membuat mataku susah menangkap detail dari sosok yeoja itu. Akupun berjalan menghampirinya.
“Jiah?”, panggilku lirih ntuk memastikan. Yeoja yang kini ada dihadapanku ini mendongakkan kepalanya untuk menatap sumber suara.
Untuk 1-3 detik jantungku serasa berhenti berdetak. Ma-matanya.. A-apa itu benar Lee Jiah? Lee Jiah yang tempo hari meremehkan hyungku di kantin? Apa benar? Tapi, matanya?
“Kwangmin.”, jawabnya ringan dan datar lalu kembali menghadapkan kepalanya lurus kedepan. Sesekali kakinya diayunkan untuk mendorong kecil ayunan yang sedang didudukinya.
Aku membasahi bola mataku yang kering karena tak berkedip. Jujur, dengan poni yang sudah tak menutupi matanya lagi, dia tampak sangat.. Yeppeo. Aku tersenyum simpul. “Kebetulan sekali, bukan?”, tanyaku membuka pembicaraan lalu duduk di ayunan disampingnya.
“Ada perlu apa?”, tanyanya balik datar masih dengan tatapan lurus. Tak menoleh kearahku sama sekali.
“Kau tau dimana Youngmin hyung?”, tanyaku basa-basi. Aku sendiri bingung dengan sikapku. Kenapa aku jadi mau mengobrol dengan yeoja ini? Apa mungkin gara-gara mata indahnya tadi? ._.a
“Tadi ada di sakuku. Entah sekarang ada dimana.”, jawabnya datar masih mengayun-ayunkan kakinya yang terotomatis membuat ayunan yang didudukinya berayun maju-mundur.
Aku mengangkat satu alisku heran. Dia sedang bercanda?, pikirku. Aku ikut tertawa saat melihatnya tertawa beberapa detik setelah Jiah menyelesaikan kata-katanya. Tawanya yang lepas dan wajahnya yang berseri karena tertawa ditambah lagi dengan efek pencahayaan dari langit sore ini, seakan menyadarkanku bahwa Jiah tak seburuk yang mereka fikirkan. Seulas senyum kembali terlukiskan di garis bibirku.
Hening. Kinin hening. Setelah tawa selesai, keadaan menjadi hening. Hanya kaki kami yang mendorong tanah mencoba mengayun-ayunkan ayunan yang tengah kami duduki. Menikmati semilir angin sore yang sangat lembut membelai wajah.
Kwangmin POV –End-
Author POV
“Jadi, kenapa kau menanyakan keberadaan hyungmu itu kepadaku?”, tanya Jiah tak megalihkan tatapannya yang lurus.
Sesaat Kwangmin menatap lurus seperti yang Jiah lakukan, lalu tak lama kemudian Kwangmin menoleh. Seorang Lee Jiah yang tampak sangat menarik dengan cahaya jingga sore hari yang bersinar redup. Entah itu hanyalah imajinasi Kwangmin belaka atau kenyataannya. Seolah tak ada garis tipis pun yang membatasinya. Antara imajinasi Kwangmin dan kenyataannya semuanya tampak sama. “Karena kufikir kau bersamanya.”, jawab Kwangmin kemudian.
Jiah masih tetap di posisinya. Memandang hamparan Sungai Han lurus dan mengayun-ayunkan ayunan yang ia duduki pelan. Angin semilir meniup lembut wajahnya. Terasa sejuk dan menenangkan. Sungguh tak pernah terfikir dunia ini terlalu indah untuk disia-siakan hanya karena vonis bodoh dari uisa.
Lagi-lagi hening diantara mereka. Tak ada hal yang ingin dibicarakan, juga tak ada sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Hingga akhirnya Kwangmin memecah keheningan dengan sura berat nan sexy-nya itu.. XDD *author gila
“Kau tak seperti yang kufikirkan sebelumnya, Jiah-ya.”, ucap Kwangmin. Tatapan Kwangmin kini mengekor seperti tatapan Jiah. Pandangan lurus kedepan Sungai Han.
“Seperti apa? Iblis maksudmu?”, terka Jiah yang langsung mengenai sasaran. Benar saja, Kwangmin langsung tercengang mendengar terkaan Jiah tersebut. Seperti sebilah pisau tajam menghujan langsung ke ulu hatinya. Tentu bukan maksudnya mengatai Jiah secara langsung bahwa ia.. well, seperti iblis.
“Gwaenchanha. Geokjeongma. Aku sudah biasa dengan sebutan itu, Kwangmin-ah.”, tambah Jiah seolah bisa membaca fikiran Kwangmin.
Kwangmin menoleh perlahan. Berusaha mengendalikan kata-katanya agar tak melukai hatinya sendiri(?) XDD. “Ya~ Sepertii itulah. Kau selalu bersikap dingin, kau tau?”, kata Kwangmin dengan tatapan teduhnya.
Bukannya merasa tersinggung, Jiah malah tertawa lepas.Terlalu lepas hingga yeoja ini memegang perutnya sendiri. Mungkin terasa sakit karena kata-kata Kwangmin. Entahlah apa yang lucu dari kata- kata yang baru saja dilontarkan Kwangmin.
“Kalian..“-Jiah mengusap air matanya yang keluar karena tertawa terlalu lepas-“..Kalian JoTwins.. Kalian sama.”, ucap Jiah kemudian.
Kwangmin mengerutkan alisnya tanda tak mengerti. Apa maksudnya?, bathin Kwangmin bingung. “Apa maksudmu?”, tanya Kwangmin bingung. Bagaimana tidak? Jika kau ada di posisi Kwangmin saat ini, pasti kau akan merasa bingung layaknya yang Kwangmin rasakan.
“Kalian sama-sama menyebalkan.”, jawab Jiah sambil menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada di mata indahnya tersebut.
Kwangmin sedikit menautkan alisnya dengan senyum misterius yang melekat di bibir sexy-nya. Perlahan Kwangmin mendekat ke arah Jiah dan.. WUNGG!!! Kwangmin menarik ayunan yang diduduki Jiah dengan kuat dan menghempaskannya lepas. Membuat sang empunya berteriak histeris.
“YAKK!!!!! BABO!! APA YANG KAU LAKUKAN!!???? YAAAKKKK!!!!!!!!!!!”, teriak Jiah melengking nyaring searah dengan semakin kencangnya Kwangmin menarik dan menghempaskan ayunan yang diduduki Jiah sambil tertawa-tawa penuh kemenangan.
Disisi lain, sepasang mata tengah menatap kedua sosok manusia yang sedang bersenang-senang(?) itu dengan iba. Tak menyangka jika seorang Lee Jiah yang kini dikenalnya bisa menjadi selepas itu. Kau tau siapa dia? Oh, ayolah.. Kau pasti tau siapa dia. :D
Pemilik sepasang mata tersebut mendekap novel romantic yang ada di pelukannya semakin erat. Perasaan bahagia menghampiri hatinya. Melihat Jiah yang tertawa dan menjerit lepas seperti itu. Yah, mungkin saja tidak kali ini untuk membaca novel di taman, fikir pemilik sepasang mata yang masih saja menatap kedua makhluk yang sedang bersenang-senang tersebut. Tapi tidak dengan tatapan iba lagi. Kini tatapan sendu yang ia tujukan.
Perlahan, dia berbalik dan meninggalkan taman. Cukup melihat seorang Lee Jiah seperti tu saja sudah membuatku senang. Sungguh, aku rindu dengan wajah berseri seperti itu, serentetan kata-kata tersebut terucapkan di otakknya. Kau masih belum tau siapa dia? Oh, ayolah.. bukan. Bukan. Dia bukan Jo Youngmin.. Apa? Yap benar! Dia mantan sahabat Lee Jiah. Kim Hana
“Lalu, kenapa kau tadi membolos?”. Sambil menyesap mocha latte-nya, Kwangmin bertanya pada sosok yeoja yang tengah lahap memakan BBQ Beef-nya di hadapan Kwangmin.
“Memangnya kenapa? Adakah yang peduli padaku, eh?”, Jiah bertanya balik. BBQ Beef yang ada di hadapannya terasa sangat nikmat sekali ketika lumer di mulutnya. Lebih enak dari BBQ Beef yang pernah di rasakannya dulu. Entahlah. Mungkin saja karena saat ini dia tak perlu membayar sepeserpun untuk apa yang ia makan saat ini :D
“Youngmin-hyung juga tak masuk. Apakah kau bersamanya seharian ini?”, tanya Kwangmin lagi menghiraukan pertanyaan balik Jiah tadi. Mocha latte milik Kwangmin pun juga terasa sangat manis di lidahnya.
“Secara teknis tidak. Kami hanya bersama selama kurang-lebih sampai pukul 10. Lalu aku pergi karena ada urusan. Memangnya kenapa? Apa Youngmin terlibat kasus, eh?”. Kali ini sepotong besar BBQ Beef yang terakhir telah lolos memasuki mulut Lee Jiah. Jiah segera meminum Orange Juice miliknya dan mengelap sisa-sisa makanan yang barangkali masih menempel di bibirnya.
“Tidak. Tidak mungkin Youngmin-hyung terlibat kasus. Dan lagi… aku tak menyangka nafsu makanmu sebesar ini, Jiah.” Kwangmin tersenyum jahil ke arah Jiah. Yang membuat sang empunya malah menatapnya datar. Seakan sorotan datarnya bertanya Memangnya kenapa?
“Kalau kau tak sanggup membayarnya, aku akan membayarnya sendiri.”, jawab Jiah dan hendak mengambil dompetnya di tas kecil yang tersampir rapi di pundaknya.
“Tidak, tidak. Bukan begitu maksudku.”, sahut Kwangmin cepat sambil memanyunkan bibirnya. Jelas sekali terlihat bahwa nyatanya, Kwangmin ingin melucu. Tapi,.. Yah.. that’s a stupid gags :D
Tanpa disadari Kwangmin, Jiah sedikit terkikik melihat ekspresi lucu Kwangmin. Sungguh. Jauh di dalam lubuk hatinya, Jiah berfikir bahwa hidup ini memang indah kalau dibiarkan berlalu begitu saja. Apalagi dengan vonis bodoh yang diterimanya.
Keesokan harinya…
Sekali lagi yeoja itu memandang pantulan dirinya di cermin. Diambilnya sisir dan kemudian tangannya yang menggegam sisir itu bergerak teratur menyisir helaian demi helaian rambut di kepalanya. Senyum miris tergambar di bibir indahnya. Tidak, bukan itu. Bukan karena pantulan dirinya di kaca yang ada di hadapannya ini. Sosoknya sangat sempurna di pantulan itu.
Tangannya meraih lip balm chocolate dan mengolesankannya di bibirnya. Hingga polesan terakhir, ia kembali memandangi pantulan dirinya di cermin. Melihat wajahnya yang tak pernah terkena sedikitpun polesan make up kini berubah drastis. Walaupun make up yang melekat di wajahnya bukanlah meke up tebal yang biasa dipakai cewek-cewek pada umumnya. Hanya make up tipis, bahkan sangat tipis.
Kepalanya terotomatis menoleh mendengar bunyi klakson sepeda motor. Secepat mungkin, ia mengambil ranselnya dan sedikit berlari keluar rumah. Langkahnya terhenti tepat sebelum ia membuka kenop pintu. Menormalkan kembali nafasnya yang sedikit terengah-engah karena berlari kecil. Ketika ia rasa nafasnya sudah normal, yeoja itu memutuskan untuk memutar kenop pintu dan melangkah keluar.
Dengan langkah santai, yeoja berperawakan bak model tersebut melangkah keluar dan menghampiri seseorang namja yang tengah duduk di sepeda montor metaliknya sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Terlalu serius rupanya namja satu ini. Hingga dia tak menyadari bahwa sang yeoja yang ditunggunya kini telah berdiri disampingnya.
“Kurasa akan lebih baik jika kepalamu botak saja.”, sindir yeoja itu melihat namjanya yang tak juga menyadari bahwa ia sudah ada di sampingnya.
“Apakah aku akan masih terlihat tampan dimatamu jika aku botak?”, sahut namja tersebut tak mau kalah. Dan juga tak mengindahkan pekerjaannya merapikan rambut blonde-nya. Dasar namja satu ini!
“Setidaknya kau tak akan membuang seluruh waktu luangmu hanya untuk merapikan rambut jeramimu itu.”, balas yeoja tak mau mengakhiri perdebatan kecil ini. Yang mengakhiri berarti dia kalah, bukan? Dan siapapun tak ingin menjadi loser.
“Oh, ayolah. Ini hanya akan memakan wak-…”, ucapan namja blonde tersebut terpotong ketika menoleh dan melihat yeojanya yang… sedikit berbeda dari biasanya. Entah apa yang namja blonde itu kini lakukan. Antara mematung dan membeku. Memangnya apa bedanya? Toh mereka juga sama-sama diam tak bergerak.
“Kenapa?”, tanya yeoja tersebut yang heran dengan kata-kata namjanya yang belum selesai dan malah memandangnya tak berkedip seperti ini. Tatapan namja itu menyusuri dari atas rambut yeoja yang ada dihadapannya ini dengan teliti. Merasa risih, yeoja tersebut pun angkat bicara. “Aku akan segera kembali”, katanya sambil berbalik dan hendak kembali ke rumah mungilnya.
Untuk apa? Untuk membenahi dirinya lagi tentunya. Melihat reaksi namja ini, membuatnya inginn membalikkan kepribadiannya yang lama. Tapi, sebelum yeoja tersebut bisa melangkah, namja blonde tersebut memegang pergelangan tangannya untuk mencegah. “Tidak, Jiah. Ayo kita ke sekolah saja.”, ucapnya.
Yeoja yang terlahir dengan nama Lee Jiah tersebut berbalik dan menatap namjanya yang mempunyai kembaran bernama Jo Kwangmin itu. “Kau yakin? Tidakkah lebih baik aku kembali dan membenahi diri lagi?”, tanya Jiah menatap mata Youngmin memastikan.
“Jangan banyak bicara, Jiah. Ayo kita berangkat. Sebelum kita terlambat.”, bantah Youngmin halus lalu mengenakan helmnya.
Seulas senyum menghiasi keduanya tanpa disadari oleh mereka berdua. Jiahpun segera menaiki jok belakang Youngmin yang kosong dan memang sengaja disediakan untuknya. Begitu juga Youngmin, dia mencolokkan kunci sepeda montornya dan segera tancap gas. Perlahan Jiah melingkarkan tangannya di pinggang Youngmin dan menyandarkan kepalanya dengan manja ke punggung Youngmin yang besar dan hangat.
Pernah, bahkan sering, yeoja itu melihat banyak couples yang melakukan ini jika sedang berboncengan. Membuat yeoja ini ingin mempraktikkannya. Kepada namjanya sendiri, tentunya. Ingin merasakan apa indahnya dari style berboncengan yang seperti ini. Ternyata, tak begitu buruk. Hangat dan nyaman. Seperti ia sedang terlindungi oleh punggung besarnya.
Tapi lain halnya dengan Youngmin. Namja blonde satu ini terenyak dengan sikap tiba-tiba dari yeojachingu-nya ini. Jantungnya berdetak tak karuan. Sikap Jiah yang sangat mengejutkan ini, membuat konsentrasi menyetirnya menjadi kacau. Namja ini.. telah memperoleh banyak ‘kejutan’ oleh yeojachingu-nya.
Tbc...
Author : Hime Misaki
Rating : T
Main cast : Lee Jiah
Kim Hana
Jo Youngmin
Jo Kwangmin
And other cast
Genre : Romace Sad
Length : Chapter
Caution : Karya murni dari otak kecil seorang yeoja biasa saja bernama Amanda yang tak lain adalah saya sendiri. No Plagiarism! No Copas without permittion!
WARNING : Cerita yang gak bermutu dibandingkan dengan karya karya Meg Cabot atau author-author hebat yang lain.. Bahasa membingungkan.. Banyak typo bertebaran(mungkin).
XXX
Chapter 6 : What the Best Thing?
Jiah POV
Kupandangi lagi hasil diagnosa dari rumah sakit yang kini ada di tanganku. Kembali kedua alisku terpautkan sempurna. Ingatanku menerawang kembali. Langit jingga yang indah dengan sekelompok burung-burung yang terbang berkelompok kujadikan obyek penerawanganku. Kembali aku menghela nafas panjang, karna yang kuingat adalah tidak ada yang berkaitan dengan hasil diagnosa itu.
Aku tak ingat pernah melakukan itu. Atau mungkin Youngmin yang melakukannya? Melakukannya kepadaku tanpa sadar. Semakin ku merosotkan dudukku di bangku panjang berwarna silver yang tengah kududuki ini. Kupejamkan mataku. Taman hari ini tampak sepi. Membuat fikiranku menjadi tenang.
Kepalaku kubiarkan terkulai lemas di sandaran bangku kayu ini. Lagi-lagi aku menghembuskan nafas panjang. Memejamkan mataku dan merasakan angin-angin lembut membelai wajahku. Kutarik nafas dalam-dalam lalu perlahan aku membuka mataku. Aku bahkan tak tau apa itu berita buruk atau berita buruk, bathinku.
Aku beranjak dari tempat dudukku. Berjalan lurus dan lurus. Tujuannya? Aku tak tau. Hanya kuikuti feelingku. Aku percaya. Percaya pada hatiku sendiri.
Jiah POV –End-
Kwangmin POV
Huft! Hari ini membosankan sekali. Ditambah lagi dengan betapa berisiknya yeoja-yeoja yang terus menerus menanyakan kenpa Youngmin hyung absen. Masa bodoh! Membuatku sebal saja. Kenapa mereka tak cari tau sendiri saja!? Atau setidaknya jangan ganggu aku lah. Tak taukah mereka akan kebosananku ini!!?
Kutendang malas batu kecil dibawahku. Aku memberhentikan langkahku mendengar seperti batu yang kutendang tadi terjatuh di air. Aku mendongakkan kepalaku dan alisku terpaut sempurna. Sejak kapan aku ada di tepi Sungai Han?, pikirku heran. Bagaimana tidak? Seingatku tadi, aku sedang melangkahkan kakiku ke rumah. Tapi bagaimana bisa aku malah berada di tepi Sungai Han? Apa kakiku punya otak? :D
Sejenak kulupakan semua kekesalanku yang meluap-luap tadi. Semilir angin sore yang lembut membisikkan kata-kata indah seperti, “Kau yang tertampan, Jo Kwangmin.”, “Senyummu satu-satunya yang bisa membuat jantung berhenti berdetak.”, “Bibir sexy-mu dan mata besarmu dan semua yang ada di dirimu itu indah.”. Aku memejamkan mataku merasakan semilir angin yang sedang menghiburku ini. Seulas garis tipis menghiasi bibirku.
Kubuka mataku. Sungai Han terbentang lebar di hadapanku. Sunagi yang telah menghapus kebosananku tadi. Kulihat untuk terakhir kalinya Sungai ini. Kusimpan dalan memoriku dan melangkah meninggalkan tempat ini karena hari sudah mulai beranjak malam. Semilir angin-angin ini masih belum berhenti membelai-belai wajah tampanku.
Langkahku terhenti sejenak mengangkap bayangan yang terbentuk oleh mataku. Seorang yeoja yang tak asing lagi dimataku. Kupicinglan mataku untuk memastikan apa dia benar yeoja yang kuterka. Tapi langit yang mulai beranjak menjadi gelap dan cahaya lampu yang belum terpancar membuat mataku susah menangkap detail dari sosok yeoja itu. Akupun berjalan menghampirinya.
“Jiah?”, panggilku lirih ntuk memastikan. Yeoja yang kini ada dihadapanku ini mendongakkan kepalanya untuk menatap sumber suara.
Untuk 1-3 detik jantungku serasa berhenti berdetak. Ma-matanya.. A-apa itu benar Lee Jiah? Lee Jiah yang tempo hari meremehkan hyungku di kantin? Apa benar? Tapi, matanya?
“Kwangmin.”, jawabnya ringan dan datar lalu kembali menghadapkan kepalanya lurus kedepan. Sesekali kakinya diayunkan untuk mendorong kecil ayunan yang sedang didudukinya.
Aku membasahi bola mataku yang kering karena tak berkedip. Jujur, dengan poni yang sudah tak menutupi matanya lagi, dia tampak sangat.. Yeppeo. Aku tersenyum simpul. “Kebetulan sekali, bukan?”, tanyaku membuka pembicaraan lalu duduk di ayunan disampingnya.
“Ada perlu apa?”, tanyanya balik datar masih dengan tatapan lurus. Tak menoleh kearahku sama sekali.
“Kau tau dimana Youngmin hyung?”, tanyaku basa-basi. Aku sendiri bingung dengan sikapku. Kenapa aku jadi mau mengobrol dengan yeoja ini? Apa mungkin gara-gara mata indahnya tadi? ._.a
“Tadi ada di sakuku. Entah sekarang ada dimana.”, jawabnya datar masih mengayun-ayunkan kakinya yang terotomatis membuat ayunan yang didudukinya berayun maju-mundur.
Aku mengangkat satu alisku heran. Dia sedang bercanda?, pikirku. Aku ikut tertawa saat melihatnya tertawa beberapa detik setelah Jiah menyelesaikan kata-katanya. Tawanya yang lepas dan wajahnya yang berseri karena tertawa ditambah lagi dengan efek pencahayaan dari langit sore ini, seakan menyadarkanku bahwa Jiah tak seburuk yang mereka fikirkan. Seulas senyum kembali terlukiskan di garis bibirku.
Hening. Kinin hening. Setelah tawa selesai, keadaan menjadi hening. Hanya kaki kami yang mendorong tanah mencoba mengayun-ayunkan ayunan yang tengah kami duduki. Menikmati semilir angin sore yang sangat lembut membelai wajah.
Kwangmin POV –End-
Author POV
“Jadi, kenapa kau menanyakan keberadaan hyungmu itu kepadaku?”, tanya Jiah tak megalihkan tatapannya yang lurus.
Sesaat Kwangmin menatap lurus seperti yang Jiah lakukan, lalu tak lama kemudian Kwangmin menoleh. Seorang Lee Jiah yang tampak sangat menarik dengan cahaya jingga sore hari yang bersinar redup. Entah itu hanyalah imajinasi Kwangmin belaka atau kenyataannya. Seolah tak ada garis tipis pun yang membatasinya. Antara imajinasi Kwangmin dan kenyataannya semuanya tampak sama. “Karena kufikir kau bersamanya.”, jawab Kwangmin kemudian.
Jiah masih tetap di posisinya. Memandang hamparan Sungai Han lurus dan mengayun-ayunkan ayunan yang ia duduki pelan. Angin semilir meniup lembut wajahnya. Terasa sejuk dan menenangkan. Sungguh tak pernah terfikir dunia ini terlalu indah untuk disia-siakan hanya karena vonis bodoh dari uisa.
Lagi-lagi hening diantara mereka. Tak ada hal yang ingin dibicarakan, juga tak ada sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Hingga akhirnya Kwangmin memecah keheningan dengan sura berat nan sexy-nya itu.. XDD *author gila
“Kau tak seperti yang kufikirkan sebelumnya, Jiah-ya.”, ucap Kwangmin. Tatapan Kwangmin kini mengekor seperti tatapan Jiah. Pandangan lurus kedepan Sungai Han.
“Seperti apa? Iblis maksudmu?”, terka Jiah yang langsung mengenai sasaran. Benar saja, Kwangmin langsung tercengang mendengar terkaan Jiah tersebut. Seperti sebilah pisau tajam menghujan langsung ke ulu hatinya. Tentu bukan maksudnya mengatai Jiah secara langsung bahwa ia.. well, seperti iblis.
“Gwaenchanha. Geokjeongma. Aku sudah biasa dengan sebutan itu, Kwangmin-ah.”, tambah Jiah seolah bisa membaca fikiran Kwangmin.
Kwangmin menoleh perlahan. Berusaha mengendalikan kata-katanya agar tak melukai hatinya sendiri(?) XDD. “Ya~ Sepertii itulah. Kau selalu bersikap dingin, kau tau?”, kata Kwangmin dengan tatapan teduhnya.
Bukannya merasa tersinggung, Jiah malah tertawa lepas.Terlalu lepas hingga yeoja ini memegang perutnya sendiri. Mungkin terasa sakit karena kata-kata Kwangmin. Entahlah apa yang lucu dari kata- kata yang baru saja dilontarkan Kwangmin.
“Kalian..“-Jiah mengusap air matanya yang keluar karena tertawa terlalu lepas-“..Kalian JoTwins.. Kalian sama.”, ucap Jiah kemudian.
Kwangmin mengerutkan alisnya tanda tak mengerti. Apa maksudnya?, bathin Kwangmin bingung. “Apa maksudmu?”, tanya Kwangmin bingung. Bagaimana tidak? Jika kau ada di posisi Kwangmin saat ini, pasti kau akan merasa bingung layaknya yang Kwangmin rasakan.
“Kalian sama-sama menyebalkan.”, jawab Jiah sambil menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada di mata indahnya tersebut.
Kwangmin sedikit menautkan alisnya dengan senyum misterius yang melekat di bibir sexy-nya. Perlahan Kwangmin mendekat ke arah Jiah dan.. WUNGG!!! Kwangmin menarik ayunan yang diduduki Jiah dengan kuat dan menghempaskannya lepas. Membuat sang empunya berteriak histeris.
“YAKK!!!!! BABO!! APA YANG KAU LAKUKAN!!???? YAAAKKKK!!!!!!!!!!!”, teriak Jiah melengking nyaring searah dengan semakin kencangnya Kwangmin menarik dan menghempaskan ayunan yang diduduki Jiah sambil tertawa-tawa penuh kemenangan.
Disisi lain, sepasang mata tengah menatap kedua sosok manusia yang sedang bersenang-senang(?) itu dengan iba. Tak menyangka jika seorang Lee Jiah yang kini dikenalnya bisa menjadi selepas itu. Kau tau siapa dia? Oh, ayolah.. Kau pasti tau siapa dia. :D
Pemilik sepasang mata tersebut mendekap novel romantic yang ada di pelukannya semakin erat. Perasaan bahagia menghampiri hatinya. Melihat Jiah yang tertawa dan menjerit lepas seperti itu. Yah, mungkin saja tidak kali ini untuk membaca novel di taman, fikir pemilik sepasang mata yang masih saja menatap kedua makhluk yang sedang bersenang-senang tersebut. Tapi tidak dengan tatapan iba lagi. Kini tatapan sendu yang ia tujukan.
Perlahan, dia berbalik dan meninggalkan taman. Cukup melihat seorang Lee Jiah seperti tu saja sudah membuatku senang. Sungguh, aku rindu dengan wajah berseri seperti itu, serentetan kata-kata tersebut terucapkan di otakknya. Kau masih belum tau siapa dia? Oh, ayolah.. bukan. Bukan. Dia bukan Jo Youngmin.. Apa? Yap benar! Dia mantan sahabat Lee Jiah. Kim Hana
“Lalu, kenapa kau tadi membolos?”. Sambil menyesap mocha latte-nya, Kwangmin bertanya pada sosok yeoja yang tengah lahap memakan BBQ Beef-nya di hadapan Kwangmin.
“Memangnya kenapa? Adakah yang peduli padaku, eh?”, Jiah bertanya balik. BBQ Beef yang ada di hadapannya terasa sangat nikmat sekali ketika lumer di mulutnya. Lebih enak dari BBQ Beef yang pernah di rasakannya dulu. Entahlah. Mungkin saja karena saat ini dia tak perlu membayar sepeserpun untuk apa yang ia makan saat ini :D
“Youngmin-hyung juga tak masuk. Apakah kau bersamanya seharian ini?”, tanya Kwangmin lagi menghiraukan pertanyaan balik Jiah tadi. Mocha latte milik Kwangmin pun juga terasa sangat manis di lidahnya.
“Secara teknis tidak. Kami hanya bersama selama kurang-lebih sampai pukul 10. Lalu aku pergi karena ada urusan. Memangnya kenapa? Apa Youngmin terlibat kasus, eh?”. Kali ini sepotong besar BBQ Beef yang terakhir telah lolos memasuki mulut Lee Jiah. Jiah segera meminum Orange Juice miliknya dan mengelap sisa-sisa makanan yang barangkali masih menempel di bibirnya.
“Tidak. Tidak mungkin Youngmin-hyung terlibat kasus. Dan lagi… aku tak menyangka nafsu makanmu sebesar ini, Jiah.” Kwangmin tersenyum jahil ke arah Jiah. Yang membuat sang empunya malah menatapnya datar. Seakan sorotan datarnya bertanya Memangnya kenapa?
“Kalau kau tak sanggup membayarnya, aku akan membayarnya sendiri.”, jawab Jiah dan hendak mengambil dompetnya di tas kecil yang tersampir rapi di pundaknya.
“Tidak, tidak. Bukan begitu maksudku.”, sahut Kwangmin cepat sambil memanyunkan bibirnya. Jelas sekali terlihat bahwa nyatanya, Kwangmin ingin melucu. Tapi,.. Yah.. that’s a stupid gags :D
Tanpa disadari Kwangmin, Jiah sedikit terkikik melihat ekspresi lucu Kwangmin. Sungguh. Jauh di dalam lubuk hatinya, Jiah berfikir bahwa hidup ini memang indah kalau dibiarkan berlalu begitu saja. Apalagi dengan vonis bodoh yang diterimanya.
Keesokan harinya…
Sekali lagi yeoja itu memandang pantulan dirinya di cermin. Diambilnya sisir dan kemudian tangannya yang menggegam sisir itu bergerak teratur menyisir helaian demi helaian rambut di kepalanya. Senyum miris tergambar di bibir indahnya. Tidak, bukan itu. Bukan karena pantulan dirinya di kaca yang ada di hadapannya ini. Sosoknya sangat sempurna di pantulan itu.
Tangannya meraih lip balm chocolate dan mengolesankannya di bibirnya. Hingga polesan terakhir, ia kembali memandangi pantulan dirinya di cermin. Melihat wajahnya yang tak pernah terkena sedikitpun polesan make up kini berubah drastis. Walaupun make up yang melekat di wajahnya bukanlah meke up tebal yang biasa dipakai cewek-cewek pada umumnya. Hanya make up tipis, bahkan sangat tipis.
Kepalanya terotomatis menoleh mendengar bunyi klakson sepeda motor. Secepat mungkin, ia mengambil ranselnya dan sedikit berlari keluar rumah. Langkahnya terhenti tepat sebelum ia membuka kenop pintu. Menormalkan kembali nafasnya yang sedikit terengah-engah karena berlari kecil. Ketika ia rasa nafasnya sudah normal, yeoja itu memutuskan untuk memutar kenop pintu dan melangkah keluar.
Dengan langkah santai, yeoja berperawakan bak model tersebut melangkah keluar dan menghampiri seseorang namja yang tengah duduk di sepeda montor metaliknya sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Terlalu serius rupanya namja satu ini. Hingga dia tak menyadari bahwa sang yeoja yang ditunggunya kini telah berdiri disampingnya.
“Kurasa akan lebih baik jika kepalamu botak saja.”, sindir yeoja itu melihat namjanya yang tak juga menyadari bahwa ia sudah ada di sampingnya.
“Apakah aku akan masih terlihat tampan dimatamu jika aku botak?”, sahut namja tersebut tak mau kalah. Dan juga tak mengindahkan pekerjaannya merapikan rambut blonde-nya. Dasar namja satu ini!
“Setidaknya kau tak akan membuang seluruh waktu luangmu hanya untuk merapikan rambut jeramimu itu.”, balas yeoja tak mau mengakhiri perdebatan kecil ini. Yang mengakhiri berarti dia kalah, bukan? Dan siapapun tak ingin menjadi loser.
“Oh, ayolah. Ini hanya akan memakan wak-…”, ucapan namja blonde tersebut terpotong ketika menoleh dan melihat yeojanya yang… sedikit berbeda dari biasanya. Entah apa yang namja blonde itu kini lakukan. Antara mematung dan membeku. Memangnya apa bedanya? Toh mereka juga sama-sama diam tak bergerak.
“Kenapa?”, tanya yeoja tersebut yang heran dengan kata-kata namjanya yang belum selesai dan malah memandangnya tak berkedip seperti ini. Tatapan namja itu menyusuri dari atas rambut yeoja yang ada dihadapannya ini dengan teliti. Merasa risih, yeoja tersebut pun angkat bicara. “Aku akan segera kembali”, katanya sambil berbalik dan hendak kembali ke rumah mungilnya.
Untuk apa? Untuk membenahi dirinya lagi tentunya. Melihat reaksi namja ini, membuatnya inginn membalikkan kepribadiannya yang lama. Tapi, sebelum yeoja tersebut bisa melangkah, namja blonde tersebut memegang pergelangan tangannya untuk mencegah. “Tidak, Jiah. Ayo kita ke sekolah saja.”, ucapnya.
Yeoja yang terlahir dengan nama Lee Jiah tersebut berbalik dan menatap namjanya yang mempunyai kembaran bernama Jo Kwangmin itu. “Kau yakin? Tidakkah lebih baik aku kembali dan membenahi diri lagi?”, tanya Jiah menatap mata Youngmin memastikan.
“Jangan banyak bicara, Jiah. Ayo kita berangkat. Sebelum kita terlambat.”, bantah Youngmin halus lalu mengenakan helmnya.
Seulas senyum menghiasi keduanya tanpa disadari oleh mereka berdua. Jiahpun segera menaiki jok belakang Youngmin yang kosong dan memang sengaja disediakan untuknya. Begitu juga Youngmin, dia mencolokkan kunci sepeda montornya dan segera tancap gas. Perlahan Jiah melingkarkan tangannya di pinggang Youngmin dan menyandarkan kepalanya dengan manja ke punggung Youngmin yang besar dan hangat.
Pernah, bahkan sering, yeoja itu melihat banyak couples yang melakukan ini jika sedang berboncengan. Membuat yeoja ini ingin mempraktikkannya. Kepada namjanya sendiri, tentunya. Ingin merasakan apa indahnya dari style berboncengan yang seperti ini. Ternyata, tak begitu buruk. Hangat dan nyaman. Seperti ia sedang terlindungi oleh punggung besarnya.
Tapi lain halnya dengan Youngmin. Namja blonde satu ini terenyak dengan sikap tiba-tiba dari yeojachingu-nya ini. Jantungnya berdetak tak karuan. Sikap Jiah yang sangat mengejutkan ini, membuat konsentrasi menyetirnya menjadi kacau. Namja ini.. telah memperoleh banyak ‘kejutan’ oleh yeojachingu-nya.
Tbc...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar